| P a g e
144
Perubahan pada Penjelasan Pasal 4 ayat 1 l dan Pasal 6 ayat 1e UU. No.36 Tahun 2008: Keuntungan Kerugian yang diperoleh karena fluktuasi kurs mata
uang asing diakui berdasarkan pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan yang berlaku di
Indonesia.
2. Rugi-Laba Selisih Kurs Bagi WP yang penghasilannya dikenakan PPh Final S-136PJ.422004, 11 Mei 2004.
a. Dalam hal penghasilan Wajib Pajak dikenakan PPh yang bersifat final, dasar pengenaan PPh Final adalah nilai pada saat diakuinya pendapatan dan dicatat
sebagai piutang atau nilai pada saat pembayaran jika pembayaran terjadi lebih dahulu;
b. Keuntungan atau kerugian selisih kurs pada perkiraan piutang yang terjadi karena adanya perbedaan nilai tukar mata uang asing antara tanggal
pencatatanpengakuan pendapatan dengan tanggal pembayaranpelunasan tidak terutang PPh final melainkan merupakan penghasilanbiaya yang dikenakan PPh
menurut ketentuan umum; c. Keuntungankerugian selisih kurs yang berkaitan dengan biaya-biaya untuk
mendapatkan, menagih dan mempertahankan penghasilan yang dikenakan PPh final bukan merupakan penghasilan atau biaya yang dapat dikurangkan untuk
menghitung Penghasilan Kena Pajak.
3. Rugi-Laba Selisih Kurs bagi B.U.T.
SE-08PJ-422000 dan SE-11PJ.422000 KeuntunganKerugian selisih kurs mata uang asing yang terjadi akibat fluktuasi
nilai Rupiah pada perkiraan utang kepada kantor pusat suatu BUT: a. Bagi B.U.T. bukan usaha perbankan, tidak diakui sebagai biaya atau tidak
diakui sebagai penghasilan. b. Bagi BUT yang bergerak dibidang usaha perbankan tetap berlaku ketentuan
sesuai Pasal 4 1 l dan Pasal 6 1 e UU. No.172000.
4. Ketentuan PPN.
Pasal 31 PP. No.501994 junto Pasal 11 PP. No.1432000: a. Apabila pembayaran atau harga jual atau penggantian dilakukan dengan
mempergunakan mata uang asing, maka perhitungan PPN PPn BM
| P a g e
145
dengan menggunakan kurs Menteri Keuangan pada saat pembuatan Faktur Pajak.
b. Dalam hal PPN PPn BM dipungut oleh pemungut, maka besarnya PPN dan PPn BM dikonversi kedalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs
Menteri Keuangan pada saat dilakukan pembayaran oleh pemungutan PPN.
Tabel 5.2 Kurs USD per akhir tahun kalender:
TANGGAL KURS TENGAH B.I
KURS M.K 31-12-1994
Rp. 2.160,- Rp. 2.180,-
31-12-1995 2.249,-
2.274,- 31-12-1996
2.340,- 2.337,-
31-12-1997 4.650,-
5.594,- 31-12-1998
8.025,- 7.550,-
31-12-1999 7.100,-
6.975,- 31-12-2000
9.595,- 9.285,-
31-12-2001 10.400,-
10.175,- 31-12-2002
8.940,- 8.890,-
31-12-2003 8.465,-
8.461.- 31-12-2004
9.308,- 9.266,-
31-12-2005 9.840,-
9.844,- 31-12-2006
9.020,- 9.096,40
31-12-2007 9.419,-
9.412,20 31-12-2008
10.950,- 11.062,10
31-12-2009
5. Perbandingan antar Kurs Realisasi dengan Kurs Tengah BI.
PT. BAC pembukuannya Rupiah, tahun buku sama dengan tahun kalender; pada tanggal 2 Januari 2000 memperoleh kredit dari HSBC sebesar USD
1,000,000.- diangsur tiap-tiap tahun sebesar USD 100,000.- mulai akhir tahun 2000; kurs per USD.
Tanggal Kurs
Realisasi Kurs Tengah B.I
2-1-2000 31-12-2000
Rp. 7.200,- 9.600,-
Rp. 7.180,- 9.595,-
| P a g e
146
31-12-2001 31-12-2002
31-12-2003 31-12-2004
31-12-2005 31-12-2006
10.500,- 9.000,-
8.500,- 9.320,-
9.900,- 9.050,-
10.400,- 8.940,-
8.465,- 9.308,-
9.840,- 9.020,-
Pada akhir tahun 2007 sisa pinjaman dilunasi dengan kurs realisasi per USD = Rp.9.425,-.
Hitung Rugi-Laba selisih bagi PT. BAC: 1 Dengan kurs tengah BI pada tiap-tiap akhir tahun buku
2 Dengan kurs realisasi pada waktu pembayaran pinjaman 3 Buat perbandingannya
1 Rugi-Laba Selisih Kurs berdasarkan Kurs Tengah BI = PSAK No.10. 2000: a. Realisasi = USD 100,000 7.200-9.600 = Rugi Rp. 240.000.000,-
b. Pinjaman USD 900,000.- = 900.000 7.200 – 9.595 =
2.155.500.000,- Rugi Kurs tahun 2000
Rp.2.395.500.000 2001: a. Realisasi = USD 100,000 9.595 – 10.500-Rugi Rp. 90.500.000,
b. Pinjaman USD 800,000 9.595 – 10.400 - Rugi 644.000.000,- Rugi Kurs 2001
Rp. 734.500.000,- 2002: a. Realisasi USD 100,000 10.400 – 9.000 Laba
Rp. 140.000.000,- b. Pinjaman USD 700.000 10.400 – 8.940 Laba
1.022.000.000,- Laba Kurs 2002
Rp. 1.162.000.000,- 2003: a. Realisasi USD 100,000 8.940 – 8.500 Laba
Rp. 44.000.000,- b. Pinjaman USD 600,000 8.940 – 8.465 Laba 285.000.000,-
Laba Kurs 2003 Rp. 329.000.000,-
2004: a. Realisasi USD 100,000 8.465 – 9.320 Rugi Rp. 85.500.000,-
b. Pinjaman USD 500,000 8.465 – 9.308 Rugi 421.500.000,- Laba Kurs 2004
Rp. 507.000.000 2005: a. Realisasi USD 100,000 9.308 – 9.900 Rugi Rp. 59.200.000,-
b. Pinjaman
USD 400,000
9.308 –
9.840 Rugi
212.800.000,-
| P a g e
147
Rugi Kurs 2005 Rp. 272.000.000
2006: a. Realisasi USD 100,000 9.840 – 9.050 Laba Rp. 79.000.000,- b. Pinjaman USD 300,000 9.840 – 9.020 Laba
246.000.000,- Laba Kurs 2006
Rp. 325.000.000,- 2007 Realisasi USD 300,000 9.020 – 9.425 Rugi
Rp. 121.500.000,- 2 Rugi Laba Selisih Kurs berdasarkan realisasi.
2000 = USD 100,000 7.200 – 9.600 = Rugi Rp. 240.000.000 2001 = USD 100,000 7.200 – 10.500 = Rugi 330.000.000
2002 = USD 100,000 7.200 – 9.000 = Rugi 180.000.000 2003 = USD 100,000 7.200 – 8.500 = Rugi 130.000.000
2004 = USD 100,000 7.200 – 9.320 = Rugi 212.000.000 2005 = USD 100,000 7.200 – 9.900 = Rugi 270.000.000
2006 = USD 100,000 7.200 – 9.050 = Rugi 185.000.000 2007 = USD 300,000 7.200 – 9.425 = Rugi 667.500.000
Jumlah Rugi Kurs Rp.2.214.500.000
3 Perbandingan Laba Rugi Selisih Kurs. Tahun
Kurs Tengah BI Kurs Realisasi
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2.395.500.000 734.500.000
1.162.000.000 329.000.000
507.000.000 272.000.000
325.00.000 121.500.000
240.000.000 330.000.000
180.000.000 130.000.000
212.000.000 270.000.000
185.000.000 667.500.000
Rugi 2.214.500.000
2.214.500.000 Beda Waktu
6. P.P. No.17 tahun 2009.
a. Penghasilan yang diterima danatau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di
| P a g e
148
bursa dikenai PPh yang bersifat final sebesar 2,5 dua koma lima persen dari margin awal.
b. Lembaga Kliring dan Penjamin, wajib: 1 memungut PPh-Final pada saat menerima penyetoran margin awal oleh
pialang berjangka atau anggota bursa; 2 menyetorkannya ke Bank PersepsiKantor Pos;
3 melaporkan ke KPP SPT. Masa. 4 Ketentuan lebih lanjut diatur dengan PMK.
7. Rugi kurs
atas hutang
valuta asing
yang digunakan
untuk membelimemperoleh aktiva tetap.
a. ISAK. No.04 1 Selisih kurs yang terjadi sejak awal tahun buku sampai dengan awal
periode tertentu tersebut harus dibebankan langsung ke RL 2 Apabila pada suatu periode tertentu terjadi depresiasi luar biasa
mencapai 133 dari rata-rata depresiasi rupiah tiga tahun takwim terakhir, dan tidak mungkin dilakukan hedging, Rugi selisih kurs baik
realized maupun unrealized pada periode tersebut dapat dikapitalisasi pada nilai aktiva yang bersangkutan tidak boleh melampui jumlah
terendah antara replacement cost dan amount recoverable dari penjualan atau penggunaan aktiva tersebut.
3 Setelah kapitalisasi rugi kurs, terjadi rugi kurs diakui sebagai kerugian RL, sedangkan laba kurs diperlakukan sebagai penyesuaian
kapitalisasi rugi kurs. b. PPh
1 rugi kurs atas hutang valas tidak boleh dikapitalisasi ke aktiva.
8. PSAK No.10 Transaksi dalam valuta asing.
Berdasarkan Penjelasan Pasal 4 ayat 1 huruf l dan Pasal 6 ayat 1 huruf e UU. No.36 Tahun 2008, keuntungan kerugian yang diperoleh karena
fluktuasi kurs mata uang asing diakui berdasarkan pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan SAK
yang berlaku di Indonesia; SAK yang berkaitan dengan transaksi dalam valuta
| P a g e
149
asing yaitu PSAK No.10, PSAK No.11, ISAK No.4, PSAK No.52 dan PSAK No.55.
PSAK No.10: Bagi WP yang pembukuannya dengan Rupiah, tetapi transaksinya dalam valuta
asing valas harus dibukukan dengan kurs pada saat terjadinya transaksi yaitu kurs tunai atau kurs spot.
Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati tanggal transaksi sering digunakan, contohnya, suatu kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan;
selanjutnya disebutkan bahwa Kurs Tengah B.I. sebagai indikator yang objektif. Kurs tunai atau kurs spot terjadi apabila transaksi dalam valuta langsung
dirupiahkan, akan tetapi apabila transaksi valas tersebut tidak langsung dirupiahkan akan dibukukan dengan kurs pembukuan.
Kurs pembukuan dapat digunakan Kurs Tengah B.I. atau Kurs Pajak yaitu Kurs yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai dasar pelunasan Bea Masuk, PPN,
Pajak Ekspor dan PPh; Kurs Pajak tersebut ditetapkan berdasarkan rata-rata kurs realisasi yang terjadi minggu lalu, yang berlaku mulai hari Senin sampai
dengan hari Minggu berikutnya. Dalam pemeriksaan pajak sering dilakukan equalisasi jumlah peredaran menurut SPT PPh dengan jumlah penyerahan
menurut SPT. PPN, dalam transaksi valas untuk menghitung PPN digunakan kurs pajak, oleh karena itu kurs pembukuan dapat digunakan kurs yang sama
yaitu kurs pajak; yang penting penggunaan kurs tersebut harus konsisten. Pada setiap tanggal neraca:
a. Pos aktiva moneter RK Giro Valas, Piutang Dagang Valas, uang muka valas dsb dan pos kewajiban moneter hutang valas jangka pendek yang
biasa disebut aktiva lancar dan hutang lancar tidak semuanya disebut pos aktivakewajiban moneter dilaporkan ke dalam mata uang Rupiah dengan
menggunakan kurs tanggal neraca yang disebut dengan jurnal penyesuaian adjustment; teorinya penyesuaian dilakukan pada akhir tahun buku, namun
dalam prakteknya banyak perusahaan yang melakukan penyesuaian pada tiap-tiap akhir bulan.
| P a g e
150
b. Pos non moneter aktiva tetap, investasi jangka panjang, modal dsb tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca tetapi tetap
harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi. c. Pos non moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam valas harus
dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.
Pengakuan Laba Rugi kurs valas dibedakan antara yang sudah direalisasi Realized GainLoss Exchange rate dan yang belum direalisasi Unrealized
GainLoss Exchange rate. Contoh 1:
Pada tanggal 15 Juni dijual secara kredit barang dagangan BKP seharga USD 10,000 belum termasuk PPN dibukukan dengan kurs pajak per USD =
Rp.9.900,-, FP Standar langsung dibuat. Jurnal:
Piutang Dagang D 108.900.000
Penjualan K 99.000.000
PPN PK K 9.900.000
Pada tanggal 28 Juni dilunasi dengan cek HSBC USD 11.000,- dibukukan dengan kurs per USD = Rp. 9.950,-.
Jurnal: RK Giro HSBC
D 110.009.950 Piutang Dagang
K 108.900.000 Realisasi LR Kurs
K 1.109.950 Contoh 2:
Pada tanggal 10 Juni dijual secara kredit barang dagangan BKP seharga USD 20.000 = contoh no.1 sampai dengan 30 Juni belum dilunasi, kurs per USD =
Rp.10.000,- dan tanggal 15 Juli dilunasi kurs per USD = Rp.10.030,-. Jurnal 5 Juni:
Piutang Dagang D 217.800.000
Penjualan K 198.000.000
PPN PK K 19.800.000
| P a g e
151
30 Juni : Piutang Dagang D 2.200.000
Unrealized LR Kurs K 2.200.000
15 Juli : RK Giro HSBC D 220.660.000
Unrealized LR Kurs D 2.200.000
Piutang Dagang K 220.000.000
Realisasi LR Kurs K 2.860.000
Bagi WP yang telah menggunakan kurs tengah B.I. pada tiap-tiap akhir tahun untuk menghitung laba-rugi kurs tidak ada masalah, tinggal melanjutkan saja;
sedangkan bagi WP yang menggunakan kurs tetap kurs historis untuk menghitung laba-rugi kurs berdasarkan prinsip realisasi, belum ada petunjuk dari
DJP mengenai perubahan pengakuan laba-rugi kurs mulai tahun 2009.
Z. Biaya Lain-lain.
Biaya lain-lain yang tidak ada rinciannya tidak dapat dibiayakan, apabila ada rinciannya dilakukan koreksi fiskal atas biaya lain-lain yang tidak dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto.
Studi Kasus Rekonsiliasi Laba Rugi Fiskal.
PT. DAYA UTAMA a. Tahun buku dari 1 Januari 2010 s.d 31 Desember 2010 sama dengan tahun
takwim. Tahun pajak 2010 dan SPT PPh Badan Tahun 2010. b. Didalam penjualan tahun 2010 termasuk penjualan ke Pemerintah Departemen,
Lembaga, Badan sebesar Rp. 40 milyard dan sudah dibayar semua; PPh Ps.22 sebesar 1,5 x Rp. 40 milyard = Rp. 600.000.000,-; merupakan kredit pajak
tahun 2010. c. Pada akhir tahun 2010 dibentuk penyisihan potongan penjualan sebesar Rp.
300.000.000,- Akuntansi menggunakan prinsip konservatis yaitu mengakui rugi yang dapat diperkirakan dengan membentuk Penyisihan Potongan Penjualan,
sedangkan PPh berdasarkan Pasal 9 1 c UU No.362008, tidak boleh membentuk dana cadangan.
d. Retur penjualan dibukukan berdasarkan prinsip realisasi; dapat dibiayakan. e. Pembelian bahan baku terdiri dari pembelian dalam negeri dan import.
| P a g e
152
PIB Pemberitahuan Import Barang. -
cif x kurs MK Rp. 10.000.000.000,-
- Bea Masuk 20
Rp. 2.000.000.000,- Nilai Impor
Rp. 12.000.000.000,- -
Nilai Import sebagai dasar perhitungan PPN, PPn BM dan PPh Pasal 22. -
PPN Import sebesar 10 = Rp. 1.200.000.000,- merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak keluaran; bukan merupakan biaya yang dapat
dikurangkan. -
PPn BM sebesar 10 = Rp. 1.200.000.000,- merupakan biaya yang dapat dikurangkan.
- PPh Pasal 22 dengan API sebesar 2,5 = Rp. 3.000.000.000,- merupakan kredit
PPh, tidak dapat dikurangkan. Harga Pokok Import.
- Pembebanan dari Bank Devisa Kurs realisasi Rp. 10.500.000.000,-
- Bea Masuk
Rp. 2.000.000.000,- -
PPn BM Rp. 1.200.000.000,-
- Biaya Jasa Kepabeanan PPJKEMKL
Rp. 250.000.000,- -
Biaya Pengangkutan Rp. 50.000.000,-
Rp. 14.000.000.000,- Pembelian dalam negeri.
Rp. 10.860.000.000,- f. Akuntansi persediaan dan pemakaian bahan baku, barang dalam proses, barang
jadi sesuai dengan Pasal 10 ayat 6 UU PPh 1984. g. Upah langsung dalam HPP sesuai dengan Pasal 6 ayat 1 huruf a UU PPh
1984. h. Biaya Produksi Tak Langsung overhead dalam HPP sesuai Pasal 6 ayat 1 UU
PPh 1984. i.
Penyusutan dalam HPP, lihat contoh Penyusutan pada Bab 4. j.
Biaya SDM pada Biaya Usaha, lihat contoh pada Sub bab 5.6. k. Didalam Biaya Promosi terdapat hadiah yang tidak berkaitan langsung dengan
penyelenggaraan promosi sebesar Rp.400.000.000,-.