Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi. 1. Ketentuan pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai.

174 | P a g e satu tahun kurang dari Rp.600.000.000,- No.68PMK.032010, misalnya sewa menyewa tenda, alat pesta, buku dan sebagainya. b. Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha tanpa hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut : 1 Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama tidak dapat memenuhi harga perolehan barang modal yang di sewa guna usahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh Lessor. 2 Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. c. Bagi Lessor pihak yang menyewakan : 1 Seluruh pembayaran sewa guna usaha yang diterima atau diperoleh merupakan obyek PPh. 2 Pembebanan biaya penyusutan atas barang modal yang disewa-guna- usahakan dimulai pada tahun pajak barang modal yang bersangkutan disewa-guna-usahakan. Khusus terhadap barang modal berupa tanah, tidak diperbolehkan untuk disusutkan. 3 Lessor tidak diperkenankan membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu. 4 Lessor apabila sudah dikukuhkan sebagai PKP, wajib memungut PPN sebesar 10 dari jumlah tagihan. d. Bagi Lessee yang menyewa 1 Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa- guna-usahakan. 2 Pembayaran sewa guna usaha yang dibayarkan atau yang terutang adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. 3 Atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee wajib dipotong PPh Pasal 23. 4 Perusahaan sewa guna usaha yang semata-mata bergerak di bidang usaha sewa guna usaha tanpa hak opsi operating lease penghitungan PPh Pasal 25 sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Perlakuan Akuntansi oleh Perusahaan Sewa Guna Usaha Lessor.

PSAK No.30 butir 4.2. Operating Lease. 175 | P a g e a. Barang modal yang disewa guna usahakan harus diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva sewa guna usaha berdasarkan harga perolehan. b. Pembayaran sewa guna usaha lease payment selama tahun berjalan yang diperoleh dari penyewa guna usaha diakui dan dicatat sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode. c. Penyusutan aktiva yang disewa guna usahakan harus dilakukan dalam jumlah yang layak berdasarkan taksiran masa manfaat. d. Kalau aktiva yang disewa guna usahakan dijual maka perbedaan antara nilai buku dan harga jual harus diakui dan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun berjalan.

3. Perlakuan Akuntansi oleh Penyewa guna usaha Lesse.

PSAK No.30 butir 5.2. Sewa Menyewa Biasa Operating Lease. Pembiayaan sewa guna usaha selama tahun berjalan merupakan biaya sewa yang diakui dan dicatat berdasarkan metode garis lurus selama masa sewa guna usaha, meskipun pembayaran sewa guna usaha dilakukan dalam jumlah yang tidak sama setiap periode.

4. Perbandingan antara PPh dan Akuntansi.

Tidak ada perbedaan prinsip antara PPh dan Akuntansi baik dari pihak lessor maupun lesee dalam pencatatan dan pengakuan penghasilan dan biaya, perbedaannya dalam menghitung penyusutan yang merupakan beda waktu.

C. Contoh : SGU-Tanpa Hak Opsi Operating Lease.

Pada tanggal 18 Oktober 2010. PT. INDORENT PKP menyewakan kendaraan satu hari kepada PT.ABC PKP. Invoice dari PT. INDORENT Sewa mobil satu hari Rp. 1.000.000,- PPN 100.000,- Jumlah tagihan Rp. 1.100.000,- PT. ABC memotong PPh Ps.23, 2 20.000,- Jumlah pembayaran Rp. 1.080.000,- Mulai tahun 2009 PPh Pasal 23 sebesar 2 dua persen. 176 | P a g e Junal PT. INDORENT Kas Bank D Rp. 1.080.000,- PPh Dibayar Dimuka D Rp. 20.000,- PPN PK K Rp. 100.000,- Pendapatan sewa K Rp. 1.100.000,- Jurnal PT. ABC Biaya Sewa Kendaraan D Rp. 1.000.000,- PPN PM-DDK D Rp. 100.000,- Hutang PPh Ps. 23 K Rp. 20.000,- Kas Bank K Rp. 1.080.000,- Apabila lessee bukan PKP, misalnya Bank, Rumah Sakit, Hotel dan sebagainya, Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan dapat dibiayakan, dengan jurnal : Biaya Sewa Kendaraan D Rp. 1.100.000,- Hutang PPh Ps.23 K Rp. 20.000,- Kas Bank K Rp. 1.080.000,-

D. Sewa Guna Usaha Dengan Hak Opsi Bagi Lessee. 1. SGU dengan hak opsi harus memenuhi kriteria :

a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha lease term pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor. b. Masa sewa guna usaha sekurang-kurangnya : 1 2 dua tahun untuk barang modal Kelompok I; 2 3 tiga tahun untuk barang modal Kelompok II, III dan IV; 3 7 tujuh tahun untuk Golongan Bangunan. Penggolongan jenis barang modal tersebut menurut Peraturan MKRI No.96PMK.032009. c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee