Pengertian Aktiva Tetap. Pembelian Aktiva Tetap dari Pihak-Pihak yang Tidak Ada Hubungan Istimewa.

| P a g e 202 Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung, adalah: 1. Biaya persiapan tempat; 2. Biaya pengiriman awal initial delivery dan biaya simpan dan bongkar muat handling cost; 3. Biaya pemasangan instalation cost; dan 4. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur. Pengeluaran yang dapat dikapitalisasikan pada harga perolehan aktiva tetap adalah pengeluaran yang dapat memperpanjang masa manfaat atau menambah manfaat keekonomian, mencakup: 1. Modifikasi suatu pos sarana pabrik, 2. Upgrading Machine Parts, 3. Penerapan proses produksi baru. Komponen biaya perolehan harga perolehan menurut akuntansi tersebut merupakan komponen harga perolehan fiskal, pengeluaran tersebut berkaitan dengan kewajiban memotong atau memungut PPh-pihak lain atau bukan. Pajak Masukan atas perolehan barang modal aktiva tetap yang digunakan untuk memproduksi atau menjual Barang Kena Pajak BKP dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran, tidak termasuk harga perolehan aktiva tetap. Contoh 1: PT. ABC membeli mesin untuk memproduksi BKP: Harga mesin Potongan harga 10 Harga neto a. Biaya persiapan tempat b. Biaya pengangkutan c. Biaya pemasangan d. Biaya profesional Harga perolehan aktiva tetap Rp. 1.000.000.000,- 100.000.000,- Rp. 900.000.000,- 10.000.000,- 5.000.000,- 5.000.000,- 5.000.000,- Rp. 925.000.000,- Pajak Masukan sebesar Rp.90.000.000,- dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran, bukan merupakan harga perolehan: Biaya pengangkutan merupakan objek pemotongan PPh: | P a g e 203 1. Kendaraan darat dipotong PPh Ps. 23 sebesar 2. 2. Kapal pelayaran dalam negeri dipotong PPh Ps.4 2 Final sebesar 1,2. 3. Pesawat dalam negeri dipotong PPh Pasal 23 sebesar 1,8. 4. Kapal asing dan pesawat asing dipotong PPh Ps. 4 2 Final sebesar 2,64. Biaya pemasangan dan professional fee bukan kontraktor dipotong PPh Pasal 23 sebesar 2 dari jumlah bruto tidak termasuk PPN. Contoh 2: PT. DEF import mesin tekstil dari Jepang, Pemberitahuan Import Barang PIB, cif sebesar USD 100,000 kurs Menteri Keuangan per USD adalah Rp.9.000,-; kurs realisasi atas pembayaran ke Bank Devisa per USD = Rp.9.100,- Bea Masuk sebesar 20, tidak ada bea masuk tambahan dan mesin tersebut tidak termasuk barang mewah; PT. DEF import dengan menggunakan angka pengenal import API. Biaya pengurusan pengeluaran barang import melalui Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan PPJK sebesar Rp. 50.000.000,-. Biaya angkut dengan kendaraan sebesar Rp. 10.000.000,- dan biaya pemasangan, arsitek dan percobaan sebesar Rp. 25.000.000,-. Perhitungan PIB: Cif x Kurs MK = USD 100,000 x Rp.9.000,- Rp. 900.000.000,- Bea Masuk 20 180.000.000,- Nilai Impor Rp.1.080.000.000,- PPN Impor PM = 10 = Rp. 108.000.000,- PPh Pasal 22 Impor = 2,5 = 27.000.000,- Perhitungan Harga Perolehan Mesin Pembayaran ke Bank Devisa Rp. 910.000.000,- Bea Masuk 180.000.000,- PPJK 50.000.000,- Biaya Pengangkutan 10.000.000,- Biaya pemasangan 25.000.000,- Rp.1.175.000.000,- | P a g e 204

D. Jual Beli Aktiva Tetap Antara Pihak-Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.

1. Berdasarkan Pasal 18 ayat 4 UU PPh 1984 dan perubahannya, hubungan istimewa dianggap ada apabila: a. WP mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25 dua puluh lima persen pada WP lain, atau hubungan antara WP dengan penyertaan paling rendah 25 dua puluh lima persen pada dua atau lebih, demikian pula hubungan antara dua WP atau lebih yang disebut terakhir. b. WP menguasai WP lainnya atau dua atau lebih WP berada dibawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung. c. Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan atau kesamping satu derajat. 2. Berdasarkan Pasal 18 ayat 3a UU. No.17 Tahun 2000 tidak berubah pada UU. No.36 Tahun 2008, Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan WP dan bekerja sama dengan pihak otoritas pajak Negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, yang berlaku selama suatu periode tertentu dan mengawasi pelaksanaannya serta melakukan renegoisasi setelah periode tertentu tersebut berakhir. Contoh: PT. GHI induk perusahaan akan menjual tanah ke PT. JKL anak perusahaan, PT. GHI dapat melakukan perjanjian dengan Dir. Jend. Pajak untuk menentukan harga transfer atau harga jual tanah, agar dalam pemeriksaan pajak tidak dilakukan koreksi harga. 3. Berdasarkan Pasal 18 ayat 3 UU. No.36 Tahun 2008, Dir. Jend. Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya PhKP bagi WP yang mempunyai hubungan istimewa dengan WP lainnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa UU. No.172000 dengan menggunakan metode perbandingan harga antara pihak | P a g e 205 yang independen, metode harga penjualan kembali, metode biaya plus atau metode lainnya. Contoh: SE-04PJ.71993 Koreksi Transaksi Transfer Pricing. PT. MNO induk perusahaan pada tahun 2008 menjual tanah ke PT. PQR anak perusahaan tanah yang dibeli tahun 1990 seharga Rp. 1.000.000.000,- tidak digunakan untuk usaha; NJOP PBB pada awal tahun 2007 sebesar Rp. 10.000.000.000,-, harga pasar wajar sebesar Rp.12.000.000.000,-. PT. MNO menjual tanah tersebut ke PT. PQR seharga Rp.10.000.000.000,-. Apabila dilakukan pemeriksaan akan dilakukan koreksi fiskal . Keuntungan Penjualan Tanah M.WP Rp. 9.000.000.000,- MPemeriksa Rp.11.000.000.000,- Koreksi positif Rp. 2.000.000.000,- Mulai tahun 2009 PT.MNO yang menjual tanah dikenakan PPh-Final sebesar 5 dari Rp.12.000.000.000,-; selanjutnya baca Peraturan Dir.Jend.Pajak No..PER- 43PJ2010.

E. Tukar Menukar Aktiva Tetap.

Berdasarkan Pasal 10 ayat 2 UU PPh 1984, harta yang diperoleh berdasarkan transaksi tukar-menukar dengan harta lain, nilai perolehan atau nilai penjualannya adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar. Aktiva tetap yang diterima dinilai sebesar harga pasar, demikian juga aktiva tetap yang diserahkan dinilai sebesar harga pasar, selisih dengan nilai sisa buku fiskal NSBF merupakan keuntungan atau kerugian pengalihan harta. Contoh I: PT. A PT. B Aktiva Tetap: NSBF 100 juta,- 120 juta,- H. Pasar 200 juta,- 200 juta,- Sejenis: Mesin I Mesin II Tak sejenis Mesin Kendaraan Pertukaran aktiva tetap antara PT. A dan PT. B, tanpa tambahan uang, secara fiskal: tidak dibedakan antara sejenis dan tidak sejenis, rugi-laba langsung dihitung