Pengelolaan Situ di Kota Depok

lingkungan hidup pada situ, sedangkan Dintarkim Kota Depok bertugas dalam hal penataan dan pengembangan tata ruang kota termasuk wilayah-wilayah situ di Kota Depok. Pihak Disporasenbud Kota Depok memiliki kewenangan dalam hal penataan dan pengembangan pariwisata situ dan DKP Kota Depok berwenang dalam mengatasi permasalahan sampah dan kebersihan pada situ. Pelaksanaan pengelolaan situ di Kota Depok memerlukan koordinasi lintas sektoral. Koordinasi antar instansi di Kota Depok dirasakan masih belum dilaksanakan secara maksimal. Contoh nyata yang dapat diberikan yaitu pembangunan infrastruktur situ dilaksanakan oleh Dinas Bimasda Kota Depok, kemudian pembangunan IPAL dan penghijauan sempadan situ diprakarsai oleh BLH Kota Depok, kebersihan situ dari sampah ditangani oleh DKP Kota Depok, dan pengembangan pariwisata situ dilakukan oleh Disporasenbud Kota Depok. Tujuan pengelolaan situ menjadi tidak sempurna ketika Dinas Bimasda Kota Depok melakukan normalisasi dan rehabilitasi situ, namun industri yang ada tetap membuang limbahnya ke perairan situ tanpa melalui IPAL terlebih dahulu, atau DKP Kota Depok tidak menyelesaikan permasalahan sampah rumah tangga di permukiman tepi situ. Berbagai program pemerintah tersebut saling memiliki keterkaitan satu dengan lainnya untuk mewujudkan penjagaan dan pemanfaatan situ yang optimal. Sumber dana pengelolaan atau pembangunan infrastruktur situ dapat berasal dari empat sumber, yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Kota Depok, APBD Provinsi Jawa Barat, Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional APBN Pemerintah Pusat, dan dari Badan Kerja Sama Pembangunan BKSP DKI Jakarta sebagai bentuk kontribusi Pemerintah DKI Jakarta kepada Pemerintah Kota Depok untuk menjaga fungsi Kota Depok sebagai daerah resapan air dan daerah penyangga bagi ibukota. Pengelolaan situ di Kota Depok juga tidak terlepas dari peran Pokja Situ. Kelompok Kerja Situ merupakan lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Depok pada tahun 1999 melalui penetapan SK Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Depok Nomor 821.2971KptsHuk1999 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pengendalian, Pengamanan, dan Pelestarian Fungsi Situ-situ sebagai tindak lanjut dari Instruksi Mendagri Nomor 14 Tahun 1998 tentang Pembinaan Pengelolaan Situ-situ di Wilayah Jabodetabek Listiani 2005; Sucipto Prygina 2009. Tugas dan fungsi Pokja Situ sebagaimana ditetapkan dalam Surat Keputusan tersebut adalah: 1. Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi pengelolaan situ-situ di Kota Depok 2. Menyelenggarakan rehabilitasi, konservasi, penertiban, pengamanan, pemeliharaan, dan pemberdayaan fungsi situ-situ secara tepat berdaya guna dan berhasil guna, dan 3. Melaporkan setiap kegiatannya kepada Walikota Depok secara berkala setiap dua bulan sekali. Keanggotaan Pokja Situ direstrukturisasi pada tahun 2005 atas dasar dorongan konsorsium LSM bernama Gugus Kerja Good Governance Jaringan Advokasi Anggaran GGKG-Jangkar yang ikut terlibat aktif dalam kerja advokasi pelestarian situ di Kota Depok. Salah satu alasan dari restrukturisasi tersebut adalah karena semenjak pembentukannya, yaitu dalam kurun waktu tahun 1999 sampai 2005, kinerja Pokja Situ dirasakan stagnan dan tidak melibatkan partisipasi masyarakat. Keanggotaan Pokja Situ yang awalnya diisi oleh pejabat DinasInstansi yang merupakan Perangkat Daerah Pemerintah Kota Depok kemudian digantikan dan diisi dengan unsur-unsur masyarakat murni agar lebih efektif dan partisipatif Sucipto Prygina 2009. Pengalihan keanggotaan Pokja Situ kepada masyarakat telah menyebabkan Pemerintah Kota Depok mulai melibatkan dan memberdayakan masyarakat dalam hal pengawasan dan pengendalian situ. Forum Pokja Situ Kota Depok yang merupakan wadah advokasi bagi seluruh Pokja Situ yang ada di Kota Depok dibentuk melalui Lokakarya Pokja Situ se-Kota Depok pada tahun 2007. Lembaga Swadaya Masyarakat jelas merupakan mitra pemerintah yang dapat menjadi fasilitator antara masyarakat dengan pemerintah. Integrasi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan program pelestarian situ telah diupayakan oleh pemerintah semenjak restrukturisasi Pokja Situ berlangsung. Pelestarian situ dibutuhkan untuk tujuan konservasi fungsi dan manfaat situ pada satu sisi, namun kebutuhan ekonomi masyarakat telah memaksa masyarakat untuk mengkonversi lahan situ menjadi lahan pertanian atau tambak ikan yang dapat menurunkan kualitas lingkungan hidup situ di sisi lainnya. Kedua hal itulah yang diupayakan hingga kini agar dapat berjalan sinergis dalam suatu hubungan simbiosis mutualisme, salah satunya adalah dengan jalan memanfaatkan situ sebagai kawasan wisata air berwawasan lingkungan. Jika situ berada dalam kondisi yang baik, maka situ akan memiliki daya tarik sebagai tempat wisata. Hal yang diharapkan terjadi adalah masyarakat akan membangun kesadarannya sendiri karena merasa turut berkepentingan dalam menjaga kelestarian situ yang merupakan salah satu sumber mata pencaharian mereka. Upaya penyelarasan antara kepentingan konservasi situ dan pemanfaatan situ sebagai kawasan wisata air telah diterapkan di beberapa situ di Kota Depok, diantaranya adalah di Situ Pengasinan dan Situ Pendongkelan. 4.3. Situ Sawangan-Bojongsari 4.3.1. Gambaran Umum Situ Sawangan-Bojongsari Situ Sawangan-Bojongsari terletak di Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok dan merupakan situ yang terluas di Kota Depok. Gambar 3. Situ ini merupakan situ alami yang dikenal oleh masyarakat setempat semenjak dahulu sebagai sumber air dan perikanan. Situ ini dikenal juga dengan nama Situ Tujuh Muara, karena dipercaya terdapat tujuh muara teluk yang menjadi sumber air situ. Pendapat lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan tujuh muara adalah tujuh mata air. Masyarakat mengenal situ ini dengan nama Situ Sawangan atau Situ Bojongsari. Situ ini lebih sering tercatat dengan nama Situ Bojongsari di catatan pemerintah sejak dahulu, namun kini penggunaan nama Situ Sawangan atau Situ Bojongsari lebih disukai. Situ Sawangan-Bojongsari memiliki bentuk yang unik, yaitu seperti tapal kuda, dengan luas + 28,25 Ha dan kedalaman rata-rata 3-4 meter BLH Kota Depok 2011. Perairan situ dikelilingi oleh area perkebunan di sebelah utara, timur, barat, dan barat daya. terdapat Lahan kosong milik pribadi yang luas, diberi batas pagar berkawat, dan tampak tidak terawat terdapat pada sisi utara dan barat laut situ. Area wisata Situ Sawangan terdapat pada sisi tenggara situ, sedangkan area wisata Situ Bojongsari berada di sisi barat laut situ. Padang golf dan beberapa cottagevilla milik swasta Telaga Golf Sawangan terdapat di sebelah selatan situ. Permukiman penduduk terdapat di sebelah barat daya, barat, dan barat laut situ. Beberapa kondisi di sekitar Situ Sawangan-Bojongsari disajikan pada Gambar 4. Gambar 3 Peta lokasi Situ Sawangan-Bojongsari. Gambar 4 Padang golf di tepi selatan situ kiri atas; kebun milik masyarakat kanan atas; area wisata Situ Sawangan kiri bawah; permukiman berbatasan dengan situ kanan bawah. Sumber: Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 Bakosurtanal 2005