Analisis Faktor pada Hierarki Pengambilan Keputusan

0.309 0.194 0.176 0.171 0.15 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 Pemahaman tentang situ SOSEKBUD SDM Kebijakan Pemahaman pengembangan wisata Bobot F a k to r Hasil pembobotan faktor umumnya terdiri dari tahap studi, penentuan alternatif dan skala prioritas, dan implementasi alternatif terpilih. Penentuan strategi pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari pada penelitian ini, yang dilakukan melalui tahap penentuan alternatif prioritas, diharapkan dapat menjadi tahap awal dalam perencanaan pengelolaan Situ Sawangan-Bojongsari sebagai kawasan wisata air di Kota Depok.

4.7.1. Analisis Faktor pada Hierarki Pengambilan Keputusan

Hasil analisis faktor menggunakan metode AHP memberikan hasil pembobotan dari yang terbesar hingga terkecil yaitu pemahaman tentang situ 0,309, SOSEKBUD 0,194, SDM 0,176, kebijakan 0,171, dan pemahaman pengembangan wisata 0,150 Gambar 15. Faktor dengan bobot tertinggi dianggap sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam pencapaian gol utama. Pemahaman tentang situ dipilih sebagai faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari. Pemahaman tentang Situ sebagai Faktor Prioritas Pemahaman tentang situ merupakan faktor yang dipilih oleh responden sebagai faktor yang paling mempengaruhi upaya pengelolaan kualitas perairan Gambar 15 Hasil pembobotan faktor pengelolaan kualitas perairan untuk pengembangan wisata air Situ Sawangan-Bojongsari. Situ Sawangan-Bojongsari untuk pengembangan wisata air dengan bobot 0,309. Pemahaman tentang situ dianggap sebagai dasar dari segala upaya pengelolaan situ yang akan dilakukan. Tidak hanya masyarakat sekitar situ yang diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik akan situ, namun juga pihak-pihak lain yang terlibat dalam sistem pengelolaan situ tersebut. Tindakan yang dilakukan terhadap situ diharapkan dapat sesuai dengan kaidah-kaidah alaminya ketika manusia memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang situ sebagai bagian dari ekosistem alam Pengetahuan dan pemahaman yang baik akan fungsi dan manfaat situ dianggap menduduki posisi penting di dalam upaya pengelolaan situ. Situ Sawangan-Bojongsari sebagai salah satu bentuk ekosistem lahan basah membutuhkan sistem pengelolaan yang terpadu untuk melindungi fungsi dan manfaatnya. Polajnar 2008 menyatakan bahwa pengembangan pengetahuan masyarakat mengenai konsep ekosistem lahan basah diharapkan akan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap program-program konservasi yang sesuai dengan lahan basah tersebut. Selain itu, menurut Robertson dan McGee 2003 pengembangan pengetahuan masyarakat lokal akan lingkungannya adalah salah satu cara untuk meningkatkan partisipasi mayarakat dalam pengelolaan lingkungan. Pengetahuan ekologi masyarakat lokal juga dapat menjadi sumber informasi penting dalam penyusunan program rehabilitasi lingkungan. Hal tersebut mempertegas bahwa pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai ekosistem situ mampu mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan Situ Sawangan- Bojongsari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat sekitar situ masih berada pada tingkat menengah cukup tahu akan pengetahuan materi situ dan hanya sedikit yang dianggap tahu. Oleh karena faktor pemahaman tentang situ dianggap sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam upaya pengelolaan kualitas perairan Situ Sawangan-Bojongsari, maka sudah sepatutnya upaya pengelolaan tersebut diawali dengan upaya peningkatan pengetahuan, bahkan pemahaman masyarakat mengenai materi situ. Pengetahuan yang telah dimiliki oleh masyarakat sekitar situ harus ditingkatkan dan kemudian digiring menuju 0.556 0.254 0.096 0.094 0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 Pemerintah Masyarakat Swasta LSM Bobot A k to r Hasil pembobotan aktor pemahaman yang baik serta tindakan nyata sebagai bentuk kepedulian terhadap situ.

4.8.2. Analisis Aktor pada Hierarki Pengambilan Keputusan