| P a g e
98
2. Ketentuan Penyusutan Fiskal.
a. Penyusutan fiskal dimulai pada bulan pengeluaran atau pada bulan selesai pengerjaannya, kecuali dengan persetujuan Dir. Jend. Pajak dapat dimulai sejak
harta tersebut digunakan atau menghasilkan. b. Dasar penyusutan fiskal adalah harga perolehan tidak dikurangi nilai residu.
c. Mulai tahun 2001 dilakukan dalam bulan penuh, dilakukan per jenis aktiva tetap; dilampirkan dalam SPT PPh dengan lampiran khusus e SPT PPh.
d. Penyusutan tahun 2009 dan seterusnya, tidak ada perbedaan yang prinsipiil dengan penyusutan tahun 2001-2008.
e. Penyusutan fiskal harta berwujud kelompok bangunan hanya boleh dengan metode garis lurus.
Permanen sebesar 5 pertahun; Tidak permanen sebesar 10 pertahun.
f. Penyusutan fiskal harta berwujud bukan kelompok bangunan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun, WP hanya boleh memilih satu metode;
perubahan metode penyusutan fiskal harus mendapat persetujuan dari Dir. Jend. Pajak.
g. Penyusutan fiskal dengan metode saldo menurun, pada akhir masa manfaat nilai buku fiskalnya disusutkan sekaligus.
h. Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal.
Tabel 4.1 Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal
Kelompok Harta Masa Manfaat
Tarif Penyusutan Garis lurus
Saldo menurun Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 ttahun
25 50
2 8 tahun
12,5 25
3 16 tahun
6,25 12,5
4 20 tahun
5 10
Bangunan Permanen
20 tahun 5
- Tidak Permanen
10 tahun 10
-
| P a g e
99
i. Kelompok harta bangunan dan bukan bangunan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.96PMK.032009.
j. Pengalihan Aktiva Tetap. Pengalihan Aktiva Tetap dihitung keuntungan kerugian pengalihan harta:
a. Komersial = Harga Jual Harga Pasar dikurangi Nilai Buku Akuntansi NBA. b. Fiskal = Harga Jual Harga Pasar dikurangi Nilai Buku Fiskal NBF.
Pasal 4 ayat 1 huruf d UU No.36 Tahun 2008, keuntungan pengalihan harta merupakan objek PPh
k. Penggantian Asuransi. Pasal 11 ayat 9 UU No.36 Tahun 2008.
Apabila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat diketahui dengan pasti di masa kemudian, maka dengan persetujuan Dir. Jend.
Pajak jumlah kerugian NBF harta yang bersangkutan dibukukan sebagai beban deductible expense pada waktu yang sama dengan penerimaan penggantian
asuransi. Contoh:
Bangunan selesai dibangun pada akhir tahun 2000 seharga Rp.30.000.000.000 taksiran umur komersial 30 tahun metode penyusutan garis lurus, mulai penyusutan
komersial dan penyusutan fiskal tahun 2001, diasuransikan dengan Polis sebesar Rp.100.000.000.000,-. Pada bulan Juli 2010 terbakar habis, dan penggantian
asuransi baru diketahui dengan pasti pada bulan Maret 2011 sebesar Rp.60.000.000.000,-; belum pernah dilakukan Revaluasi.
Keterangan Akuntansi
Fiskal Harga Perolehan
Penyusutan NB 30 Juni 2010
Penggantian Asuransi Keuntungan
Objek PPh sebesar 30.000.000.000
9.500.000.000 20.500.000.000
60.000.000.000 39.500.000.000
30.000.000.000 14.250.000.000
15.750.000.000 60.000.000.000
44.250.000.000 44.250.000.000
Apabila sudah pernah dilakukan revaluasi seharga Rp.90.000.000.000,- pada akhir tahun 2009, akan mengurangi keuntungan penggantian asuransi yang merupakan
objek PPh
| P a g e
100
Berdasarkan Pasal 4 ayat 3 huruf e UU PPh, bukan objek PPh adalah pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi:
kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi bea siswa. l. Penyusutan alat-alat kecil small tools.
Penjelasan Pasal 11 ayat 1, 2 UU PPh 1984 sesuai dengan pembukuan WP, alat-alat kecil small tools yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu
golongan seperti dalam penyusutan akuntansi, misalnya: sendok, piring, gelas dalam usaha hotel; pembebanan biaya dapat berdasarkan jumlah penggantian pada tahun
yang bersangkutan. m. Keputusan Dir. Jend. Pajak No. KEP-316PJ2002.
Perlakuan PPh atas pengeluaran atau biaya perolehan perangkat lunak software komputer:
1 Perangkat lunak software adalah semua program yang dapat digunakan pada sistem operasi komputer, atas biaya pengeluaran dan upgrade berupa
program aplikasi umum: - dapat dibebankan sebagai biaya pada tahun pengeluaran;
- dikapitalisasi pada harga perolehan komputer, pembebanannya melalui penyusutan kelompok 1.
2 Program Aplikasi Khusus Kelompok 1, adalah program yang dirancang khusus untuk keperluan otomatisasi sistem administrasi pekerjaan, kegiatan
usaha tertentu, misalnya: perbankan, asuransi, rumah sakit, dsb; pembebanannya melalui penyusutan fiskal kelompok 1.
n. Penurun produksi atau berhenti sementara. SE-02PJ.421992, 26 Januari 1999.
Tidak diperkenankan melakukan penangguhan penyusutan fiskal, walaupun dalam tahun pajak terjadi penurunan produksi atau penghentian produksi.
o. Kerugian Pengalihan Harta. Pasal 6 ayat 1d UU No.36 Tahun 2008.
Dapat dibiayakan deductible expense, kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki WP dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dikenakan PPh-Tidak Final, dengan syarat:
| P a g e
101
a. WP menyelenggarakan pembukuan. b. WPOP tidak menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
c. Penghasilan dari harta tersebut tidak dikenakan PPh-Final atau bukan objek PPh
p. Beda waktu. Apabila harga perolehan aktiva tetap secara komersial sama dengan fiskal,
perbedaan penyusutan fiskal merupakan beda waktu; dengan PSAK No.46 perbedaan tersebut dibukukan dalam akun Pajak Tangguhan.
Saldo Debit merupakan Aktiva Pajak Tangguhan Deffered Tax Assets atau DTA;
Saldo Kredit merupakan Kewajiban Pajak Tangguhan Deffered Tax Liabilities DTL, menguntungkan WP karena WP dapat menunda pembayaran PPh
q. Penyusutan dipercepat. Penyusutan fiskal termasuk penyusutan dipercepat karena masa manfaat
fiskal lebih pendek dibanding masa manfaat komersial. r. Fasilitas PPh Ps.31A.
WP yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan atau di daerah-daerah tertentu dapat diberikan fasilitas PPh dalam bentuk
penyusutan dipercepat.
Tabel 4.2 Tarif Penyusutan
Kelompok Harta Masa Manfaat
Tarif Penyusutan Garis lurus
Saldo menurun Bukan Bangunan
Kelompok 1 2 tahun
50 100
2 4 tahun
25 50
3 8 tahun
12,5 25
4 10 tahun
10 20
Bangunan Permanen
10 tahun 10
- Tidak Permanen
5 tahun 20
-
| P a g e
102
s. Perencanaan PPh 1 Aktiva tetap yang diperoleh atau selesai dibangun sebelum produksi
komersial sebaiknya minta persetujuan ke KPP untuk memulai penyusutan sejak digunakan karena dapat menunda kompensasi Rugi Fiskal.
2 Harta berwujud bukan kelompok bangunan Penyusutan komersial dengan metode garis lurus dan penyusutan fiskal dengan metode saldo menurun,
pada awal tahun investasi penyusutan fiskal lebih besar dibanding penyusutan komersial yang akan mengakibatkan laba fiskal lebih rendah
dibanding laba komersial atau terjadi koreksi fiskal negatif yang menguntungkan WP.
3.
Contoh
:
Perbandingan penyusutan harta berwujud bukan kelompok bangunan secara akuntansi dengan metode garis lurus secara fiskal dengan metode saldo menurun
merupakan latihan yang harus dikerjakan oleh semua mahasiswa. Perhitungan penyusutan komersial dengan metode garis lurus dan penyusutan fiskal untuk harta
berwujud bukan kelompok bangunan dengan metode garis lurus berikut ini digunakan untuk studi kasus rekonsiliasi fiskal tahun 2010.
a. Bangunan pabrik. Pada bulan Juli 2000 selesai dibangun Bangunan Pabrik seharga
Rp.30.000.000.000,-, taksiran umur komersial 30 tahun, produksi komersial dimulai pada awal tahun 2001; telah mendapat persetujuan dari KPP tentang penyusutan
fiskal dimulai tahun 2001. Penyusutan komersial pertahun Rp.1.000.000.000,-, dan penyusutan fiskal pertahun Rp.1.500.000.000,-; akan mengakibatkan penyusutan
fiskal pertahun lebih besar Rp.500.000.000,- selama 20 tahun, kemudian penyusutan fiskal lebih rendah Rp.1.000.000.000,- selama 10 tahun dibanding penyusutan
komersial. PSAK No.46 menggunakan tarif tunggal sebesar 30 untuk menghitung PPh, mengakibatkan DTL sebesar Rp.150.000.000,- selama 20 tahun dan akan di
debit pertahun sebesar Rp.300.000.000,- selama 10 tahun; mulai tahun 2009 diterapkan tarif tunggal sebesar 28 dua puluh persen; tahun 2010 tarif PPh
Badan 25.
| P a g e
103
b. Mesin pabrik kelompok 3. Pada akhir bulan Oktober 2000 selesai dipasang Mesin Pabrik yang diimpor
dengan harga perolehan sampai pemasangan dan siap dipakai sebesar Rp.18.000.000.000,-, produksi komersial mulai awal tahun 2001. Penyusutan fiskal
telah mendapat persetujuan dari KPP dimulai awal tahun 2001, masa manfaat komersial selama 18 tahun.
Penyusutan komersial pertahun Rp.1.000.000.000,-, Penyusutan fiskal pertahun Rp.1.125.000.000,-, selisih penyusutan komersial di bawah penyusutan
fiskal sebesar Rp.125.000.000,- selama 16 tahun, selanjutnya selisih penyusutan komersial di atas penyusutan fiskal sebesar Rp.1.000.000.000,- selama 2 tahun.
c. Kendaraan operasional pabrik kelompok 2. Pada awal tahun 2001 dibeli seharga Rp. 6.000.000.000,-. Akuntansi,
taksiran umur 8 tahun, tidak ada nilai residu, metode garis lurus. Penyusutan komersial pertahun dari 2001 sd 2008 sebesar Rp. 750.000.000,-, sama dengan
penyusutan fiskal, tidak ada beda waktu. Pada awal tahun 2009 Kendaraan operasional tersebut dijual tunai laku Rp.200.000.000,-
Komersial Fiskal
Nilai Buku Harga Jual
Keuntungan 200.000.000
200.000.000 200.000.000
200.000.000 Pada akhir Februari 2009 dibeli Kendaraan Operasional Pabrik seharga
Rp.9.000.000.000,- taksiran umur komersial 8 tahun tanpa nilai residu, mulai digunakan awal bulan Maret 2009 dan penyusutan fiskal dimulai sejak digunakan
sudah mendapat persetujuan dari Dir. Jend. Pajak. Penyusutan komersial pertahun Rp.1.125.000.000,- sama dengan penyusutan fiskal; penyusutan tahun 2009 sebesar
Rp.937.500.000,- tidak ada beda waktu. d. Pada tanggal 1 April 2006 dimulai Program Aplikasi Khusus, jumlah pengeluaran
termasuk perangkat keras komputer dan perangkat lunak komputer berupa program aplikasi khusus sebesar Rp. 600.000.000,-, secara komersial disusutkan
4 tahun dengan metode garis lurus tanpa nilai residu, penyusutan fiskal termasuk klp.1 KEP-316PJ2002. Penyusutan komersial pertahun Rp. 150.000.000,-
| P a g e
104
sama dengan
penyusutan fiskal,
penyusutan tahun
2010 sebesar
Rp.37.500.000,-. e. Komputer lama yang nilai bukunya sudah nihil, harga pasarnya Rp.10.000.000,-
disumbangkan ke Yayasan Pendidikan Utama yang tidak ada hubungan usaha, kepemilikan, penguasaan dan pekerjaan.
Ps. 4 3 a dan Ps.9 1 g UU No.17 Tahun 2000 tidak berubah pada UU. No.36 Tahun 2008. Komputer yang NBF sudah nihil, harga pasarnya Rp.
10.000.000,- disumbangkan yang memenuhi syarat Ps.4 3 a, bagi yang menerima bukan objek PPh dan bagi yang memberikan bukan kerugian dan tidak ada
keuntungan pengalihan harta. f. Pada tanggal 1 Mei 2006 dibeli 18 buah Handphone untuk pegawai seharga
Rp.36.000.000,- Akuntansi, disusutkan selama 4 tahun dengan metode garis lurus.
Penyusutan komersial pertahun Rp. 9.000.000,-. Penyusutan Fiskal – Metode garis lurus.
KEP-220PJ2002, m.b.18 April 2002: Atas biaya perolehan Handphone yang digunakan pegawai karena
jabatannya, 50 dari harga perolehan dapat disusutkan termasuk kelompok 1 atas biaya berlangganan, uang pulsa dan biaya perbaikan 50 dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto. 1 Mei 2006 Harga Perolehan Handphone
Rp. 36.000.000,- Yang dapat disusutkan kelompok 1 = 50 =
Rp. 18.000.000,- Penyusutan fiskal yang dapat dibiayakan pertahun Rp.4.500.000,-, yang tidak dapat
dibiayakan pertahun Rp.4.500.000,- merupakan beda tetap. Penyusutan 2010, komersial sebesar Rp.3.000.000,- dan fiskal Rp.1.500.000,-.
Handphone untuk keperluan operasional pabrik yang pagi diambil, dan selesai bekerja dikembalikan atau disimpan dan tidak ada keperluan Pribadi pegawai,
semua dapat disusutkan dan dibiayakan. g. Pada awal tahun 2001 dibeli kendaraan operasional kantor yang pagi sore
digunakan untuk antar jemput pegawai; harga perolehan 8 unit kendaraan sebesar Rp.1.200.000.000,- Akuntansi, disusutkan selama 6 tahun dengan
metode garis lurus.
| P a g e
105
Penyusutan komersial pertahun Rp. 200.000.000,- dari tahun 2001 s.d. 2006. Penyusutan Fiskal - Saldo Menurun klp. 2 masa manfaat 8 tahun dengan pertahun
Rp.150.000.000,- dari tahun 2001 s.d. 2008. Kendaraan Operasional Kantor dan Pemasaran yang pagi - sore digunakan untuk antar jemput pegawai, termasuk
kelompok II; penyusutan dan biaya pemeliharaanrutin dapat dikurangkan dari penghasilan bruto:
Pada bulan Januari 2008 dijual 2 unit kendaraan operasional seharga Rp.120.000.000,-, merupakan keuntungan komersial karena NB komersial sudah
Nihil. NBF Januari 2008 = 28 x Rp.150.000.000 = Rp. 37.500.000
Harga Jual 120.000.000
Keuntungan Fiskal Rp. 82.500.000 Penyusutan Fiskal 6 unit kendaraan operasional tahun 2008 sebesar
Rp.112.500.000,-. Nilai Buku Komersial dan fiskal pada awal th.2009 NIHIL, diadakan perbaikan besar untuk 6 kendaraan dengan biaya Rp.300.000.000,- selesai
bulan Maret 2009 diamortisasi selama 4 tahun, secara fiskal sudah mendapat persetujuan dari DJP, mulai digunakan sejak awal April 2009, mengajukan
permohonan ke KPP. Penyusutan komersial pertahun Rp.75.000.000,- sama dengan penyusutan fiskal, penyusutan tahun 2009 Rp.56.250.000,- tidak ada beda waktu.
h. Penyusutan Sedan atau kendaraan yang dipakai pegawai tertentu karena jabatannya.
Pada tanggal 1 Juli 2001 dibeli 4 buah sedan untuk Komisaris, Direktur dan Manager seharga Rp. 900.000.000,-. Akuntansi, disusutkan selama 6 tahun dengan metode
garis lurus. Penyusutan Komersial pertahun Rp. 150.000.000,-.
Penyusutan Fiskal – Garis Lurus: KEP-220PJ2002 m.b. 18 April 2002, SE-09PJ.422002.
Kendaraan termasuk sedan yang digunakan pegawai tertentu dibawa pulang karena jabatannya, 50 dari harga perolehan dapat disusutkan termasuk harta
Kelompok II dan 50 dari biaya rutinpemeliharaan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto:
| P a g e
106
Yang dimiliki sebelum 18 April 2002, dihitung NSBF per 30 April 2002 dan 50 dapat disusutkan S-174PJ.422003,27 Maret 2003
1 Juli 2001 Harga perolehan 4 unit sedan ………………… Rp.900.000.000,- Penyusutan fiskal-tidak dapat dibiayakan.
2001 = 612 x 12,5 x 900.000.000 = Rp. 56.250.000,- 2002 = 412 x 12,5 x 900.000.000 = 37.500.000,-
Rp. 93.750.000,- NBF per 30 April 2002 ……………………………………… Rp.806.250.000,-
NBF yang dapat disusutkan 50 = ………………………. 403.125.000,- Sisa manfaat 86 bulan
Penyusutan fiskal perbulan = ……………………………… Rp. 4.687.500,- Penyusutan fiskal pertahun
56.250.000,- 2002 = 8 x Rp. 4.687.500,- = ……………………………… Rp. 37.500.000,-
2003 s.d. 2008 = 6 x Rp.56.250.000,- = …………………. Rp.337.500.000,- 2009 = 6 x Rp. 4.687.500,- = ……………………………… Rp. 28.125.000,-
Penyusutan Komersial tahun 2008 sebesar NIHIL, pada awal tahun 2009. NBF Sedan = 2xRp.28.125.000,- = Rp.56.250.000,-.
Perlakuan perpajakan atas kendaraan sedan yang dibawa pulang pegawai tertentu, penyusutan fiskal yang 50 dapat dibiayakan dan yang 50 tidak dapat
dibiayakan; perbedaan dengan penyusutan komersial terdiri dari beda tetap dan beda waktu.
Tabel 4.3 Perbandingan Penyusutan Komersial dan Penyusutan Fiskal.
Tahun Penyusutan
Komersial Beda Pos Neg
Penyusutan Fiskal
Tetap Waktu
2001 2002
2003 2004
2005 2006
2007 2008
75.000.000 50.000.000
100.000.000 150.000.000
150.000.000 150.000.000
150.000.000 75.000.000
- 75.000.000
50.000.000 50.000.000
75.000.000 75.000.000
75.000.000 75.000.000
37.500.000 -
- -
12.500.000 18.750.000
18.750.000 18.750.000
18.750.000 18.750.000
56.250.000 -
- 37.500.000
56.250.000 56.250.000
56.250.000 56.250.000
56.250.000 56.250.000
900.000.000 512.500.000
12.500.000 375.000.000
| P a g e
107
Pada awal tahun 2009 empat sedan tersebut diambil alih oleh Komisaris, Direktur, Manager yang memakainya tanpa pembayaran, harga pasar 4 sedan
tersebut Rp.160.000.000,-. NBF 4 sedan = Rp.56.250.000,-. Keterangan Akuntansi Fiskal
Nilai Buku 0 56.250.000
Uang diterima -
Harga pasar - 160.000.000
Keuntungan 0 103.750.000
Pasal 5 PP. NO.138 Tahun 2000, dalam hal terjadi pengalihan harta perusahaan kepada pegawainya bukan pemegang saham, maka keuntungan
berupa selisih antara harga pasar harta tersebut dengan NSBF merupakan penghasilan bagi perusahaan.
Penjelasan Pasal 4 ayat 1 huruf d UU. NO.7 Tahun 1983 tidak ada perubahan yang prinsipiil sampai dengan UU. NO.36 Tahun 2008, dalam hal
pengalihan harta terjadi antara badan usaha dengan pemegang saham, maka harga jual pasar yang dipakai adalah harga pasar, selisih dengan NBF merupakan
keuntungan badan usaha dan penghasilan dividen bagi pemegang saham. Dalam contoh diatas, apabila Komisaris, Direktur dan Manager merupakan
pemegang saham, memperoleh dividen Rp.103.750.000,-, Ps.17 2c, 2d UU No.362008 mulai tahun 2009 dikenakan PPh Final 10 untuk WPOPDN.
Pada bulan Januari 2009 dibeli 4 buah sedan untuk Komisaris, Direktur dan Manager seharga Rp.1.800.000.000,-, taksiran umur komersial 6 tahun tanpa nilai
residu; penyusutan komersial pertahun Rp.300.000.000,- Dasar penyusutan fiskal 50 = Rp.900.000.000,- termasuk Kelompok 2 dengan metode garis lurus,
penyusutan fiskal pertahun Rp.112.500.000,-. Tahun
Komersial Beda Tetap
Beda Waktu Fiskal
2009 2010
2011 2012
2013 300.000.000
300.000.000 300.000.000
300.000.000 300.000.000
150.000.000 150.000.000
150.000.000 150.000.000
150.000.000 37.500.000
37.500.000 37.500.000
37.500.000 37.500.000
112.500.000 112.500.000
112.500.000 112.500.000
112.500.000
| P a g e
108
2014 2015
2015 300.000.000
- -
150.000.000 -
- 37.500.000
112.500.000 112.500.000
112.500.000 112.500.000
112.500.000 JUMLAH
1.800.000.000 900.000.000
900.000.000 i. Pada awal tahun 2005 dibeli Peralatan dari kayu Inventaris - Kelompok 1
seharga Rp.120.000.000,-. Akuntansi, disusutkan selama 4 tahun dengan metode garis lurus.
Penyusutan Komersial pertahun Rp. 30.000.000,- sama dengan penyusutan fiskal. j. Pada awal tahun 2005 dibeli Peralatan dari logam Inventaris - Kelompok 2
seharga Rp.300.000.000,-. Akuntansi, disusutkan selama 6 tahun dengan metode garis lurus.
Penyusutan komersial pertahun Rp. 50.000.000,-, Penyusutan fiskal pertahun Rp.37.500.000,-.
k. Pada awal tahun 2008 dibeli Komputer Kantor seharga Rp.60.000.000,-, taksiran umur komersial 4 tahun, metode penyusutan garis lurus; Penyusutan fiskal
dengan metode garis lurus. Penyusutan Komersial pertahun Rp.15.000.000,- sama dengan penyusutan fiskal.
B. Amortisasi Fiskal.
Pasal 11A UU. RI. No.10 Tahun 1994 tidak berubah pada UU. RI. No.17 Tahun 2000 dirubah pada UU No.36 Tahun 2008; menyatakan bahwa atas
pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan Hak Guna Bangunan HGB, Hak Guna Usaha HGU
dan hak pakai dan muhibah good will yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan, diamortisasi dengan metode garis lurus atau saldo menurun; apabila diamortisasi dengan saldo menurun, pada akhir masa manfaat nilai sisa bukunya
diamortisasi sekaligus.
| P a g e
109
Masa manfaat dan tarif amortisasi sama dengan harta berwujud kelompok bukan bangunan, yaitu:
Tabel 4.4 Masa Manfaat dan Tarif Amortisasi Kelompok Harta Tak Berwujud
Kelompok Harta Tak Berwujud
Masa Manfaat Tarif Amortisasi
Garis Lurus Saldo Menurun
1 2
3 4
4 tahun 8 tahun
16 tahun 20 tahun
25 x HP 12,5
6,25 5
50 x NSB 25
12,5 10
Pasal 9 ayat 2 UU. No. 17 Tahun 2000 tidak berubah pada UU. No.36 Tahun 2008, Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau
amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau 11A. Contoh:
Pada awal tahun 2007 PT.CBA memperpanjang HGU selama 25 tahun sejak awal 2007 dengan biaya perpanjangan melalui Konsultan sebesar Rp.1.000.000.000,-,
masuk kelompok 4; secara akuntansi diamortisasi dengan metode garis lurus selama 25 tahun, secara fiskal diamortisasi selama 20 tahun dengan metode garis lurus.
Amortisasi komersial pertahun Rp.40.000.000,-, amortisasi fiskal pertahun Rp.50.000.000,-, merupakan beda waktu.
Selisih amortisasi komersial dibawah amortisasi fiskal sebesar Rp.10.000.000,- selama 20 tahun merupakan penyesuaian fiskal negatif; sebaiknya selisih amortisasi
komersial diatas amortisasi fiskal sebesar Rp.40.000.000,- selama 5 tahun merupakan penyesuaian fiskal positif.
Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan dapat dibebankan sekaligus pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi
sesuai masa manfaat yang ditetapkan, apabila secara komersial diamortisasi selama 10 tahun, secara fiskal dapat dimasukkan kelompok 2. Pengeluaran yang dilakukan
sebelum operasi komersial yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun yang sesuai Pasal 6 ayat 1 huruf b UU. No.17 Tahun 2000 tidak berubah pada UU.
No.36 Tahun 2008, dikapitalisasi dibukukan dalam akun “Biaya Sebelum Operasi”,