Suhu air Total Suspended Solid TSSPadatan Tersuspensi Total, Kecerahan,

4.5.1. Suhu air

Suhu air permukaan Situ Sawangan-Bojongsari adalah antara 28,25 – 30,25°C dengan rata-rata suhu sebesar 29,58°C. Kisaran suhu tersebut masih memenuhi Baku Mutu untuk air Kelas II yang ditetapkan dalam PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Hasil pengukuran ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang diperoleh oleh Effendi et al. 1996 yaitu 28,9 – 29,4°C. Menurut Vaas dan Sachlan 1949 suhu Situ Sawangan-Bojongsari di perairan terbuka adalah 24,1°C. Peningkatan suhu perairan Situ Sawangan-Bojongsari diduga disebabkan oleh perubahan lingkungan sekitar situ. Situ Sawangan-Bojongsari dikelilingi oleh perkebunan karet di masa yang lalu, namun kini telah berubah menjadi lahan terbuka, permukiman, dan lapangan golf. Perubahan tatanan lahan sekitar situ diduga telah meningkatkan suhu udara dan suhu perairan situ. Pertukaran panas antara udara dan air merupakan faktor utama yang mempengaruhi kondisi suhu air. Suhu udara, kondisi meteorologi lokal, dan morfometri perairan, dapat mempengaruhi suhu air Dobiesz Lester 2009. Perubahan suhu air akan mempengaruhi proses fisika, kimia, dan biologi di dalam perairan. Suhu erat kaitannya dengan tingkat kelarutan gas dalam air, seperti O 2 , CO 2 , N 2 , dan CH 4 . Ketika suhu meningkat, jumlah oksigen terlarut akan menurun, kecepatan respirasi dan metabolisme organisme air pun meningkat, dan proses dekomposisi bahan organik pun ikut meningkat Effendi 2012. Peningkatan suhu perairan dapat meningkatkan konsentrasi zat organik terlarut dalam air, total bakteri, dan biomassa bakterioplankton Dunalska et al. 2012. Peningkatan suhu air juga dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan organisme air, seperti waktu penetasan telur ikan menjadi lebih awal atau pada kecepatan dan masa pertumbuhan mikroalga Mooij et al. 2008; Rengefors et al. 2012.

4.5.2. Total Suspended Solid TSSPadatan Tersuspensi Total, Kecerahan,

dan Kedalaman Padatan tersuspensi total adalah bahan-bahan tersuspensi diameter 1µm dalam air yang terdiri dari lumpur, pasir halus, dan jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air Effendi 2012. Padatan tersuspensi dapat meningkatkan nilai kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap langsung. Kekeruhan yang terjadi kemudian dapat menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam air sehingga mempengaruhi proses fotosintesis dalam air. Nilai TSS pada semua stasiun menunjukkan nilai di bawah batas maksimal Baku Mutu Air Kelas II yang ditetapkan dalam PP No. 82 Tahun 2001 sebesar 6 mgL. Nilai TSS tertinggi diperoleh dari sampel yang berasal dari bagian inlet situ yaitu sebesar 12 mgL. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pendangkalan pada bagian inlet situ. Pendangkalan yang terjadi akibat ulah manusia ini telah menyebabkan air situ tampak keruh. Bagian inlet situ merupakan bagian situ yang banyak mengalami pengurukan tanah untuk dijadikan sebagai lahan pertanian masyarakat. Selain itu, hal ini terjadi karena inlet merupakan lokasi awal masuknya aliran air menuju situ dari sungai kecil yang membawa berbagai padatan tersuspensi dan limbah. Nilai TSS tertinggi kedua diperoleh dari sampel outlet situ yaitu sebesar 9,5 mgL. Bagian outlet situ yang menyempit merupakan tempat terakumulasinya berbagai zat yang terdapat di dalam badan air menuju saluran air keluar situ. Nilai TSS terendah diperoleh dari stasiun tengah situ yaitu sebesar 6 mgL. Hal ini terjadi karena stasiun tengah situ merupakan bagian situ yang lebih dalam dibandingkan dengan stasiun pengambilan sampel lainnya, sehingga padatan tersuspensi dalam air lebih terencerkan pada bagian ini. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan yang diperoleh berkisar antara 0,505 – 1,665 m. Nilai kecerahan tersebut cenderung berkurang seiring dengan peningkatan nilai TSS. Hal ini sesuai dengan pernyataan Borkman dan Smayda 1998 yaitu peningkatan nilai kecerahan pada perairan terjadi ketika pemasukan padatan tersuspensi menuju perairan berkurang atau dalam kata lain nilai TSS pada perairan menurun. Nilai kecerahan pada inlet merupakan yang terendah seiring dengan tingginya kandungan padatan tersuspensi. Nilai kecerahan yang diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan nilai kecerahan pengamatan Effendi et al. 1996, yaitu 0,407 – 0,597 m. Perbedaan waktu pengamatan diduga menjadi penyebab dari perbedaan hasil tersebut. Kecerahan suatu perairan tentunya menjadi faktor yang penting untuk membentuk daya tarik situ sebagai tempat berwisata. Perairan yang tampak keruh tentunya tidak akan lebih menarik bagi pengunjung dibandingkan dengan perairan yang jernih. Kedalaman maksimum terukur ada pada bagian tengah situ, yaitu sedalam 7,5 m. Kedalaman rata-rata Situ Sawangan-Bojongsari adalah 3-4 m, dengan kedalaman maksimum 8 m Fakhrudin 1989; BLH Kota Depok 2011. Situ Sawangan-Bojongsari dikenal sebagai situ yang terluas di Kota Depok. Selain itu, situ ini juga diketahui sebagai situ yang cukup dalam. Menurut masyarakat sekitar kedalaman maksimum Situ Sawangan-Bojongsari adalah sekitar 10 m. Hal ini dianggap menjadi salah satu penghambat dalam pengembangan wisata air di situ tersebut, karena perairan yang dalam dianggap dapat menimbulkan bahaya bagi pengunjung atau wisatawan. Sebagian masyarakat pun masih menganggap situ ini sebagai daerah yang menakutkan. Oleh karena itu, pengelola situ mengembangkan wisata hanya pada bagian situ dengan kedalaman rata-rata.

4.5.3. Nilai pH