Peredaran Usaha. 1. Penjualan. Bahan Ajar Akuntansi Pajak

| P a g e 117 Keputusan Menteri Keuangan R.I. No.254KMK.032001 dan perubahannya No.392KMK.032001, No.236KMK.032003, penjualan ke Pemungut PPh Pasal 22 dipungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5 satu setengah persen dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM. Pemungut PPh-Pasal 22 atas pembelian barang, adalah: a. Direktorat Jenderal Anggaran, Bendaharawan Pemerintah baik ditingkat Pemerintah Pusat maupun ditingkat Pemerintah Daerah, yang melakukan pembayaran atas pembelian barang; b. BI, BPPN, BULOG, PT. Telkom, PT. PLN, PT. Garuda Indonesia, PT. Indosat, PT. Krakatau Steel, Pertamina dan bank-bank BUMN yang melakukan pembelian barang yang dananya bersumber baik dari APBN maupun non APBN; c. BUMN atau BUMD selain huruf b, yang melakukan pembelian barang dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD. Pemungutan PPh-Pasal 22 tersebut dilaksanakan dengan cara pemungutan dan penyetoran oleh Pemungut atas nama WP ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro Surat Setoran Pajak ditulis nama WP ditandatangani atas nama WP oleh Pemungut; PPh Pasal 22 tersebut merupakan kredit PPh yang dimasukkan dalam Lampiran III Formulir 1771-III SPT. Tahunan PPh WP Badan.

2. Potongan Penjualan.

Potongan penjualan yang diberikan ke pembeli diakui berdasarkan prinsip realisasi, berdasarkan Pasal 9 ayat 1 huruf c UU PPh 1984 penyisihan potongan penjualan tidak dapat dikurangkan. Contoh: Pada akhir tahun 2010 diadakan analisis piutang dagang yang akan melunasi dalam awal tahun 2011 yang masih dalam jangka waktu pemberian potongan penjualan sebesar Rp.50.000.000,-; secara akuntansi sudah diakui sebagai potongan penjualan tahun 2010, dilakukan koreksi fiskal positif pada SPT PPh.

3. Retur Penjualan.

Retur Penjualan dari pembeli yang sudah diterima barangnya diakui berdasarkan prinsip realisasi, penyisihan retur penjualan tidak diakui berdasarkan Pasal 9 ayat 1 huruf c UU PPh 1984. | P a g e 118 Contoh: Pada akhir tahun 2010 telah diterima pemberitahuan dari pembeli bahwa ada barang-barang yang rusak atau daluwarsa seharga Rp.60.000.000,- yang akan dikembalikan pada awal tahun 2011, secara akuntansi sudah diakui sebagai retur penjualan tahun 2011 dengan mendebit perkiraan ”Retur Penjualan” dan mengkredit perkiraan ”Penyisihan Retur Penjualan” dan pada waktu menerima barang retur dibukukan debit ”Penyisihan Retur Penjualan” dan kredit ”Piutang Usaha” pada tahun 2011; dilakukan koreksi fiskal positif pada tahun 2010, dapat dibiayakan pada tahun 2011.

4. Penjualan neto.

Penjualan neto sama dengan Peredaran Usaha adalah Penjualan Bruto dikurangi Potongan Penjualan dan Retur Penjualan; equalisasi dan rekonsiliasi dengan jumlah penyerahan menurut SPT. Masa PPN.

5. Ekspor.

Pemberitahuan Ekspor Barang PEB dan dokumen ekspor lainnya merupakan bukti impor barang dilakukan hasil ekspor neto yaitu setelah dikurangi penyusutan ekspor berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hasil ekspor dalam valuta asing yang dimasukkan ke Rekening Valas dibukukan dengan Kurs Tengah BI, ekspor BKP dikenai PPN nol persen dari hasil ekspor yang dirupiahkan dengan Kurs MKRI.

C. Pembelian, Harga Pokok Penjualan dan Persediaan.

Perhitungan Harga Pokok Penjualan dan Penilaian Persediaan berdasarkan Pasal 10 6 UU. No.71983 tidak berubah s.d. UU. No.362008, yaitu: 1. Penilaian persediaan berdasarkan harga perolehan dan metode penilaian persediaan dengan FIFO atau rata. Tidak diperkenankan penilaian persediaan dengan metode LIFO dan penilaian persediaan berdasarkan harga pokok atau harga pasar mana yang lebih rendah. 2. Kerugian atas barang hilang atau kecurian harus didukung dengan laporan ke Polisi. 3. Pemusnahan barang harus dibuat Berita Acara dan diotorisasi oleh Pejabat yang berwenang. | P a g e 119 4. Hilang dalam proses produksi, dalam penyimpanan atau penguapan harus sesuai dengan rendemen yang wajar. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan R.I. No.254KMK.032001 dan perubahannya No.392KMK.032001, No.236KMK.032003, pembelian yang dipungut PPh-Pasal 22 adalah pembelian dari: No.154PMK.032007, No.523PJ2001. 1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri: semen, rokok, kertas, baja dan otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala KPP atas penjualan hasil produksinya didalam negeri; 2. Pertamina serta badan usaha lainnya yang bergerak dalam bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT dan gas atas penjualan hasil produksinya didalam negeri; 3. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan yang ditunjuk oleh Kepala KPP, atas pembelian bahan- bahan untuk keperluan industri atau ekspor mereka dari pedagang pengumpul; sebesar 0,5 setengah persen dari harga beli tidak termasuk PPN. Potongan Pembelian dan Retur Pembelian dibukukan berdasarkan prinsip realisasi, dan secara akuntansi tidak membentuk penyisihan potongan pembelian dan penyisihan retur penjualan. Pembelian neto adalah pembelian bruto dikurangi potongan pembelian dan retur pembelian dicocokkan dengan jumlah pembelian pada Lampiran II SPT. Tahunan PPh WP. Badan dan diequalisasi atau direkonsiliasi dengan jumlah pembelian menurut SPT. Masa PPN selama 12 bulan. Pembelian Barang Kena Pajak BKP diequalisasi dengan PPN Pajak Masukan yang dibayar, kecuali pembelian dari Pengusaha Kecil tidak terutang PPN. Pasal 33 KUP Pembeli BKP atau penerima JKP bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran PPN, telah dicabut pada UU. No.28 Tahun 2007; oleh karena itu Pembeli BKP tidak bertanggung jawab apabila Penjual BKP tidak memungut PPN s.d. 31 Maret 2010. Mulai 1 April 2010 Tanggung renteng PPN berlaku lagi berdasarkan Pasal 16F UU No.42 Th.2009, Pembeli BKP atau Penerima JKP bertanggung jawab secara renteng atas pembayaran PPN, sepanjang tidak dapat menunjukkan bahwa PPN telah dibayar.