Akuntansi Pemotongan PPh Pasal 26. 1. Pasal 26 UU No.36 Tahun 2008:
58 | P a g e
e. Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari suatu BUT di
Indonesia dikenakan pajak sebesar 20 dua puluh persen atau sesuai tariff P3B kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di Indonesia, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan NO.257PMK.032008.
f. PPh Pasal 26 bersifat final, kecuali:
1 Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang
dilakukan oleh BUT di Indonesia. 2 Penghasilan lain sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 yang diterima atau
diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud.
3 Pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang Pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjadi WPDN atau BUT di Indonesia.
g. Equalisasi dan Rekonsiliasi Objek PPh Pasal 26, PPN Jasa Luar Negeri dan
SPT Tahunan PPh WP Badan. Biaya Jasa yang dibayarkan ke WPLN dibedakan antara WPLN yang berasal dari
negara yang sudah ada P3B dengan Indonesia dan yang belum ada P3B, serta dibedakan antara jasa yang terutang PPN dan yang tidak terutang PPN.
1 Biaya jasa ke WPLN dari WPLN yang belum ada P3B dengan Indonesia, dipotong PPh Ps. 26 sebesar 20 dari jumlah bruto, walaupun seluruh
pekerjaan di lakukan di L.N. 2 SE.03PJ.1011996, SE-05PJ.102000, SE-04PJ.342005, berlaku s.d. 31 Des.
2009. Biaya jasa ke WPLN dari WPLN yang sudah ada P3B dengan Indonesia:
- Seluruh pekerjaan dilakukan di L.N. atau dilakukan di Indonesia kurang dari
time test rata-rata minimal 90 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dengan surat keterangan Domisili dari Tax Office Negara yang bersangkutan dapat,
tidak dipotong PPh Pasal 26 maupun PPh Ps. 23; untuk jelasnya supaya dilihat P3B dengan negara yang bersangkutan.
59 | P a g e
- Pekerjaan dilakukan di Indonesia sudah melebihi time test sudah merupakan
BUT, apabila sudah ada NPWP dipotong PPhPs.23 sesuai tarif yang berlaku, apabila belum ada NPWP dipotong PPh Ps.23 dua kali tarif yang berlaku.
3 KEP-05PJ1994 berlaku s.d. 31 Maret 2010, Biaya jasa ke WPLN yang jasanya merupakan JKP, apabila dimanfaatkan di Indonesia termasuk dikawasan Berikat
terutang PPN 10, yang harus dibayar oleh perusahaan Indonesia; dalam SSP: NPWP ditulis: 0.000.000.XXX.000 xxx-kode KPP dimana perusahaan
berdomisili: -
Nama dan alamat WP ditulis nama dan alamat WPLN perusahaan luar negeri yang memberikan jasa atau yang menerima penghasilan dari
Indonesia. -
Merupakan PM-DDK Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan pajak keluaran bagi perusahan yang merupakan PKP.
- Merupakan PM-TDDK PM tidak dapat dikreditkan dengan PK, bagi
perusahaan yang bukan PKP, misalnya: Bank, Hotel, Asuransi, Rumah sakit dsb.
Pemanfaatan barang tidak berwujud dari luar negeri juga terutang PPN sebesar 10 yang tatacaranya seperti tersebut diatas.
4 Biaya jasa LN yang dibayar dalam valuta asing, dirupiahkan dengan Kurs Menteri Keuangan pada akhir bulan terutangnya atau kurs M.K pada tanggal
pembayaran mana yang lebih dulu untuk pemotongan PPh Pasal 26; untuk PPN Kurs Menteri keuangan pada waktu pembayaran.
5 Pembayaran jasa keluar negeri atau pemanfaatan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean yang merupakan objek PPh Pasal 26 tetapi tidak terutang
PPN, adalah: dividen, bunga dan branch profit tax. Contoh 1:
BCA Bukan PKP membayar jasa Konsultan JKP ke XYZ-Corp. di Singapura, seluruh pekerjaan dikerjakan di Indonesia kurang dari time test, besarnya Fee
SGD 20.000,- Kurs MK per SGD = Rp.5000,- XYZ-Corp. menyerahkan surat keterangan Domisili dari Tax Office Singapura, BCA tidak memotong PPh Pasal
26, BCA membayar PPN-Jasa LN sebesar 10 = Rp.10.000.000,-
60 | P a g e
Jurnal BCA Pembukuan Rupiah Pada waktu terima tagihan.
Biaya Jasa D Rp.100.000.000,-
Utang Jasa K Rp.100.000.000,-
Pada waktu membayar jasa keluar negeri: Utang Jasa
D Rp.100.000.000,- Bank
K Rp.100.000.000,- Pada waktu membayar PPN jasa luar negeri ke Bank Persepsi dengan
menggunakan SSP, tidak dapat dikreditkan karena bukan PKP. Biaya PPN Jasa LN
D Rp.10.000.000,- Bank
K Rp.10.000.000,- Contoh 2:
PT. KLM PKP membayar royalty barang tidak berwujud ke Jepang tahun 2004 sebesar USD. 100,000.- kurs Menteri Keuangan Rp.9.000,-, merupakan
pemanfaatan barang tidak berwujud. - PT. KLM memotong PPh Pasal 26 berdasarkan tarif dalam P3B sebesar =
10 = Rp. 90.000.000,- - PT.KLM membayar PPN-Jasa LN sebesar 10 = Rp.90.000.000,-
merupakan PM yang dapat dikreditkan dengan PK. Jurnal PT. KLM PKP-Pembukuan Rupiah.
Pada waktu terima tagihan. Biaya Royalti
D Rp.90.000.000,- Utang Biaya Royalti
K Rp.90.000.000,- Pada waktu membayar royalti ke luar negeri, memotong PPh Pasal 26 dan
menghitung PPN Jasa Luar Negeri. Utang Biaya Royalti
D Rp.900.000.000,- PPN PM. DDK
D 90.000.000,- Utang PPh Pasal 26
K 90.000.000,- Utang PPN Jasa LN
K 90.000.000,- Bank
K 810.000.000,-
61 | P a g e
Pada waktu membayar PPh Pasal 26 dan PPN Jasa LN ke Bank Persepsi. Utang PPh Pasal 26
D Rp. 90.000.000,- Utang PPN Jasa LN
D 90.000.000,- Bank
K 180.000.000
,-
6 SE-04PJ.342005. WPLN yang dapat menikmati penguranngan tarif PPh Pasal 26 apabila WPLN
tersebut merupakan beneficial owner dari penghasilan berupa deviden, bunga dan royalti.
Beneficial owner adalah pemilik yang sebenarnya dari penghasilan berupa deviden, bunga, royalti baik WPOP maupun WP Badan, yang berhak
sepenuhnya untuk menikmati secara langsung manfaat penghasilan tersebut. Special purpose vehicles dalam bentuk conduit company, paper box company,
pass through company dan sejenisnya tidak termasuk pengertian beneficial owner, oleh karena itu dikenakan PPh Pasal 26 sebesar 20 dua puluh
persen. 7 Mulai 1 Januari 2010 untuk Surat Keterangan Domisili berlaku Peraturan Dir.
Jend. Pajak NO: - PER-61PJ2009 Tatacara Penerapan P3B dan Perubahannya.
- PER-62PJ2009 Pencegahan Penyalahgunaan P3B. 8 Peraturan MKRI No.40PMK.032010.
Tatacara Penghitungan, Pemungutan, Penyetoran dan Pelaporan PPN atas Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud danatau JKP dari Luar Daerah Pabean.
a PPN sebesar 10 Sepuluh persen dikalikan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan, jika dalam jumlah tersebut tidak termasuk PPN;
atau sebesar 10110 sepuluh per seratus sepuluh jika dalam jumlah tersebut sudah termasuk PPN.
b Saat terutangnya PPN pada saat dimulainya pemanfaatan BKP Tidak BerwujudJKP dari luar Daerah Pabean; adalah saat yang diketahui terjadi
lebih dahulu dari peristiwa-peristiwa: -
Secara nyata digunakan; -
Saat dinyatakan sebagai utang;
62 | P a g e
- Saat ditagih;
- Saat dibayar sebagian atau seluruhnya.
Apabila hal-hal tersebut tidak diketahui, adalah tanggal kontrak atau perjanjian ditanda tangani atau saat lain yang ditetapkan oleh Dir. Jend.
Pajak. c PPN yang terutang wajib dipungut dan disetorkan ke Kas Negara dengan
menggunakan SSP: -
Nama WP dan Alamat WP diisi nama dan alamat orang pribadi atau badan yang bertempat tinggal atau berkedudukan diluar Daerah
Pabean yang menyerahkan BKP Tidak BerwujudJKP; -
NPWP diisi dengan angka o nol, kecuali untuk kode KPP diisi kode KPP dari Pihak yang memanfaatkan JKPBKP Tidak Berwujud;
- WPPenyetor diisi nama, NPWP Pihak yang memanfaatkan JKPBKP
Tidak Berwujud. d Disetorkan ke Kas Negara melalui Bank Persepsi atau Kantor Pos paling
lama tgl 15 bulan berikutnya setelah saat terutangnya PPN, terlambat dikenai sanksi bunga.
e Bagi PKP, PPN yang telah disetor dilaporkan dalam SPT Masa PPN diperlakukan sebagai Laporan Pemungutan PPN atas Pemanfaatan BKP
Tidak BerwujudJKP dari luar Daerah Pabean. f
Bagi Bukan PKP misalnya Bank, Rumah Sakit, Persh. Asuransi, Hotel dsb, wajib melaporkan PPN yang telah disetor tersebut dengan
menggunakan SSP lembar ke 3 ke KPP paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah saat terutangnya PPN.
Catatan: Tarif PPh Pasal 26 berdasarkan P3B supaya dilihat pada Resume P3B.