Pengalihan. Akuntansi PPh Pasal 21. 1. PPh Pasal 21 Pegawai Mulai Tahun 2009.
48 | P a g e
3 Dalam hal terjadi pengalihan Uang Manfaat Pensiun kepada perusahaan asuransi jiwa dengan cara Dana Pensiun membeli anuitas seumur hidup,
Pegawai sebagai peserta dianggap telah menerima hak atas Uang Manfaat Pensiun yang dibayarkan secara sekaligus.
Pemotongan PPh Ps.21 Final dilakukan oleh Dana Pensiun Pemberi Kerja atau Dana Pensiun Lembaga Keuangan pada saat pembelian anuitas seumur hidup.
d. Tarif PPh pasal 21 Final atas penghasilan berupa uang pesangon: Jumlah Uang Pesangon Per Orang
Tarif a s.d. Rp.50.000.000,-
b diatas Rp.50
juta s.d.
Rp.100.000.000,- c diatas
Rp.100 juta
s.d. Rp.500.000.000,-
d di atas Rp.500.000.000,- 5
15 25
e. Tarif PPh Pasal 21 Final atas penghasilan berupa Uang Manfaat Pensiun, THT, JHT:
1 Sebesar 0 nol persen atas penghasilan bruto sampai dengan Rp.50.000.000,00 lima puluh juta rupiah;
2 Sebesar 5 lima persen atas penghasilan bruto di atas Rp.50.000.000,00 lima puluh juta rupiah.
f. Dalam hal terdapat bagian penghasilan sebagaimana dimaksud no.2 yang terutang atau dibayarkan pada tahun ketiga dan tahun-tahun berikutnya,
pemotongan PPh Pasal 21 dilakukan dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat 1 huruf a UU. No.36 Th.2008 atas jumlah bruto seluruh penghasilan yang terutang
atau dibayarkan kepada Pegawai pada masing-masing tahun kalender yang bersangkutan; tidak bersifat final dan dapat diperhitungkan sebagai pembayaran
pajak pendahuluan atau kredit pajak dan berlaku ketentuan Pasal 21 ayat 5a UU. No.36 Th.2008.
g. Pemotong Pajak wajib memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 21 baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan pajak kepada Pegawai yang
berhak menerima Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, THT, JHT. Bukti
49 | P a g e
pemotongan PPh Ps.21 wajib dibuat meskipun jumlah PPh Ps.21 yang terutang pajak nihil, karena dikenai tarif 0.
h. PP Nomor 149 Tahun 2000 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun, dan
Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua LNRI Tahun 2000 Nomor 266, Tambahan LNRI Nomor 4067, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Contoh: 1 Penghasilan bruto jumlah uang pesangon Rp.175.000.000,00
PPh Pasal 21 terutang: 0 x Rp.50.000.000,00 = Rp. 0,00
5 x Rp.50.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00 15 x Rp.75.000.000,00 = Rp.11.250.000,00
Rp.13.750.000,00 2 Dalam hal pembayaran Uang Pesangon dalam contoh tersebut di atas dilakukan
dalam beberapa kali pembayaran, misalnya: a. Bulan Desember 2009 = Rp. 50.000.000,00
b. Bulan April 2010 = Rp.125.000.000,00 Perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 didasarkan pada jumlah
pembayaran sebagai satu kesatuan, yaitu sebesar Rp.175.000.000,00. PPh Ps.21 Final - Des.2009 = 0 x Rp.50.000.000,- = 0 NIHIL
PPh Ps.21 Final – April 2010 = 5 x Rp.50.000.000,- = Rp. 2.500.000,- 15 x Rp.75.000.000,- = Rp.11.250.000,-
Jumlah PPh Ps.21 Final yang harus dipotong = Rp.13.750.000,-
Contoh: 1 Perhitungan pemotongan PPh Pasal 21 yang dipotong atas pembayaran JHT
yang dibayarkan sekaligus sebesar Rp.150.000.000,00 adalah: Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang:
0 x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 0,00 5 x Rp.100.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00
Jumlah PPh Ps.21 Final Rp. 5.000.000,00 2 Dalam hal jumlah pembayaran uang JHT tersebut di atas dibayarkan dalam
beberapa kali pembayaran, misalnya:
50 | P a g e
Bulan Desember 2009 sebesar Rp. 50.000.000,00
Bulan Februari 2010 sebesar Rp.100.000.000,00
PPh Ps.21 Final: Bulan Desember 2009 = 0 x Rp. 50.000.000,- = 0 NIHIL
Bulan Februari 2010 = 5 x Rp.100.000.000,- = Rp.5.000.000,- Jumlah PPh Ps.21 Final
Rp.5.000.000,- Contoh:
Misalkan pembayaran Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, THT atau JHT yang seharusnya dilakukan sekaligus, namun masih dilakukan bagian pembayaran pada
tahun ketiga sebesar Rp.50.000.000,00, jika kepada Wajib Pajak orang pribadi yang bersangkutan dalam tahun tersebut hanya dibayarkan penghasilan tersebut, Pajak
Penghasilan Pasal 21 yang harus dipotong dihitung dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat 1 huruf a UU. No.36 Th.2008 atas jumlah bruto tersebut yaitu sebesar 5 x
Rp.50.000.000,00 = Rp.2.500.000,00; apabila Penerima Penghasilan tidak mempunyai NPWP maka PPh Ps.21 sebesar 120 x 5 x Rp.50.000.000,- =
Rp.3.000.000,-.
C. Akuntansi Pemotongan PPh Pasal 23 PPn Jasa. 1. Pasal 23 UU No.36 Tahun 2008 Peraturan MKRI No.244PMK.032008.
Perusahaan yang merupakan WP Badan DN atau BUT, wajib memotong PPh Pasal 23, menyetorkan ke Kas Negara, melaporkan ke KPP dan memberi bukti
potong PPh Pasal 23 kepada pihak yang dipotong WPDN: a. Sebesar 15 lima belas persen dari jumlah bruto atas:
1 dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 huruf g; tidak terutang
PPN. 2
bunga, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 huruf f; tidak terutang PPN.
3 royalti; dan terutang PPN.
4 hadiah dan penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh Ps.21 ayat 1 huruf e.
Apabila pihak yang dipotong tidak punya NPWP, PPh Pasal 23 sebesar 30 tiga puluh persen.
51 | P a g e
b. Dipotong PPh Pasal 23 dari jumlah bruto tidak termasuk PPN, sebesar: - 2 dua persen bagi yang punya NPWP;
- 4 empat persen bagi yang tidak punya NPWP. 1 Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, misalnya:
sewa mesin, sewa kendaraan, sewa alat-alat berat dan sebagainya; kecuali sewa tanahbangunan yang dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 10 sepuluh
persen dari jumlah bruto. 2 Jasa tehnik, jasa manajemen, jasa konsultan dan jasa lain selain jasa yang telah
dipotong PPh Ps.21. 3 Jenis jasa lain terdiri dari:
a Jasa penilai appraisal; b Jasa aktuaris;
c Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan; d Jasa perancang desing;
e Jasa pengeboran drilling di bidang penambangan minyak dan gas bumi migas, kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap BUT;
f Jasa penunjang di bidang penambangan migas; g Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain
migas; h Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
i Jasa penebangan hutan; j Jasa pengolahan limbah;
k Jasa penyedia tenaga kerja outsourcing services l Jasa perantara danatau keagenan;
m Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga , kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI;
n Jasa custodianpenyimpanan penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI; o Jasa pengisian suara dubbing danatau sulih suara;
p Jasa mixing film; q Jasa sehubungan dengan software computer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan; r Jasa instalasipemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
danatau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
52 | P a g e
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin danatau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
s Jasa perawatanperbaikanpemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat transportasikendaraan danatau bangunan, selain
yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin danatau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
t Jasa maklon; u Jasa penyelidikan dan keamanan;
v Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer; w Jasa pengepakan;
x Jasa penyediaan tempat danatau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media lain untuk penyampaian informasi;
y Jasa pembasmian hama; z Jasa kebersihan atau cleaning service;
aa Jasa catering atau tata boga. Penjelasan atau rincian jasa lain supaya dilihat pada Peraturan MKRI
No.244PMK.032008. c. Tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 23:
1 Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank; 2 Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan SGU dengan hak
opsi; 3 Dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 3 huruf f dan dividen yang
diterima oleh WPOPDN dikenakan PPh Ps.17 ayat 2c sebesar 10 sepuluh persen bersifat final;
Pasal 4 ayat 3 huruf f UU No.36 Th.2008. Bukan objek PPh, adalah dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh
PT. sebagai WPDN, Koperasi, BUMN atau BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia dengan
syarat Kumulatif: a Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
53 | P a g e
b Bagi PT, BUMN dan BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25 dua puluh lima persen
dari jumlah modal yang disetor. 4 Dihapus: bunga obligasi ke Reksa Dana;
5 Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari CV, Firma, Persekutuan, Perkumpulan dan Kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif; 6 Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
7 Dihapus bunga simpanan koperasi; 8 Penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada badan usaha atau jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyaluran pinjaman danatau pembiayaan yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
Peraturan MKRI No.251PMK.032008. 1 Atas penghasilan sehubungan dengan jasa keuangan yang dibayarkan atau
terutang kepada badan usaha yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman danatau pembiayaan, tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 23.
2 Penghasilan sehubungan dengan jasa keuangan tersebut adalah berupa bunga atau imbalan lain yang diberikan atas penyaluran pinjaman dan atau
pemberian pembiayaan, termasuk yang menggunakan pembiayaan berbasis syariah.
3 Badan usaha tersebut terdiri dari: a perusahaan pembiayaan yang merupakan badan usaha di luar bank dan
lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga pembiayaan dan
telah memperoleh ijin usaha dari Menteri Keuangan; b BUMN atau BUMD yang khusus didirikan untuk memberikan sarana
pembiayaan bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, termasuk PT Persero Permodalan Nasional Madani.