Aktiva Tetap yang Dibangun Sendiri.

| P a g e 208 3. PPN terutang sebesar 4 empat persen dari jumlah biaya yang dikeluarkandibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah. 4. Saat terutang PPN pada saat mulai dibangunnya bangunan. 5. Pembangunan bertahap yang tidak lebih dari 2 dua tahun dianggap satu kesatuan. 6. Terutang ditempat bangunan didirikan. 7. Disetorkan ke Kas Negara Bank Persepsi atau Kantor Pos Giro paling lama tgl 15 bulan berikutnya dan dilaporkan paling lama akhir bulan dengan SSP lembar ke 3. 8. PM tidak dapat dikreditkan. 9. Bangunan digunakan Pihak Lain: Pihak yang membangun wajib menyerahkan SSP Asli kepada pihak yang menggunakan; apabila tidak diserahkan maka Pihak Lain yang menggunakan bangunan tersebut bertanggung jawab secara renteng atas pembangunan PPN yang terutang. Contoh PT. CBA PKP membangun sendiri gudang seluas 400 meter persegi dimulai bulan Mei 2010. Bulan Pengeluaran PPN Mei Rp. 100.000.000,- Rp. 4.000.000,- Juni 60.000.000,- 2.400.000,- Juli 200.000.000,- 8.000.000,- Agst 300.000.000,- 12.000.000,- Sep 240.000.000,- 9.600.000,- Okt 100.000.000,- 4.000.000,- Selesai Rp.1.000.000.000,- Rp. 40.000.000,- PPN atas membangun sendiri gudang sebesar Rp. 40.000.000,- tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran, merupakan unsur harga perolehan; jadi harga perolehan gudang sebesar Rp. 1.040.000.000,-. | P a g e 209 PSAK No.16 butir 17 Biaya perolehan suatu aktiva yang dikonstruksi sendiri ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti suatu aktiva yang diperoleh. Jika suatu perusahaan membuat aktiva serupa untuk dijual dalam keadaan usaha normal, biaya perolehan aktiva biasanya sama dengan biaya memproduksi aktiva untuk dijual lihat PSAK No.14 tentang Persediaan. Karenanya, setiap laba internal dieleminasi dalam menetapkan biaya tersebut. Demikian pula biaya dari jumlah yang abnormal dari bahan baku yang tak terpakai, tenaga kerja, atau sumber daya lain yang terjadi dalam memproduksi suatu aktiva yang dikonstruksi sendiri tidak dimasukkan dalam biaya perolehan aktiva. PSAK No.26 tentang Akuntansi Bunga untuk periode konstruksi, membuat kriteria yang harus dipenuhi sebelum biaya bunga dapat diakui sebagai komponen biaya aktiva tetap. S-46PJ.311995,19 Mei 1995, S-240PJ.421995. Pembebanan bunga pinjaman dalam masa konstruksi. 1 Sesuai dengan Pasal 6 ayat 1 huruf b UU No. 10 tahun 1994. Pengeluaran untuk memperoleh harta yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun harus dikapitalisir dalam harga perolehanharga pokok. Pembebanannya sebagai biaya dapat dilakukan melalui penyusutan, amortisasi, ataupun pada saat penjualan sebagai bagian dari harga pokok penjualan barang. 2 Sesuai dengan butir 4 Surat Dir. Jen Pajak Nomor SE-20PJ.421994, bahwa pengeluaran bunga pinjaman selama masa konstruksi merupakan komponen dari biaya langsung yang menjadi bagian pembentukan harga pokok atau harga perolehan aktiva seperti rumah dan gedung. Oleh karena itu pengeluaran bunga pinjaman sampai dengan rumah atau gedung selesai dan siap digunakan atau dipasarkan harus dikapitalisir menjadi komponen harga pokok rumah atau harga perolehan gedung. 3 Kapitalisasi bunga pinjaman selama masa konstruksi untuk memperoleh harga pokok per unit rumah atau harga perolehan gedung ini selain sudah sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan sejak tahun 1984, juga telah sesuai dengan ketentuan penyajian Laporan Keuangan yang wajib oleh BAPEPAM. Serta sesuai dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia PAI. | P a g e 210 PSAK No. 26 Ada tiga alternatif perlakuan akuntansi untuk menampung bunga selama konstruksi: 1. Bunga dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva. 2. Bunga dibebankan pada pendapatan sebagai beban finansial pada periode yang bersangkutan. 3. Bunga ditangguhkan untuk diamortisasi selama beberapa periode akuntansi Biaya bunga sehubungan dengan pembangunan suatu aktiva boleh dikapitalisasi bila dipenuhi persyaratan berikut ini: 1. Biaya pembangunan aktiva tersebut dapat diakumulasi secara terpisah. 2. Diperlukan jangka waktu yang cukup lama untuk membangun atau memproduksi aktiva yang bersangkutan. 3. Pembangunan atau produksi tersebut memerlukan biaya yang besar, sehingga melibatkan perusahaan dengan biaya bunga yang tinggi. Sepanjang ketiga persyaratan tersebut diatas telah dipenuhi, maka bunga yang dapat dikapitalisasi adalah untuk aktiva qualifying assets berikut: 1. aktiva yang dibangun atau diproduksi untuk digunakan sendiri, termasuk aktiva yang dibangun atau diproduksi oleh pihak lain dengan disertai pembayaran uang muka atau pembayaran termin sesuai dengan tahap kemajuan pekerjaan, atau 2. aktiva yang dimaksudkan untuk dijual atau disewakan, yang dibangun atau diproduksi sebagai proyek-proyek tersendiri. Contoh: PT. ABC membangun gedung kantor untuk digunakan sendiri, perhitungan harga perolehannya sebagai berikut: Akuntansi Koreksi Fiskal - Penggunaan bahan 400.000.000 - 400.000.000 - Upah Langsung 25.000.000 - 25.000.000 - Gaji Mandor 5.000.000 - 5.000.000 - Pemberian makan buruh 3.000.000 - 3.000.000 - Honor konsultan 5.000.000 - 5.000.000 - PPh-21 dibayar perusahaan 500.000 500 - - Biaya yang tidak didukung bukti yang syah : 11.500.000 11.500 - | P a g e 211 - Penyusutan alat-alat 20.000.000 5.000 25.000.000 - Bunga dikapitalisasi 50.000.000 - 50.000.000 Harga perolehan 520.000.000 7.000 513.000.000

G. Setoran Modal berupa Aktiva Tetap.

PSAK No. 21 butir 13f. Setoran saham dalam bentuk barang inbreng, menggunakan nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan, yaitu nilai appraisal tanggal transaksi yang disetujui Dewan Komisaris untuk PT yang sahamnya terdaftar di Bursa Efek, atau nilai kesepakatan Dewan Komisaris dan penyetor bentuk uang. Pasal 4 ayat 3 huruf c UU PPh 1984, harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh WP Badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal, bukan merupakan objek PPh. Pasal 10 ayat 5 UU PPh 1984, dasar penilaian harta bagi WP Badan yang menerima setoran modal yang berupa barang atau aktiva tetap adalah nilai pasar dari harta atau barang tersebut. Pasal 4 ayat 1d UU PPh 1984, keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan atau badan lainya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal, merupakan objek PPh. Tidak ada pebedaan yang prinsipiil antara akuntansi dan PPh, mengenai pembukuan setoran modal berupa aktiva tetap yaitu dibukukan berdasarkan harga pasar wajar dari aktiva; Contoh 1: PT. ABC didirikan pada awal tahun 2007 dengan modal dasar 10.000 lembar saham, nilai nominal persaham Rp.1000.000,-. Pemegang Saham Sdr. Ali, Sdr. Budi dan Sdr. Cecep menyetorkan modal secara tunai masing-masing 100 saham sebesar nilai nominalnya. Pemegang saham tidak ada keuntungan pengalihan harta dalam setoran modal tersebut, sedangkan PT. ABC akan membukukan setoran modal tersebut sebesar nilai nominalnya, dengan jurnal: Kas atau bank D Rp.300.000.0000,- Modal Saham K Rp.300.000.000,- | P a g e 212 Contoh 2: PT. A menyerahkan mesin ke PT . B sebagai setoran modal, dan menerima saham PT. B dengan nominal sebesar Rp. 3.500.000.000,- PT. A : Akuntansi Fiskal PPh Harga perolehan 6.000.000.000 6.000.000.000 Akumulasi Penyusutan 3.000.000.000 4.100.000.000 Nilai Buku 3.000.000.000 1.900.000.000 Harga Pasar 4.000.000.000 4.000.000.000 Keuntungan pengalihan harta 1.000.000.000 2.100.000.000 Objek PPh SPT PPh - 2.100.000.000 H.P. Saham PT. B 4.000.000.000 4.000.000.000 PT. B : Harga perolehan Mesin 4.000.000.000 4.000.000.000 Nominal Saham 3.500.000.000 3.500.000.000 Agio Saham bukan objek PPh 500.000.000 500.000.000 PT. A PT. B PT. A menyerahkan mesin Setoran modal NSBF 1.900.000.000 Harga Pasar 4.000.000.000 H.P. Mesin 4.000.000.000 Keuntungan objek PPh 2.100.000.000 Nominal saham 3.500.000.000 Agio saham bukan objek PPh 500.000.000 H.P Saham PT. B 4.000.000.000,- Jurnal PT A: Investasi saham PT. B D 4.000.000.000 Akumulasi Penyst. Mesin D 3.000.000.000 Mesin K 6.000.000.000 Keuntungan pengalihan harta K 1.000.000.000 Diadakan koreksi fiskal atas keuntungan pengalihan harta sebesar Rp. 1.100.000.000,- keuntungan pengalihan harta yang masuk dalam SPT-PPh sebesar Rp. 2.100.000.000,-