Biaya. Penghasilan dan Biaya.

6 | P a g e a. Biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto deductible expense, sesuai Pasal 6 UU. No.36 Tahun 2008. b. Biaya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto non deductible expense, sesuai Pasal 9 UU. No.36 Tahun 2008. c. Pasal 4 PP No.138 Tahun 2000 Pengeluaran dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam menghitung PhKP, termasuk: - Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, dikenakan PPh-Final, norma penghitungan. - PPh-Pasal 2123 yang ditanggung perusahaan kecuali PPh-Pasal 26 yang digross-up. - Kerugian dari harta atau utang yang dimiliki dan tidak dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Prinsip Akuntansi Pajak Penghasilan adalah mempertemukan antara biaya yang dapat dikurangkan dengan penghasilan yang merupakan objek PPh-tidak final, karena biaya untuk memperoleh penghasilan yang bukan objek PPh dan biaya untuk memperoleh penghasilan yang dikenakan PPh-final tidak boleh dikurangkan; sesuai dengan prinsip akuntansi adalah mempertemukan biaya dan penghasilan yang tepat proper matching cost and revenue.

G. Prinsip Harga Historis.

Pasal 10 6 UU. PPh 1984 mewujudkan bahwa PPh menganut prinsip harga historis dalam menentukan penghasilan neto fiskal, hal ini sama dengan akuntansi; namun demikian berdasarkan Pasal 19 UU. PPh 1984, Menteri Keuangan berwenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva dan faktor penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur-unsur biaya dengan penghasilan karena perkembangan harga, hal ini pun diimbangi dengan Perubahan PSAK No.16 revisi 2007 tentang penilaian aktiva tetap berdasarkan harga pasar.

H. Konservatis.

Akuntansi menggunakan prinsip konservatis, yaitu mengakui kerugian yang mungkin timbul belum direalisasi yang dapat diperkirakan atau ditaksir dengan membentuk penyisihan, misalnya: penurunan nilai surat-surat berharga, kerugian 7 | P a g e piutang, potongan penjualan, retur penjualan, penilaian persediaan berdasarkan harga pokok dan harga pasar mana yang lebih rendah, dsb. Pasal 9 1 c UU.PPh-1984, tidak boleh membentuk atau memupuk dana cadangan, kecuali diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No.80KMK.041995, No.235KMK.011998, No.681KMK.041999, mulai tahun 2009 diganti dengan Peraturan MKRI No.81PMK.032009. Contoh: Pada tanggal 10 September 2010 dibeli saham PT. APP Tbk di Bursa Efek Jakarta seharga Rp. 100.000.000,- pada akhir tahun 2010 harga pasar kurs di Bursa Efek Jakarta BEJ sebesar Rp. 90.000.000,-. Secara akuntansi, diakui kerugian sebesar Rp. 10.000.000,- walaupun belum terjadi saham belum dijual dengan mendebit ”Kerugian Penurunan Nilai SSB” dan mengkredit ”Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai SSB”. Kerugian Penilaian nilai SSB sebesar Rp. 10.000.000,- pada akhir tahun 2010, tidak dapat dikurangkan dalam menghitung Ph KP.

I. Beda Tetap dan Beda Waktu.

Masalah pokok dalam Akuntansi sama dengan Pajak Penghasilan yaitu menentukan pendapatan penghasilan dan beban biaya untuk tahun buku yang bersangkutan; di dalam menentukan penghasilan dan biaya tersebut terdapat persamaan dan perbedaan mengenai prinsip dan metode, perbedaan terdiri dari beda tetap permanent different dan beda waktu temporary different. Beda tetap, terdiri dari: a. Menurut Akuntansi merupakan beban, menurut Pajak Penghasilan tidak dapat dibiayakan atau tidak dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak non deductable expense, diatur pada Pasal 9 ayat 1 UU. No.36 Tahun 2008; b. Menurut Akuntansi merupakan pendapatan, menurut Pajak Penghasilan bukan merupakan objek PPh atau dikenakan PPh-final, diatur pada Pasal 4 ayat 3 dan 2 UU. No.36 Tahun 2008;