Hibah. Pasar NJOP Bahan Ajar Akuntansi Pajak

| P a g e 215 Akumulasi Penyust 200 juta,- 250 juta,- - - NB 300 juta,- 250 juta,- 750 juta,- 800 juta,- Jumlah 400 juta,- 350 juta,- 1.750 juta,- 2.000 juta,- Pasal 1 2a PP. No.48 Tahun 1994. Pengalihan hak atas “Tanah dan Bangunan” penjualan, tukar-menukar, Perjanjian pemindahan hak, penyerahan hak, lelang, hibah atau cara lain yang disepakati dengan pihak lain selain pemerintah, yang mengalihkan wajib membayar sendiri PPh sebesar 5 x nilai pengalihan, yaitu nilai tertinggi antara nilai menurut akta dengan NJOP PBB. Pihak yang memperoleh membayar BPHTB = 5 x Nilai Perolehan – Rp.60.000.000,-, Final = Rp. 97.000.000,- PT.A membayar PPh = 5 x Rp.2.000.000.000,- = Rp. 100.000.000,- tidak final PT.B: Harga Tanah dan Bangunan: Objek PPh Rp. 1.750.000.000,- Akuntansi : Keuntungan NIHIL Koreksi Fiskal Positif Rp. 1.750.000.000,- Jurnal PT.A: Akumulasi Penyusutan Bangunan D 200 Laba yang Ditahan D 400 Tanah K 100 Bangunan K 500 Jurnal PT.B: Tanah D 1.000 Bangunan D 750 Modal Donasi K 1.750 | P a g e 216 Hibah bukan merupakan Objek PPh berdasarkan Pasal 4 ayat 3 huruf a.2 UU No.36 Tahun 2008 yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.245PMK.032008 sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan. Peraturan MKRI Nomor 245PMK.032008 1. Harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima oleh: a. keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat; b. badan keagamaan; c. badan pendidikan; d. badan sosial termasuk yayasan dan koperasi; atau e. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil. dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan. 2. Keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat adalah orang tua dan anak kandung 3. Badan keagamaan adalah badan keagamaan yang kegiatannya semata-mata mengurus tempat-tempat ibadah danatau menyelenggarakan kegiatan di bidang keagamaan, yang tidak mencari keuntungan. 4. Badan pendidikan adalah badan pendidikan yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan pendidikan yang tidak mencari keuntungan. 5. Badan sosial termasuk yayasan dan koperasi adalah badan sosial yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan: a. pemeliharaan kesehatan; b. pemeliharaan orang lanjut usia panti jompo; c. pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar, dan anak atau orang cacat; d. santunan danatau pertolongan kepada korban bencana alam, kecelakaan, dan sejenisnya; e. pemberian beasiswa; | P a g e 217 f. pelestarian lingkungan hidup; danatau g. kegiatan sosial lainnya. yang tidak mencari keuntungan. 6. Orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan usaha kecil adalah orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan usaha kecil yang memiliki dan menjalankan usaha produktif yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.500.000.000,- lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.2.500.000.000,- dua miliar lima ratus juta rupiah. 7. Ketentuan pengecualian harta hibah, bantuan, atau sumbangan dari objek Pajak Penghasilan berlaku apabila pihak pemberi hibah, bantuan, atau sumbangan tidak mempunyai hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan dengan penerimaan hibah, bantuan, atau sumbangan. 8. Harta hibah, bantuan, atau sumbangan dibukukan oleh pihak penerima sesuai dengan nilai buku harta hibah, bantuan, atau sumbangan dari pihak pemberi. RANGKUMAN Penyusutan aktiva tetap merupakan salah satu biaya yang dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak, besarnya penyusutan dipengaruhi harga perolehan aktiva tetap dan masa manfaat atau kelompok harta berwujud yang bersangkutan. Penentuan harga perolehan aktiva tetap bagi yang memperoleh aktiva tetap dipengaruhi oleh cara atau jenis transaksi perolehan aktiva tersebut, dilain pihak merupakan pengalihan atau penjualan aktiva tetap yang harus dihitung keuntungan kerugian pengalihan harta; untuk aktiva tetap baru yang langsung dibeli dari pabrik atau distributor merupakan persediaan barang jadi atau persediaan barang dagangan bagi penjual, keuntungannya merupakan laba bruto usaha bukan merupakan keuntungan pengalihan harta. Penentuan harga perolehan aktiva tetap adalah semua biaya atau pengeluaran sampai dengan aktiva tetap tersebut siap dipakai. | P a g e 218 Dalam menentukan harga perolehan dan mengakui keuntungan kerugian pengalihan harta antara akuntansi dan pajak penghasilan, ada persamaan atau perbedaannya. Jual beli aktiva tetap antara pihak-pihak yang tidak ada hubungan istimewa, harga perolehan aktiva tetap ditentukan jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan, bagi pihak yang mengalihkan atau menjual adalah jumlah yang sesungguhnya diterima merupakan harga jual; hal ini antara akuntansi sama dengan pajak penghasilan. Jual beli aktiva tetap antara pihak-pihak yang ada hubungan istimewa, harga perolehan aktiva tetap ditentukan berdasarkan jumlah yang seharusnya dikeluarkan pada harga pasar wajar atau harga transfer yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa; hal ini antara akuntansi sama dengan pajak penghasilan. Dalam hal terjadi tukar-menukar aktiva tetap, Pajak Penghasilan tidak membedakan tukar menukar aktiva sejenis serupa dan aktiva tidak sejenis tidak serupa, keuntungan kerugian diakui pada saat terjadinya pertukaran; sedangkan secara akuntansi dibedakan antara pertukaran aktiva sejenis serupa dan aktiva tidak sejenis tidak serupa. Dalam pertukaran aktiva sejenis serupa, secara akuntansi tidak ada rugi-laba pertukaran, aktiva tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai buku komersial aktiva tetap yang diserahkan; pertukaran aktiva tetap tidak sejenis tidak serupa, rugi-laba diakui pada saat pertukaran. Pajak Penghasilan mengakui rugi pengalihan harta dengan syarat harta tersebut harus dimiliki dan digunakan untuk memperoleh, memelihara, menagih penghasilan yang dikenakan PPh-tidak final; kerugian pengalihan harta yang tidak digunakan untuk usaha atau untuk usaha yang penghasilannya dikenakan PPh-final atau bukan objek PPh, tidak diakui atau tidak dapat dikurangkan pada PPh-final; misalnya gedung perkantoran yang disewakan, kerugian atas penjualan gedung tersebut tidak dapat mengurangi PPh-final sewa gedung. Penentuan harga perolehan yang dibangun sendiri, harga perolehan komersial dilakukan koreksi fiskal berdasarkan Pasal 6, Pasal 9 dan Pasal 11 UU. PPh. 1984 dan perubahannya. | P a g e 219 Setoran modal dari pemegang saham ke Perseroan Terbatas, dapat berupa uang tunai, tanah atau bangunan, dan barang berwujud selain uang tunai dan selain tanah atau bangunan. Penerimaan setoran modal oleh PT akan diganti dengan saham perusahaan, dan dibukukan pada akun ”Modal Saham”, secara akuntansi bukan merupakan pendapatan dan secara PPh juga bukan merupakan objek PPh. Bagi pihak yang menyetorkan atau pemegang saham yang menyetor modal selain uang tunai, harus menghitung keuntungan pengalihan harta yang merupakan objek PPh; sedangkan apabila rugi dapat dibiayakan apabila memenuhi Pasal 6 ayat 1d UU PPh 1984 yaitu aktiva tetap tersebut digunakan untuk memperoleh, memelihara dan menagih penghasilan yang merupakan objek PPh-tidak final. Keuntungan pengalihan harta untuk setoran modal merupakan objek PPh-tidak final, keculai penyetoran modal dalam bentuk tanah atau bangunan dikenai PPh-final sebesar 5 lima persen dari nilai tertinggi antara harga pasar menurut akta notaris dengan NJOP PBB. Harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh secara hibah ditentukan berdasarkan harga pasar, perbedaan dengan akuntansi : a. Bagi pihak yang memperoleh hibah, secara akuntansi akan dibukukan sebelah kredit ”Modal Donasi” dan bukan merupakan pendapatan; sedangkan menurut Pajak Penghasilan merupakan objek PPh, kecuali hibah yang memenuhi Pasal 4 ayat 3 huruf a.2 UU PPh 1984. b. Bagi pihak yang memberi hibah, secara akuntansi tidak ada keuntungan kerugian atas pengalihan harta, akan dikredit ke akun yang bersangkutan dan didebit laba yang ditahan sebesar Nilai bukunya; menurut PPh harus dihitung keuntungan kerugian berdasarkan harga pasar aktiva tetap yang dihibahkan dikurangi nilai bukunya. Hibah antara perusahaan grup, bagi yang menerima hibah merupakan penghasilan yang dikenakan PPh dan bagi pihak yang memberi hibah harus menghitung keuntungan kerugian pengalihan harta tersebut. | P a g e 220 LATIHAN 1. Tahun buku PT. KLM dari 1 April 200A sampai dengan 31 Maret 200B Pada tanggal 1 Juli 2010 membeli 3 buah Kendaraan kelompok II untuk mengangkut barang seharga Rp. 300.000.000,- perbuah; semua diasuransikan. Pada tanggal 1 April 2014 dijual sebuah Kendaraan seharga Rp. 200.000.000,- dan dibeli sebuah Kendaraan seharga Rp.360.000.000,- 1 Juli 2014 sebuah Kendaraan lama 2010 ditukarkan dengan Kendaran baru yang harganya Rp. 380.000.000,-, PT. KLM menambah uang Rp. 200.000.000,-. 1 September 2014 sebuah Kendaraan lama 2010 mengalami kecelakaan berat, mendapat penggantian asuransi sebesar Rp. 150.000.000,-. Penyusutan Fiskal dengan metode saldo menurun. Diminta: a. Hitung Penyusutan Fiskal dan NSBF per 31 Maret 2014 b. Hitung Keuntungan Kerugian Pengalihan harta: 1 tanggal 1 April 2014 2 tanggal 1 Juli 2014 3 tanggal 1 September 2014 c. Hitung Penyusutan Fiskal tahun 2014 2. Neraca Komersial PT.Talibondho per 31 Desember 2010 menunjukkan susunan aktiva tetap sbb: Tanah Bangunan Akumulasi Penyusutan Bangunan Mesin-mesin Akumulasi Penyusutan Mesin Peralatan Akumulasi Penyusutan Peralatan Rp. 5.000.000.000,- 12.000.000.000,- 2.400.000.000,- 9.000.000.000,- 3.000.000.000,- 1.800.000.000,- 1.080.000.000,- | P a g e 221 Penyusutan Komersial dengan metode garis lurus, tanpa taksiran nilai residu dan semua aktiva tetap diperoleh awal tahun 2005, tidak ada tambahan, pengalihan s.d. tahun 2010. Penyusutan Fiskal untuk harta bukan kelompok bangunan dengan metode saldo menurun, mesin termasuk kelompok III tiga dan peralatan termasuk kelompok II dua. Transaksi atau kejadian tahun 2011 : a. 5 Januari 2011, Peralatan yang harga perolehannya Rp. 500.000.000,- dijual tunai laku Rp. 600.000.000,- b. 10 Januari 2011, Mesin lama yang harga perolehannya Rp. 1.800.000.000,- ditukarkan dengan Mesin Baru sejenis harga tunainya Rp. 3.600.000.000,- dan PT.Talibondho masih harus menambah uang Rp. 1.050.000.000,-. Taksiran umur Mesin Baru sama dengan yang lama. c. 20 Desember 2011 sebagian Bangunan yang harga perolehannya Rp. 1.200.000.000,- habis terbakar, jumlah penggantian asuransi belum diketahui s.d. 31 Desember 2011. PT.Talibondho telah mendapat persetujuan dari KPP untuk menangguhkan pengakuan kerugian kebakaran ke tahun 2012, sesuai ketentuan pasal 11 UU. PPh. 1984. Diminta a. Akuntansi 1. Hitung taksiran umur penyusutan komersial 2. Hitung keuntungan kerugian penjualan peralatan tanggal 5 Januari 2011 3. Hitung keuntungan kerugian pertukaran mesin dan berapa harga perolehan mesin baru? 4. Hitung kerugian kebakaran bangunan 5. Hitung penyusutan komersial tahun 2011 b. Fiskal 1. Hitung penyusutan bangunan 2005 s.d. 2010 2. Hitung penyusutan mesin 2005 s.d, 2010 3. Hitung penyusutan peralatan 2005 s.d. 2010 | P a g e 222 4. Hitung keuntungan kerugian penjualan peralatan 5. Hitung keuntungan kerugian pertukaran mesin dan berapa harga perolehan mesin baru? 6. Berapa kerugian kebakaran bangunan dan bagaimana perlakuannya? 7. Hitung penyutan tahun 2011 c. Buat perbandingan koreksi beda waktu antara penyusutan komersial dan penyusutan fiskal dari tahun 2005 s.d. 2011 serta keuntungan kerugian pengalihan harta, pertukaran dan kebakaran 3. Harga perolehan Tanah tahun 1985 Rp. 100.000.000,-, tidak digunakan untuk usaha. Awal tahun 2010 NJOP-PBB Rp. 10.000.000.000,- harga pasar pada bulan November 2010 Rp. 12.000.000.000,- pada tanggal 1 Desember 2010 diserahkan oleh pemiliknya sebagai setoran modal pada PT. CBA. Terangkan perlakuan perpajakan bagi PT. CBA dan bagi pemilik tanah pemegang saham, apabila pemilik tanah WPOPDN atau WP Badan DN. 4. PT. DEF memiliki dua bidang tanah yang tidak digunakan untuk usaha, pada tahun 2010 dilakukan HIBAH : a Tanah di Jl. Raya Bogor  Dibeli awal tahun 1995 seharga Rp. 1.000.000.000,-  NJOP PBB tgl. 01-01-2010 Rp. 10.000.000.000,-  Harga Pasar Rp. 8.000.000.000,-  Pada tgl. 1 April 2010 dihibahkan ke PT. OPQ anak perusahaan b Tanah di Tangerang  Dibeli awal tahun 1984 Rp. 50.000.000,-  NJOP PBB tgl. 01-01-2010 Rp. 1.000.000.000,-  Harga Pasar Rp. 1.200.000.000,-  Pada tgl. 1 Juli 2010 dihibahkan ke Yayasan Yatim Piatu, tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan dengan PT. DEF. | P a g e 223 Neraca FIRMA BANGJO per 31 Des. 2010 Keterangan Nilai Buku Komersial Nilai Buku Fiskal Harga Pasar Kas Kecil BCA Piutang Dagang Penyisihan Piutang Sangsi Persediaan Barang Dagang 1.700.000 806.887 363.000.000 18.150.000 785.000.000 1.700.000 806.887 363.000.000 785.000.000 357.000.000 1.000.000.000 Diminta: a Perlakuan PPh bagi yang memberi hibah dan apabila terutang PPh, hitung PPh nya b Perlakuan PPh bagi yang menerima hibah dan apabila terhutang PPh, hitung jumlah PPh terhutang c Jelaskan Sumber hukum tentang perlakuan PPh terhadap hibah 5. Firma BANGJO pada akhir tahun 2010 merencanakan merubah bentuk usaha dari Firma BANGJO menjadi PT. BANGJO JAYA modal dasar 10.000 saham dengan nilai nominal perlembar saham sebesar Rp.1.000.000,-, setoran modal kekayaan Firma BANGJO per 31 Desember 2010 dan setoran modal dari persero; penyetoran dilakukan tanggal 2 Januari 2011. a. Sdr. Bambang Senggoto menyetor tanah, harga pasar Rp. 1.000.000.000,- satu milyard rupiah masuk di Akta Notaris, NJOPPBB per 1-1- 2010 sebesar Rp. 600.000.000,-; tanah tersebut dibeli oleh Sdr. Bambang pada tahun 1980 seharga Rp. 50.000.000,- lima puluh juta rupiah. b. Sdr. Jojo menyetor uang tunai sebesar Rp. 1.000.000.000,- satu miliar rupiah, akan digunakan untuk membangun Gedung Kantor dan Gudang. c. Neraca Firma BANGJO per 31 Desember 2010, aktiva dinilai berdasarkan harga pasar, hutang dagang dinilai sebesar nilai buku; selisih antara harga pasar aktiva dikurangi nilai buku hutang merupakan setoran modal Sdr. Bambang Senggoto dan Sdr. Jojo secara prorata. | P a g e 224 Persediaan Suplies Toko Persediaan Suplies Kantor Persekot Asuransi Inventaris Toko Klp. 1 Inventaris Kantor Klp. 2 Kendaraan Total Aktiva Hutang Dagang Hutang JAMSOSTEK Hutang Pajak Modal Bambang Modal Jojo 8.500.000 5.400.000 30.000.000 60.000.000 56.000.000 125.000.000 1.417.256.887 438.900.000 1.417.650 36.218.987 464.860.125 475.860.125 1.4173.256.887 8.500.000 5.400.000 30.000.000 25.000.000 33.750.000 84.375.000 1.337.531.887 438.900.000 1.417.650 36.918.987 430.147.625 430.147.625 1.337.531.887 8.000.000 5.400.000 30.000.000 50.000.000 40.000.000 100.000.000 1.590.000.000 440.000.000 575.000.000 575.000.000 1.590.000.000 d. Sdr. Bambang Senggoto dan Sdr. Jojo masing-masing menyetor uang tunai Rp. 175.000.000,- untuk modal kerja, Semua setoran tunai dari pemegang saham dimasukkan ke rekening Giro BCA. e. Kas Kecil, RK BCA, hutang Jamsostek, hutang pajak tidak termasuk yang disetorkan ke PT. BANGJO JAYA. f. PPN atas perubahan bentuk badan usaha ditagih dan dibayar langsung oleh PT. BANGJO JAYA, dengan cek BCA. Diminta : 1. Jurnal Firma BANGJO pada saat pengalihan harta dan dilikuidasi 2. Jurnal PT. BANGJO RAYA dan Neraca setelah pengalihan harta 6. PT. USAHA BAKTI didirikan pada awal tahun 2010 berusaha dalam bidang industri pakaian jadi garment, Akta Pendirian Notaris Wati, S.H Modal dasar Rp.50.000.000.000,- lima puluh milyard rupiah terdiri dari 50.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal perlembar saham Rp.1.000.000,- satu juta rupiah. | P a g e 225 Sdr. Subhakti menyetorkan tanah untuk pabrik seluas 25.000 meter persegi, harga pasar Rp.7.500.000.000,- untuk setoran modal dan diberikan 7.500 lembar saham PT. USAHA BHAKTI. Tanah tersebut merupakan hibah dari orang tuanya pada akhir tahun 2009. NJOP PBB awal tahun 2010 Rp.7000.000.000,-. Akta Pemindahan Hak ke PT. USAHA BHAKTI tanggal 5-1-2010, dan kemudian di Sertifikatkan H.G.U.35 tahun mulai 1 Juli 2010. PT. BUSANA MEGAH menyetorkan uang tunai sebesar Rp.5000.000.000,- lima miliar rupiah untuk setoran modal dan diberikan 5.000 saham. Pembangunan gedung pabrik dan kantor dengan kontraktor P.T PERKASA JAYA seharga Rp. 3.500.000.000,- belum termasuk PPN, selesai dibangun bulan Juni 2010, disusutkan sesuai H.G.U. Biaya pendirian yang dikapitalisir s.d. 30 Juni 2010 sebesar Rp.120.000.000,- diamortisasi selama 10 tahun sejak 1 Juli 2010, termasuk kelompok II. Pembelian aktiva tetap s.d. 30 Juni 2010, sudah termasuk PPN PM- TDDK. a. Inventaris Klp.I, taksiran umur 5 tahun Rp. 60.000.000,- b. Peralatan Klp. II, taksiran umur 8 tahun Rp. 90.000.000,- c. Kendaraan Klp.II, taksiran umur 6 tahun Rp.240.000.000,- d. Komputer Klp, II-I, taksiran umur 4 tahun Rp. 30.000.000,- PT. USAHA BHAKTI diberikan NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP tanggal 31-01-2010, pada bulan Februari 2010 mendapat kredit untuk import mesin pabrik sampai dengan pemasangan dan percobaan selesai bulan Juni 2010 dengan harga Rp..3.000.000.000,- tiga milyard rupiah, 1 Juli 2010 mulai produksi komersial, penyusutan komersial dengan metode garis lurus tanpa nilai residu, taksiran umur 10 tahun termasuk kelompok II, penyusutan fiskal harta bukan kelompok bangunan dengan metode Saldo Menurun. Bunga pertahun 12 dibayar tepat waktu, tidak ada pembayaran hutang pokok sampai dengan akhir tahun 2012. | P a g e 226 Laba Rugi Komersial dan Koreksi Fiskal beda tetap : Tahun Laba Rugi Biaya yang Penghasilan yang Komersial tidak dapat dikenakan PPh dikurangkan Final 2000 R 500.000.000 60.000.000 10.000.000 2001 L1.000.000.000 80.000.000 15.000.000 2002 L 600.000.000 100.000.000 20.000.000 PT.USAHA BHAKTI mengetrapkan PSAK No. 46 Akuntansi Pajak Penghasilan sejak tahun 2000 Diminta: a. Jelaskan tentang perlakuan perpajakan atas setoran modal untuk kedua belah pihak b. Buat Neraca pendirian per 30 Juni 2010 c. Hitung penyusutan komersial tahun 2010 s.d tahun 2012 d. Hitung penyusutan fiskal tahun 2010 s.d tahun 2012 e. Buat perbandingan penyusutan komersial dan penyusutan fiskal dari th.2010 s.d. th. 2012 f. Hitung: 1 Laba Rugi Fiskal dari tahun 2010 s.d. tahun 2012 2 Penghasilan Kena Pajak Rugi Fiskal yang dapat dikompensasi dan PPh Terhutang dari tahun 2010 s.d. tahun 2012. 3 Hitung Aktiva Pajak Tangguhan DTA atau Kewajiban Pajak Tangguhan DTL dari tahun 2010 s.d. tahun 2012 227 | P a g e BAB PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP

A. Sumber Hukum.

Pasal 19 UU No. 10 Tahun tidak ada perubahan yang prinsipiil pada UU. No.36 Tahun 2008. 1. Menteri Keuangan berwenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva dan faktor penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur-unsur biaya dengan penghasilan karena perkembangan harga. Penjelasan: Adanya perkembangan harga yang mencolok atau perubahan kebijakan dibidang moneter dapat menyebabkan kekurang-sesuaian antara biaya dan penghasilan, yang dapat mengakibatkan timbulnya beban pajak yang kurang wajar. Dalam keadaan demikian, Menteri Keuangan diberi wewenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva tetap revaluasi atau indeksasi biaya dan penghasilan. 2. Atas selisih penilaian kembali aktiva sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diterapkan tarip pajak tersendiri dengan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak melebihi tarip pajak tertinggi sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat 1 cukup jelas. Peraturan Menteri Keuangan atau Keputusan Menteri Keuangan tentang revaluasi aktiva tetap sejak tahun 1996. a. Keputusan Menteri Keuangan R.I: 8 Tujuan Instruksional Khusus. Mahasiswa memahami, mampu menjelaskan, mampu menghitung mampu membukukan penilaian kembali aktiva tetap berdasarkan Pajak Penghasilan dan PSAK No.16 serta membuat perbandingan atau rekonsiliasinya. 228 | P a g e a No.507KMK.041996 perubahan No.18KMK.041998, b No.384KMK.041998, c No.486KMK.032002, tanggal 28 November 2002. b. Peraturan Menteri Keuangan R.I. No.79PMK.032008 tanggal 23 Mei 2008. Perbedaan pokok antara revaluasi berdasarkan No.486KMK.032002 dengan No.79PMK.032008, adalah mengenai kompensasi kerugian; revaluasi aktiva tetap berdasarkan No.486KMK.032002 atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap harus dikompensasi dengan rugi fiskal, sedangkan pada No.79PMK.032008 tidak boleh dikompensasi dengan rugi fiskal. PSAK No.16 Revisi 2007 Aktiva Tetap. B. Peraturan MKRI No.79PMK.032008, m.b. 23 Mei 2008. 1. Penilaian kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan. Ketentuan formal. a. Perusahaan dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan, dengan syarat telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian kembali. b. Perusahaan yang dapat melakukan revaluasi aktiva tetap WP Badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap BUT, tidak termasuk perusahaan yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat. c. Untuk melakukan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan, perusahaan mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak. d. Direktur Jenderal Pajak diberi wewenang untuk menerbitkan surat keputusan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan atas permohonan yang diajukan oleh perusahaan. e. Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan terhadap: a seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna bangunan; atau b seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak.