Tarif Pajak Penghasilan. 1. Pasal 17 UU. No.36 Tahun 2008.

| P a g e 92 2b WP badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40 empat puluh persen dari jumlah keseluruhan saham yaang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5 lima persen lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dan ayat 2a yang diatur dengan atau berdasarkan PP. 2c Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa dividen yang dibagikan kepada WPOP DN adalah paling tinggi sebesar 10 sepuluh persen dan bersifat final. 2d Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat 2c diatur dengan PP PP. NO.19 Tahun 2009. 3 Besarnya lapisan Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dapat diubah dengan KMK. 4 Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 1, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan kebawah dalam ribuan rupiah penuh. 5 Besarnya pajak yang terutang bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang terutang pajak dalam bagian tahun pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat 4, dihitung sebanyak jumlah hari dalam bagian tahun pajak tersebut dibagi 360 tiga ratus enam puluh dikalikan dengan pajak yang terutang untuk 1 satu tahun pajak. 6 Untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat 5, tiap bulan yang penuh dihitung 30 tiga puluh hari. 7 Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 2, sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi sebagaimana tersebut pada ayat 1.

2. Pasal 31E ayat 1 UU No. 36 Tahun 2008.

WP Badan DN dengan peredaran bruto sampai dengan Rp.50.000.000.000- lima puluh miliar rupiah mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50 lima puluh persen dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 1b dan 2a yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp.4.800.000.000,- empat miliar delapan ratus juta rupiah. | P a g e 93 Contoh CV. MAJU JAYA Peredaran Usaha Th.2009 Rp.4.500.000.000,- PHKP Rp.400.000.000,- PPh terutang = 50x28x400jt = Rp. 56.000.000,- Tarif Lama Th.2008 Rp. 102.500.000 Contoh PT. TORNADO Peredaran Usaha 2009 Rp.30.000.000.000,- PHKP Rp.2.400.000.000,- PHKP-Tarif 14 = 4,830x2.400.000.000 384.000.000,- PHKP-Tarif 28 Rp.2.016.000.000,- PPh-terutang - 14 x 384.000.000 Rp. 53.760.000,- - 28 x 2.016.000.000 564.480.000,- Rp. 618.240.000,- Tarif lama 2008 702.500.000,- Selanjutnya supaya dipelajari SE-66PJ2010. RANGKUMAN UU PPh 1984 telah mengalami perubahan keempat, tidak terjadi perubahan total bahkan ada ketentuan atau ayat yang tidak berubah sejak UU No.7 Tahun 1983; peraturan pelaksanaan yang terdiri PP, Peraturan atau Keputusan Presiden, Peraturan atau Keputusan MKRI, Peraturan atau Keputusan Direktur Jenderal Pajak, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak; yang belum dicabut dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan UU PPh yang baru perubahan terakhir; oleh karena itu mahasiswa harus mempelajari peraturan pelaksanaan yang ditulis dalam bahan ajar tersebut. Penghasilan yang bukan objek PPh terbatas yang diatur dalam Pasal 4 ayat 3, Penghasilan yang dikenakan PPhFinal terbatas diatur dalam Pasal 4 ayat 2 dan Pasal 15, sedangkan penghasilan yang merupakan objek PPhtidak final tidak terbatas pada Pasal 4 ayat 1 huruf a sampai huruf s. | P a g e 94 Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang bukan objek PPh atau dikenakan PPhfinal, tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto atau tidak dapat dibiayakan. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dikenai PPhtidak final dibedakan antara biaya yang dapat dikurangkan dan biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Tarif PPh untuk WP Badan DN dan BUT, tahun 2009 sebesar 28, tahun 2010 sebesar 25; untuk WP Badan DN yang telah masuk bursa go public yang memenuhi syarat tertentu tarif PPh Badan berkurang 5 lima persen dari WP Badan DN yang belum masuk bursa. WP Badan DN yang jumlah peredaran brutonya setahun kurang dari Rp.50 milyar, mendapat pengurangan tariff PPh sebesar 50 dari jumlah peredaran Rp.4.800.000.000,-. LATIHAN Pilihan ganda asosiasi : Jawaban A, apabila a, b, c benar. B, apabila a dan c benar. C, apabila b dan d benar. D, apabila semua benar. 1. Penghasilan yang merupakan objek PPh tidak final : a. Laba usaha; b. Keuntungan pengalihan harta; c. Keuntungan selisih kurs mata uang asing; d. Imbalan bunga dari DJP. 2. Penghasilan yang merupakan objek PPhfinal : a. Bunga deposito yang diterima WPOPDN; b. Bunga deposito yang diterima WPLN; c. Bunga simpanan anggota koperasi yang diterima orang pribadi; d. Bunga simpanan anggota koperasi yang diterima WP Badan DN. | P a g e 95 3. Penghasilan WPOPDN yang bukan merupakan objek PPh : a. Zakat; b. Warisan; c. Hibah dari orang tua kandung; d. Hibah dari kakek. 4. Penghasilan WP Badan DN yang bukan objek PPh : a. Setoran modal dari WPOPDN; b. Setoran modal dari WPOPLN; c. Setoran modal dari WP Badan DN; d. Setoran modal dari perusahaan induk. 5. Penghasilan WPOPDN yang dikenak PPh Final : a. Bagian laba dari CV; b. Dividen yang diterima dari PT; c. Pembayaran dari perusahaan asuransi jiwa; d. Keuntungan dari penjualan tanah. SOAL 1. CV. ABC berupa perdagangan, peredaran usaha tahun 2010 sebesar Rp.3.600.000.000,-, penghasilan kena pajak Rp.300.000.000,-, PPh Pasal 25 tahun 2010 yang sudah dibayar Rp.50.000.000,- dan diterbitkan STP. PPh Pasal 252010 Rp.12.000.000,-. a. Hitung PPh terutang tahun 2010 b. Hitung PPh kurang lebih bayar tahun 2010 2. Persekutuan tenaga ahli WP Badan berusaha dalam bidang konsultan manajemen, jumlah tagihan tahun 2010 sebesar Rp.960.000.000,-, yang sudah dibayar dan dipotong PPh sebesar Rp.800.000.000,-. Penghasilan kena pajak tahun 2010 sebesar Rp.80.000.000,-, tidak ada PPh Ps.25. a. Hitung PPh terutang tahun 2010 b. Hitung PPh kurang lebih bayar tahun 2010 | P a g e 96 Jawaban : 1. D 2. A 3. A 4. D 5. C 6. A 7. B 8. D 9. A 10. B | P a g e 97 BAB PENYUSUTAN FISKAL AMORTISASI FISKAL

A. Penyusutan Fiskal. 1. Harta berwujud yang dapat disusutkan dan yang tidak dapat disusutkan.

Pasal 9 ayat 2 UU. No.71983 tidak berubah sampai dengan UU. No.362008, Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi, pengertian harta berwujud yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun lebih luas dibanding pengertian aktiva tetap menurut akuntansi, namun dalam prakteknya sama yaitu Aktiva Tetap dan selanjutnya digunakan istilah Aktiva Tetap. Pasal 11, Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara pengalihan yang merupakan objek PPh tidak final. Tanah hak milik, HGU, HGB, hak pakai tidak dapat disusutkan; biaya perpanjangan hak dapat diamortisasi, NBF = Harga Perolehan. Penyusutan Aktiva Tetap yang digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek PPh atau dikenai PPh Final tidak dapat dikurangi dari penghasilan brute, nilai buku fiskal adalah harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan yang seharusnya. 4 Tujuan Instruksional Khusus. Mahasiswa memahami, mampu menjelaskan dan menghitung penyusutan fiskal atau amortisasi fiskal serta mampu membuat rekonsiliasi dengan penyusutan komersial atau amortisasi fiskal. | P a g e 98

2. Ketentuan Penyusutan Fiskal.

a. Penyusutan fiskal dimulai pada bulan pengeluaran atau pada bulan selesai pengerjaannya, kecuali dengan persetujuan Dir. Jend. Pajak dapat dimulai sejak harta tersebut digunakan atau menghasilkan. b. Dasar penyusutan fiskal adalah harga perolehan tidak dikurangi nilai residu. c. Mulai tahun 2001 dilakukan dalam bulan penuh, dilakukan per jenis aktiva tetap; dilampirkan dalam SPT PPh dengan lampiran khusus e SPT PPh. d. Penyusutan tahun 2009 dan seterusnya, tidak ada perbedaan yang prinsipiil dengan penyusutan tahun 2001-2008. e. Penyusutan fiskal harta berwujud kelompok bangunan hanya boleh dengan metode garis lurus.  Permanen sebesar 5 pertahun;  Tidak permanen sebesar 10 pertahun. f. Penyusutan fiskal harta berwujud bukan kelompok bangunan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun, WP hanya boleh memilih satu metode; perubahan metode penyusutan fiskal harus mendapat persetujuan dari Dir. Jend. Pajak. g. Penyusutan fiskal dengan metode saldo menurun, pada akhir masa manfaat nilai buku fiskalnya disusutkan sekaligus. h. Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal. Tabel 4.1 Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal Kelompok Harta Masa Manfaat Tarif Penyusutan Garis lurus Saldo menurun Bukan Bangunan Kelompok 1 4 ttahun 25 50 2 8 tahun 12,5 25 3 16 tahun 6,25 12,5 4 20 tahun 5 10 Bangunan Permanen 20 tahun 5 - Tidak Permanen 10 tahun 10 -