mengandalkan situ sebagai sumber air. Namun, perubahan fungsi lahan menjadi lapangan berumput dan permukiman kini telah mengubah bentuk mata
pencaharian masyarakat dan pada akhirnya mengubah kebutuhan masyarakat akan keberadaan situ. Masyarakat diharapkan tidak hanya memiliki pola pikir ekonomi
dalam memanfaatkan situ, namun juga dituntut untuk mau berpikir tentang kelestarian situ agar situ juga dapat mendatangkan manfaat selain manfaat
ekonomi.
4.7.2. Tingkat Pengetahuan Masyarakat tentang Situ dan Pengembangan Wisata
Pemerintah Kota Depok telah mulai membenahi sistem pengelolaan situ-situ di Kota Depok selepas tahun 2005. Hal yang dilakukan mulai dari restrukturisasi
kelembagaan Pokja Situ, pembentukan Forum Pokja Situ, hingga dialokasikannya berbagai program pelestarian situ melalui pemanfaatannya sebagai obyek wisata
di dalam APBD Sucipto Prygina 2009. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu isu yang paling diusung dalam upaya meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan situ di Kota Depok. Hal ini didasari oleh alasan bahwa masyarakat adalah salah satu elemen penting dalam sistem tersebut.
Oleh karena itu, kapasitas masyarakat sebagai bagian dari sistem juga perlu ditingkatkan untuk memudahkan pemerintah dalam melaksanakan berbagai
program pelestarian situ dan pemanfaatannya sebagai obyek wisata air. Salah satu kapasitas masyarakat yang perlu dipenuhi ialah pengetahuan dan pemahaman
masyarakat tentang situ dan pengembangan wisata air. Menurut Suriasumantri 2005 pengetahuan knowledge pada hakikatnya adalah segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu objek, termasuk ke dalamnya adalah ilmu. Pengukuran pengetahuan masyarakat tentang situ dan wisata air diharapkan dapat memberikan
gambaran mengenai pemahaman masyarakat mengenai hal tersebut. Data tingkat pengetahuan masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari mengenai situ dan
pengembangan wisata air disajikan pada Tabel 13 dan Lampiran 5.
Tabel 13 Jumlah dan
persentase responden
masyarakat untuk
tingkat pengetahuan mengenai situ dan pengembangan wisata air
Parameter Jumlah warga
Kurang tahu Cukup tahu
Tahu Pengetahuan tentang situ
16 30,19 27 50,94
10 18,87 Pengetahuan tentang
pengembangan wisata air 12 22,64
26 49,06 15 28,30
Pengukuran tingkat
pengetahuan masyarakat
dilakukan dengan
menggunakan kuisioner berisi materi situ dan pengembangan wisata air. Setiap materi terbagi lagi menjadi beberapa parameter. Parameter materi situ yang diukur
adalah pengetahuan mengenai fungsi dan manfaat situ, kualitas perairan situ, dan upaya pelestarian situ. Berbagai parameter tersebut dianggap dapat memberikan
gambaran mengenai tingkat pengetahuan mayarakat sekitar situ tentang situ, terutama terkait pelestarian Situ Sawangan-Bojongsari. Adapun parameter materi
pengembangan wisata air yang diukur meliputi pengetahuan responden terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi upaya pengembangan wisata air, kriteria
kualitas perairan situ yang mendukung pengembangan wisata air, dan manfaat yang diperoleh sebagai akibat dari pengembangan wisata air pada situ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat sekitar situ terhadap materi situ dan pengembangan wisata air secara umum telah
cukup baik namun tetap perlu ditingkatkan. Tingkat pengetahuan sebagian besar masyarakat baik terhadap materi situ maupun pengembangan wisata air berada
pada kategori cukup tahu yaitu masing-masing sebesar 50,94 dan 49,06. Meskipun tidak tergolong buruk, namun hanya 18,87 warga masyarakat yang
tahu mengenai materi situ. Hal yang sedikit berbeda ditemukan pada tingkat pengetahuan pengembangan wisata air, dimana hanya 28,30 warga masyarakat
yang dinyatakan tahu mengenai pengembangan wisata air di Situ Sawangan- Bojongsari.
Tingkat pengetahuan masyarakat yang terukur diduga terkait dengan karakteristik masyarakat dalam hal tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, usia, serta
tujuan pemanfaatan situ. Pendidikan terakhir warga masyarakat didominasi oleh pendidikan setingkat sekolah menengah SMP, SMA, SMK, kemudian jenis
pekerjaan warga masyarakat sebagian besar kurang menyediakan akses informasi
bagi peningkatan pengetahuan mereka, seperti pedagang kecil atau justru tidak memiliki pekerjaan. Warga masyarakat yang berusia muda diduga memiliki
tingkat pengetahuan yang lebih rendah dibandingkan dengan warga masyarakat yang berusia lebih tua karena minimnya pengalaman yang dimiliki. Tujuan
pemanfaatan situ yang dimiliki oleh masing-masing individu dapat menjadi motivasi individu tersebut untuk mencari tahu serta memahami materi situ dan
pengembangan wisata air. Tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan, akses informasi, sosial budaya, ekonomi, lingkungan,
pengalaman, dan usia. Menurut Sudarminta 2010 terdapat beberapa hal yang berperan dalam kemunculan pengetahuan pada manusia yaitu pengalaman,
ingatan, kesaksian, minat dan rasa ingin tahu, pikiran dan penalaran, logika, bahasa, serta kebutuhan hidup manusia.
Pengetahuan masyarakat yang terukur dalam penelitian ini tidak lain adalah suatu hasil pengukuran kesan atau persepsi pribadi terhadap keberadaan situ dan
perkembangannya hingga saat ini. Kesan pribadi seseorang dalam memandang sesuatu hal merupakan produk dari hal-hal berikut: 1 lingkungan sosial dan
fisiknya; 2 struktur fisiologisnya; 3 keinginan dan tujuannya; dan 4 pengalaman masa lalunya Krech et al. 1996. Anggota-anggota kelompok masyarakat tertentu
dapat saja memiliki kesamaan persepsi, karena mereka memiliki keinginan dan tujuan yang sama, mengalami lingkungan fisik dan sosial yang sama, atau
memiliki pengalaman belajar yang sama, namun hal tersebut tidaklah mutlak karena selalu ada perbedaan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal. Dua warga
masyarakat sekitar situ dapat saja memiliki tujuan pemanfaatan situ yang sama, lingkungan sosial yang sama, serta pengalaman yang sama, namun belum tentu
keduanya memiliki tingkat pengetahuan yang sama akan materi situ dan pengembangan wisata air.
Seseorang yang memiliki cukup pengetahuan tentang suatu objek belum tentu memiliki pemahaman yang baik terhadap pengetahuan tersebut. Hasil
belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar
pengetahuan. Belajar
yang berakhir
dengan pemahaman
akan menghasilkan pengertian-pengertian yang jelas, mengenal prinsip-prinsip umum,
dan menemukan metode penyelesaian yang sebenarnya Soeitoe 1982.
Pemahaman pada setiap diri manusia dapat berbeda-beda karena kapasitas inteligensi manusia berbeda-beda. Pengetahuan ditafsirkan ke dalam bentuk
pemahaman oleh individu dengan caranya sendiri. Pengetahuan dan pemahaman ini akan tercermin di dalam perilaku individu tersebut. Oleh karena itu, sangatlah
penting bilamana pengetahuan yang cukup disertai dengan pemahaman yang baik pula.
Pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh masyarakat sekitar Situ Sawangan-Bojongsari ternyata tidak selalu diaplikasikan oleh setiap individu
masyarakat ke dalam bentuk tindakan nyata. Menurut Waylen et al. 2009 tingkat pengetahuan knowledge masyarakat mengenai suatu sumberdaya alam tidak
selalu dapat dikaitkan dengan perilaku behaviour konservasi masyarakat terhadap sumberdaya alam tersebut. Peningkatan pengetahuan knowledge
tentang sumberdaya alam lokal dan sikap attitude peduli masyarakat Grande Riviere, Trinidad terhadap isu konservasi fauna tidak bersesuaian dengan perilaku
behaviour konservasi alam oleh masyarakat yang masih tetap melakukan perburuan terhadap hewan liar salah satunya burung endemik Pipile pipile yang
dilindungi dan populasinya semakin menurun akibat hal ini. Ajzen 2005 mengemukakan bahwa sikap seseorang berhubungan dengan perilakunya melalui
suatu hubungan kompleks yang dimediasi oleh faktor-faktor lain, oleh karena itu dibutuhkan kehati-hatian ketika menginterpretasikan keduanya.
Keeratan hubungan terlihat di antara beberapa parameter karakteristik masyarakat dengan tingkat pengetahuan tentang situ dan tingkat pengetahuan
pengembangan wisata air Tabel 14. Parameter usia warga masyarakat terbukti memiliki korelasi positif baik dengan tingkat pengetahuan tentang situ maupun
tingkat pengetahuan tentang pengembangan wisata air dengan nilai koefisien korelasi masing-masing sebesar 0,401 dan 0,466 α = 0,05. Pertambahan usia
warga masyarakat akan diiringi dengan peningkatan pengetahuan warga tentang situ dan pengembangan wisata air situ. Informasi lain yang diperoleh dari hasil uji
korelasi ini yaitu semakin jauh lokasi tempat tinggal warga dari situ maka tingkat pengetahuan warga akan pengembangan wisata akan menurun, yang artinya jarak
tempat tinggal seseorang dengan situ berkorelasi negatif dengan tingkat
pengetahuan pengembangan wisata air. Nilai koefisien korelasi antara dua parameter tersebut adalah -0,283.
Tabel 14 Korelasi antara parameter karakteristik masyarakat sekitar situ dengan
skor pengetahuan situ dan pengembangan wisata air
Usia Jarak tempat
tinggal-situ Lama
menetap Tingkat
pengetahuan tentang situ
Tingkat pengetahuan
tentang wisata air
Koefisien korelasi Usia
- -0,097
0,142 0,401
0,466 Jarak tempat tinggal-situ
-0,097 -
0,042 -0,108
-0,283 Lama menetap
0,142 0,042
- -0,029
0,127 Tingkat pengetahuan
tentang situ 0,401
-0,108 -0,029
- 0778
Tingkat pengetahuan tentang wisata air
0,466 -0,283
0,127 0,778
- Keterangan:
Berkorelasi nyata pada α = 0,05 Berkorelasi sangat nyata pada α = 0,01
Sumber: Data primer diolah
Satu hal menarik dapat dilihat dari hasil uji korelasi antara parameter tingkat pengetahuan tentang situ dengan parameter tingkat pengetahuan tentang
pengembangan wisata air. Kedua parameter tersebut berkorelasi positif sangat nyata pada α = 0,01 dengan nilai koefisien korelasi yang cukup besar yaitu 0,778.
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang pengembangan wisata air yang dimiliki seseorang akan meningkat seiring dengan bertambahnya pengetahuan
tentang fungsi dan manfaat situ pada diri orang tersebut. Hal ini juga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat kepedulian seseorang terhadap situ, maka
orang tersebut akan dapat lebih melihat potensi atau manfaat situ yang ada yang dapat dikembangkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Zhang dan Lei 2012
yaitu pengetahuan masyarakat tentang lingkungan mempengaruhi secara positif sikap
masyarakat tersebut
terhadap ekowisata,
yang kemudian
akan mempengaruhi secara langsung niat masyarakat untuk berpartisipasi dalam
ekowisata serta secara tidak langsung melalui ketertarikan lanskap yang timbul pada diri masing-masing individu masyarakat.
4.7.3. Persepsi Masyarakat Sekitar Situ tentang Situ Sawangan-Bojongsari sebagai Kawasan Wisata Air