7 | P a g e
piutang, potongan penjualan, retur penjualan, penilaian persediaan berdasarkan harga pokok dan harga pasar mana yang lebih rendah, dsb.
Pasal 9 1 c UU.PPh-1984, tidak boleh membentuk atau memupuk dana cadangan,
kecuali diatur
dengan Keputusan
Menteri Keuangan
RI No.80KMK.041995, No.235KMK.011998, No.681KMK.041999, mulai tahun
2009 diganti dengan Peraturan MKRI No.81PMK.032009.
Contoh:
Pada tanggal 10 September 2010 dibeli saham PT. APP Tbk di Bursa Efek Jakarta seharga Rp. 100.000.000,- pada akhir tahun 2010 harga pasar kurs di Bursa Efek
Jakarta BEJ sebesar Rp. 90.000.000,-. Secara akuntansi, diakui kerugian sebesar Rp. 10.000.000,- walaupun belum terjadi
saham belum dijual dengan mendebit ”Kerugian Penurunan Nilai SSB” dan mengkredit ”Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai SSB”.
Kerugian Penilaian nilai SSB sebesar Rp. 10.000.000,- pada akhir tahun 2010, tidak dapat dikurangkan dalam menghitung Ph KP.
I. Beda Tetap dan Beda Waktu.
Masalah pokok dalam Akuntansi sama dengan Pajak Penghasilan yaitu menentukan pendapatan penghasilan dan beban biaya untuk tahun buku yang
bersangkutan; di dalam menentukan penghasilan dan biaya tersebut terdapat persamaan dan perbedaan mengenai prinsip dan metode, perbedaan terdiri dari
beda tetap permanent different dan beda waktu temporary different. Beda tetap, terdiri dari:
a. Menurut Akuntansi merupakan beban, menurut Pajak Penghasilan tidak dapat dibiayakan atau tidak dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena
pajak non deductable expense, diatur pada Pasal 9 ayat 1 UU. No.36 Tahun 2008;
b. Menurut Akuntansi merupakan pendapatan, menurut Pajak Penghasilan bukan merupakan objek PPh atau dikenakan PPh-final, diatur pada Pasal 4 ayat 3 dan
2 UU. No.36 Tahun 2008;
8 | P a g e
c. Menurut Akuntansi bukan merupakan pendapatan, menurut PPh merupakan objek PPh, misalnya hibah yang tidak memenuhi Pasal 4 ayat 3 huruf a UU.
No.36 Tahun 2008; d. Menurut Akuntansi bukan beban, menurut PPh dapat dikurangkan untuk
menghitung penghasilan neto fiskal; misalnya Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk Wajib Pajak orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan.
Beda waktu terdiri dari: a. Selisih penyusutan komersial di atas penyusutan fiskal;
b. Selisih penyusutan komersial di bawah penyusutan fiskal; c. Penyisihan Kerugian Piutang Allowance for Bad Debts;
d. Penyisihan Kerugian Persediaan Provission for absolute stock; e. Penyisihan Pesangon;
f. Penyisihan Penurunan Nilai Surat-Surat Berharga; g. Penyisihan Potongan Penjualan dan sebagainya.
h. dan sebagainya.
J. Penyesuaian Fiskal.
Laba bersih sebelum PPh menurut akuntansi; dilakukan penyesuaian fiskal tidak dijurnal untuk menghitung Penghasilan Neto Fiskal Rugi Fiskal.
Penyesuaian fiskal positif yaitu penyesuaian fiskal yang menambah penghasilan neto fiskal atau mengurangi rugi fiskal, terdiri dari:
a. Biaya yang tidak dapat dikurangkan; b. Selisih penyusutan komersial di atas penyusutan fiskal;
c. Selisih amortisasi komersial di atas amortisasi fiskal. Penyesuaian fiskal negatif yaitu penyesuaian fiskal yang mengurangi
penghasilan neto fiskal atau menambah rugi fiskal, terdiri dari: a.
Penghasilan yang bukan merupakan objek PPh; b.
Penghasilan yang dikenakan PPh-final; c.
Selisih penyusutan atau amortisasi komersial di bawah penyusutan atau amortisasi fiskal.
Mulai tahun pajak 2002, penyesuaian fiskal dicantumkan dalam Lampiran I SPT Tahunan PPh Badan.
9 | P a g e
Gambar 1.1 Skema Rekonsiliasi Rugi-Laba Fiskal
K. Sanksi Tidak Menyelenggarakan Pembukuan.
a. Berdasarkan Pasal 39 ayat 1 huruf g UU KUP, setiap orang yang dengan sengaja tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain; sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 6 enam bulan dan paling lama 6 enam
Skema Rekonsiliasi Rugi - Laba Fiskal.
Pembukuan WP Menghitung Ph. Neto Fiskal
Rugi Fiskal
Dapat berdasarkan Harus berdasarkan UU. PPh 1984
SAK ISAK dan perubahannya
serta PP,
KEPPRES, PMKKMK,
Peraturan Keputusan Direktur Jenderal Pajak,
S.E. Direktur Jenderal Pajak. Rugi – Laba
Komersial Koreksi Fiskal
Tidak Dijurnal Lamp. I SPT PPh
Rugi – Laba Fiskal
SPTTahunan PPh Lamp. I IV