Situ sebagai Lokasi Tujuan Wisata

b. Pelancong excursionist, yaitu pengunjung yang tinggal dalam waktu kurang dari 24 jam di daerah atau negara yang dikunjunginya. Wisata rekreasipelesirpelancongan adalah salah satu kategori wisata. Wisata jenis ini lebih kurang sama dengan wisata santai yaitu kegiatan wisata yang ditujukan untuk berlibur, mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin tahu, menikmati keindahan alam, dan melepaskan ketegangan atas kesibukan sehari- hari Warpani Warpani 2007. Tempat tujuan jenis wisata ini biasanya adalah tempat dengan iklim berbeda dari iklim tempat tinggal wisatawanpengunjung, atau setidaknya memiliki suasana khas yang diinginkan. Daerah yang menjadi tujuan jenis wisata rekreasi dapat berupa daerah yang memiliki objek peninggalan bersejarah, budaya masyarakat, atau keindahan alam seperti danau, situ, pantai, dan pegunungan. Pemanfaatan situ sebagai daerah tujuan wisata juga dikemukakan dalam Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, yaitu salah satu hal yang dapat diterapkan pada situ sebagai salah satu sumberdaya air permukaan adalah dengan memanfaatkan situ sebagai kawasan wisata yang berwawasan lingkungan. Situ memiliki karakteristik khas sebagaimana situs alam lainnya seperti kawasan pegunungan, air terjun, ngarai, dan pantai yang memiliki nuansa keindahan. Situ sebagai salah satu daerah tujuan wisata memiliki kriteria daya tarik yang tergolong ke dalam benda-benda alam, yaitu seperti iklim yang sejuk, pemandangan yang indah, dan keragaman flora dan fauna. Pemanfaatan potensi tersebut untuk pengembangan wisata situ akan menghasilkan situ sebagai satu kawasan wisata dimana masyarakat dapat merelaksasikan diri dan melepaskan penat dari kesibukan sehari-hari. Situ merupakan salah satu bentuk kawasan lindung berdasarkan Inmendagri No. 14 tahun 1998 tentang Pembinaan Pengelolaan Situ-situ di Wilayah Jabotabek. Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi pelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kawasan lindung adalah bagian dari lingkungan hidup yang pengelolaannya diatur dengan peraturan perundang-undangan. Meskipun begitu, bukan berarti kawasan lindung tidak dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain. Kegiatan-kegiatan yang tidak mengancam kelestarian lingkungan dapat dilakukan di kawasan ini, seperti kegiatan wisata yang berwawasan lingkungan. Menurut Sulastri 2003 sistem pengelolaan situ secara terpadu dapat dilakukan melalui pendekatan ekosistem dan sosial-ekonomi dengan tetap mengarah kepada tujuan konservasi situ untuk mempertahankan fungsinya. Hal ini disebabkan karena situ terdiri dari berbagai komponen, antara lain: flora, fauna, air, tanah, dan manusia, sehingga perlu dipertimbangkan peranan dan kepentingan masing-masing komponen terhadap situ. Perwujudan situ sebagai kawasan wisata yang menjanjikan membutuhkan pengelolaan kualitas perairan yang baik. Beberapa parameter yang dapat dijadikan sebagai bahan penilaian potensi wisata dari sebuah situ antara lain adalah kondisi lingkungan, keragaman atraksi, keunikan objek wisata, jumlah pengunjung, luas jangkauan, ketersediaan transportasi dan kemudahan pencapaian, ketersediaan infrastruktur dan fasilitas penunjang, keberadaan lembaga pengelola sumberdaya manusia, dan kegiatan promosi Rahman 2010. Kondisi lingkungan perairan situ yang baik tentu akan meningkatkan daya tarik wisata situ. Beberapa situ di kawasan Jabodetabek telah berhasil dijadikan sebagai objek wisata. Situ Babakan yang berlokasi di Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan adalah salah satu objek wisata yang cukup diminati di Provinsi DKI Jakarta, sedangkan Situ Pengasinan adalah kawasan wisata situ yang telah lebih dulu dikembangkan menjadi kawasan wisata di Kota Depok sebelum Situ Sawangan-Bojongsari.

2.7. Analytical Hierarchy Process AHP

Model proses hierarki analitik analytical hierarchy process merupakan model pengambilan keputusan dan perencanaan strategis yang diperkenalkan pertama kali oleh Thomas L. Saaty pada era 1970-an Dermawan 2005. Suatu persoalan yang kompleks dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. Model AHP juga mampu menyederhanakan persoalan yang kompleks dan mempercepat pengambilan keputusan atas persoalan tersebut Marimin 2008. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan persoalan yang kompleks menjadi bagian-bagian yang tertata dalam suatu hierarki. Tingkat kepentingan setiap variabel dibandingkan dengan variabel lain secara subjektif dan kemudian diberikan nilai atau bobot numerik. Sintesa terhadap bobot variabel-variabel tersebut akan menghasilkan variabel dengan prioritas tertinggi dan berperan dalam mempengaruhi hasil pada sistem tersebut Marimin Maghfiroh 2010. Analytical hierarchy process sebagai sebuah model analisis memiliki beberapa kelebihan dalam sistem analisisnya. Keuntungan penggunaan model AHP menurut Saaty 1993 dalam Tantyonimpuno dan Retnaningtias 2006 adalah sebagai berikut: c. Kesatuan unity Model AHP memberikan satu model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes untuk aneka ragam persoalan tak terstruktur. d. Kompleksitas complexity Model AHP memecahkan persoalan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian deduktif. e. Saling ketergantungan interdependence Model AHP menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan hubungan linier. f. Struktur hierarki hierarchy structuring Model AHP mewakili pemikiran alami manusia yang cenderung memilah- milah elemen sistem ke dalam berbagai level yang berbeda dan mengelompokkan unsur yang serupa pada setiap tingkat. g. Konsistensi consistency Model AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan. h. Pengukuran measurement Model AHP memberikan suatu skala pengukuran dan wujud suatu metode untuk mendapatkan prioritas. i. Sintesis synthesis Model AHP mengarahkan pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.