Mendata Kesalahan-Kesalahan Kalimat dalam Bertelepon

Bahasa dan Sastra Indonesia VII 128 Kerja Berpasangan Ayo, cermati perbedaan bahasa pada contoh bertelepon di atas Ketika bertelepon dengan teman sebaya, bahasa yang digunakan Desi cenderung tidak baku. Tetapi, saat bertelepon dengan orang yang dihormati, Desi menggunakan bahasa baku. Selain itu, kesantunan bertelepon kepada orang yang dihormati lebih ketat daripada bertelepon dengan teman sebaya. Oleh karena itu, ketika kita bertelepon dengan mitra bicara, kita perlu menyesuaikan dengan konteks situasi pembicaraan. Selanjutnya, ayo baca pojok bahasa berikut ini Pojok Bahasa Kata Sapaan dan Kata Acuan Kata sapaan merupakan kata penunjuk hubungan kekerabatan yang digunakan untuk menyapa mitra bicara orang yang diajak bicara. Coba perhatikan contoh penggunaan kata sapaan berikut ini 1. Apakah Saudara benar-benar membatalkan rencana untuk pergi ke Medan? 2. Kak Rudi sedang pergi ke mana, Bu? 3. Kapan Paman berlibur ke Semarang? Kata Saudara, Bu, dan Paman pada kalimat 1, 2, dan 3 termasuk orang kedua, yaitu orang yang diajak bicara. Sekarang, coba kamu bandingkan dengan kalimat berikut ini 4. Saudara Ahmad sedang mengikuti seminar di aula Dinas Pendidikan Nasional. 5. Hal itu sudah disampaikan oleh Bu Camat berulang-ulang. 6. Sejak sepekan yang lalu, Paman Barja bekerja sebagai karyawan di sebuah bank swasta. Kata-kata Saudara, Bu, dan Paman pada kalimat 4, 5, dan 6 bukan sebagai kata sapaan, melainkan kata acuan, yaitu kata penunjuk hubungan kekerabatan yang digunakan untuk mengacu pihak ketiga orang yang dibicarakan. Kata acuan pada umumnya dapat diganti dengan kata ganti orang ketiga, seperti dia, ia, atau beliau. Sekarang, coba kamu bandingkan lagi dengan kalimat berikut ini 7. Sekarang Ahmad tidak lagi mempunyai saudara yang tinggal sekota. 8. Arisan itu dihadiri oleh ibu-ibu anggota Darma Wanita. 9. Seorang paman yang baik pasti akan menyayangi keponakannya. Kata-kata saudara, ibu, dan paman pada kalimat 7, 8, dan 9 bukan sebagai kata sapaan atau kata acuan, melainkan nomina kata benda. Huruf pertama nomina ditulis dengan huruf kecil. Uraian yang disampaikan di atas sudah cukup jelas. Tentu pengetahuanmu mengenai tata cara bertelepon maupun penggunaan bahasa yang baik dan sopan dalam bertelepon semakin banyak. Sebagai uji coba, ayo kerjakan kegiatan berikut ini Coba kerjakan bersama teman sebangkumu 1. Perbaikilah kalimat yang tidak efektif dalam penggalan percakapan melalui telepon berikut ini menjadi kalimat yang baik dan efektif a. Penerima telepon : ”Halo, Anda mau cari siapa?” Penelepon : ”Saya Rahman, teman sekelas Santi. Maaf, kalau boleh, saya mau bicara dengan Santi.” Nilai-Nilai Kemanusiaan 129 Penerima telepon : ”Anda salah sambung” Penelepon : ”Oh, terima kasih” b. Penerima telepon : ”Halo, selamat malam. Dengan siapa ini, ada yang bisa saya bantu?” Penelepon : ”Saya Badrun. Apakah Santi ada, saya ingin bicara dengannya. Sangat penting.” Penerima telepon : ”Oh, baik, tolong, tunggu sebentar, ya?” Penelepon : ”Ya, jangan lama-lama, ya? Sudah tidak sabar, nih” c. Penerima telepon : ”Sebenarnya Anda ini siapa, kalau menelepon yang sopan gitu, lho Ini sudah malam, lagi” Penelepon : ”Saya mohon maaf telah mengganggu. Tapi berita ini benar- benar penting. Saya harus menyampaikannya secara langsung kepada Badrun.” Penerima telepon : ”Tidak usah berbelit-belit. Langsung saja katakan, nanti kusam- paikan. Badrun sedang istirahat.” Penelepon : ”Oh, baik, Pak. Saya mau mengabarkan bahwa paman Badrun yang tinggal di Riau telah meninggal akibat kecelakaan. Badrun diminta untuk secepatnya datang ke sana” 2. Buatlah percakapan melalui telepon berdasarkan ilustrasi berikut ini Rudi diminta ayahnya untuk menghubungi Ketua RT karena ayahnya tidak dapat mengikuti rapat RT. Pada saat itu, ayah Rudi masih berada di Surabaya. Selain itu, Rudi juga diminta untuk memohonkan maaf kepada Ketua RT dan bersedia menerima keputusan yang dihasilkan dalam rapat RT. C MEMBACA Menemukan Realitas Kehi- dupan Anak dalam Buku Cerita Anak 1. Menuliskan perilaku dan kebiasaan yang ada dalam buku cerita anak. 2. Menemukan realitas kehidupan anak yang terefleksi dalam buku cerita anak. Materi: Cerita anak. Kamu sudah sering membaca cerita anak, bukan? Di dalam cerita anak, terdapat berbagai pengalaman hidup yang seru, menarik, bahkan menegangkan. Pengalaman tersebut dapat memperkaya wawasanmu. Selain itu, terdapat juga bermacam-macam tokoh dengan berbagai karakter serta nilai- nilai kehidupan dan keluhuran budi pekerti yang dapat diteladani. Kata Kunci: Menemukan Perilaku dan Kebiasaan – Menemukan Realitas Kehidupan Pada pembelajaran kali ini, kamu diajak menemukan realitas kehidupan anak seperti yang terefleksi dalam buku cerita anak. Realitas tersebut mungkin juga pernah kamu temui atau alami. Ayo, baca dengan saksama kutipan cerita anak berikut ini Dok. Penerbit Gambar 8.4 Membaca cerita menambah pengala- man