Perubahan UU PPh 1984. Laba Bruto Usaha Laba Usaha.

| P a g e 77 1 Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk UU. No.71983 : a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini UU. No.101994; b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan UU. No.101994; c. laba usaha; cukup jelas, UU. No.101994; d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : 1 keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal UU. No.101994; 2 keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya; 3 keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambil alihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun; 4 keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial, termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; Peraturan MKRI. No.245PMK.032008. | P a g e 78 5 keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan. e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak; f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang; g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; h. royalty atau imbalan atas penggunaan hak No. PER-33PJ2009. i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah PP.No.1302000; l. keuntungan selisih kurs mata uang asing; m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; n. premi asuransi; o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas; p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. Tambahan pada Perubahan ke IV : q. penghasilan dari usaha yang berbasis syariah; r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan SE.04PJ.422002 s. surplus Bank Indonesia.

1. Pasal 4 ayat 2 UU. NO.36 Tahun 2008.

Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan | P a g e 79 dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya, mengenai pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Perubahan ke IV : Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final : a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi; b. penghasilan berupa hadiah undian; c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura; d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah danatau bangunan usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan e. penghasilan tertentu lainnya. Yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. Tabel 3.1 Peraturan Pemerintah-PPh Pasal 42 Final. No. Th. PPH FINAL 15 2009 PPh atas bunga simpanan anggota koperasi yang diterima orang pribadi dihitung berdasarkan bunga yang diterima perbulan, dipotong oleh Koperasi : a. 0 nol persen s.d. Rp.240.000,- perbulan. b. 10 sepuluh persen dari jumlah bruto bunga simpanan lebih dari Rp.240.000,-. 16 2009 PPh atas Bunga Obligasi dengan kupon, diskonto obligasi dengan kupon, diskonto dari obligasi tanpa bunga : a. 15 bagi WPDN dan BUT. b. 20 atau sesuai tarif P3B bagi WPLN selain BUT. 17 2009 Penghasilan yang diterimadiperoleh orang pribadi atau badan | P a g e 80 dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan dibursa dikenai PPh-Final sebesar 2,5 dua koma lima persen dari margin awal. 18 2009 Bantuan, Sumbangan, Zakat yang bukan merupakan objek PPh q19 2009 Penghasilan berupa deviden dari dalam negeri yang diterimadiperoleh WPOPDN dikenai PPh-Final sebesar 10sepuluh persen. 25 2009 PPh Kegiatan usaha berbasis Syariah. 132 2000 Penyelenggara undian wajib memotong atau memungut PPh- Final atas hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun sebesar 25 dua puluh lima persen dari jumlah bruto nilai undian yang dibayarkan atau nilai pasar hadiah berupa naturakenikmatan yang diserahkan. 41 14 1994 1997 Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadibadan dari transaksi saham di bursa efek paralel dipungut PPh-Final oleh penyelenggara bursa efek sebesar 0,1 nol koma satu persen dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan. Pemegang saham pendiri dikenakan PPh-Final sebesar 0,5 nol koma lima persen dari harga saham pada saat penawaran umum perdana. 29 5 1996 2002 Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh WPOP atau badan dari persewaan tanahbangunan dikenakan PPh-Final sebesar 10 sepuluh persen dari jumlah bruto nilai persewaan. 48 27 79 71 1994 1996 1999 2008 Pengalihan tanahbangunan. a. WPOP dan Yayasan dikenakan PPh-Final 5. b. Perusahaan real estate, mulai 1-1-2009 : - RS, RSS dikenakan PPh Final 1. | P a g e 81 - BUK RSRSS dikenakan PPh Final 5. c. WP BadanBUT tidak final. 73 40 51 40 1996 2000 2008 2009 Usaha Jasa Konstruksi dikenakan PPh-Final atas jumlah pembayaran : a. Pelaksanaan Konstruksi oleh Penyedia Jasa yang memiliki : - Kualifikasi usaha kecil 2, - Kualifikasi bukan usaha kecil 3, - Tidak memiliki kualifikasi 4. b. Perencanaan atau Pengawasan Konstruksi : - Ada kualifikasi sebesar 4. - Tidak ada kualifikasi sebesar 6.

2. Pasal 4 ayat 3 UU. NO.36 Tahun 2008.

Yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak adalah : 1 bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PP NO.18 Tahun 2009; 2 harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK NO.245PMK.032008. Sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan; | P a g e 82 a. Warisan cukup jelas; b. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal; c. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus deemed profit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15; d. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa; e. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat : 1 dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan 2 bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25 dua puluh lima persen dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut dihapus pada Perubahan ke IV; f. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai; g. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan NO.651KMK.041994; h. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif; | P a g e 83 i. Dihapus pada perubahan ke IV : Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5 lima tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha berlaku s.d. 31 Des 2008; dicabut j. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut : 1 merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha diatur atau berdasarkan PMK; dan 2 sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.” Tambahan pada perubahan ke IV : k. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur atau berdasarkan PMK NO.246PMK.032008 dan No.154PMK.032009. l. Sisa lebih diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirbala yang bergerak dalam bidang pendidikan danatau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan danatau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 empat tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK NO.80PMK.032009. m. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK NO.247PMK.032008.

C. Laba Bruto Usaha Laba Usaha.

Pasal 4 ayat 1 c UU. No.7 Tahun 1983, yang merupakan objek PPh adalah Laba Bruto Usaha, mulai UU. No.10 Tahun 1994 dirubah menjadi Laba Usaha cukup jelas, tidak ada perubahan sampai dengan Perubahan ke IV.

D. Penghasilan Kena Pajak.

Pasal 16 ayat 1 UU. No.36 Tahun 2008, Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan tarif bagi WPDN dalam suatu tahun pajak dihitung dengan cara mengurangkan dari penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 | P a g e 84 dengan pengurangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 7 ayat 1 serta Pasal 9 ayat 1 huruf c, d, e dan g. Pembukuan WP pada umumnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan SAK, yang menghasilkan Laporan Keuangan Komersial; untuk menghitung Penghasilan Neto Rugi Fiskal perlu dibuat penyesuaian fiskal berdasarkan ketentuan pelaksanaannya.

E. Biaya yang Dapat Dikurangkan.

Bagi perusahaan yang menyelenggarakan pembukuan untuk menghitung penghasilan kena pajak, dibedakan : a. penghasilannya bukan obyek PPh, b. penghasilannya dikenakan PPh-bersifat Final, c. penghasilannya merupakan obyek PPh yang dikenakan PPh berdasarkan tarif Ps.17 UU PPh 1984 atau PPh-nya Tidak Final. Bagi perusahaan yang seluruh penghasilannya bukan obyek PPh dan seluruh penghasilannya dikenakan PPh-Final tidak sulit menyusun Rekonsiliasi Rugi-Laba Fiskal, wajib melaporkan penghasilannya dan jumlah PPh-nya dalam lampiran I, II, IV untuk SPT PPh Tahunan WP Badan dan BUT; semua penghasilan dilakukan penyesuaian fiskal negatif dan semua biaya dilakukan penyesuaian positif, sehingga Penghasilan Neto Fiskal 0 Nihil. Bagi perusahaan yang penghasilannya merupakan obyek PPh-Tidak Final perlu menyusun Rekonsiliasi Biaya Fiskal berdasarkan Pasal 6, Pasal 9 dan Pasal 11 UU PPh 1984. Rekonsiliasi Fiskal terdiri dari penyesuaian fiskal positif koreksi Fiskal Positif dan penyesuaian fiskal negatif koreksi fiskal negatif, mulai tahun pajak 2002 dimasukkan dalam lampiran I 1771-I SPT PPh Badan, yang bersumber pada Pasal 6, Pasal 9 dan Pasal 11 UU PPh1984.

1. Pasal 6 UU PPh 1984 :

1 Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi : a. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan,