Mengemukakan Identitas Tokoh Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas 7 Sawali Ch Susanto 2011

Keindahan 97 Hal itu dapat terjadi karena kepiawaian para pembaca puisi dalam mengolah irama, volume suara, mimik, dan gerak. Unsur-unsur tersebut menyatu ke dalam pembacaan puisi sehingga mereka mampu tampil dengan total dan ekspresif. Jika sering berlatih, kamu pun dapat menjadi pembaca puisi yang baik. Kata Kunci: Menandai Penjedaan – Membaca Indah Puisi Salah seorang temanmu akan membacakan puisi berikut ini. Ayo, perhatikan irama, volume suara, mimik, dan geraknya Bagaimana kesanmu terhadap pembacaan puisi yang dilakukan oleh temanmu? Sudah sesuaikah dengan nada dan suasana puisi? Menurutmu, hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan agar dapat membaca puisi dengan baik? Ayo, simaklah uraian berikut ini

1. Menandai Penjedaan dalam Puisi

Sebelum membaca puisi, kita perlu memahami dan menghayati isi, nada, serta suasana puisi. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat menangkap kesan emosional yang terkandung di dalamnya. Kesan emosional dapat berupa perasaan haru, penuh semangat, humor, atau sedih. Penghayatan terhadap isi, nada, dan suasana puisi dapat dilakukan dengan menandai penjedaan dalam puisi. Kesan emosional ini akan sangat besar pengaruhnya terhadap penampilanmu dalam membaca puisi. Dalam sebuah puisi, penyair sering kali menggunakan teknik enjambemen untuk mendapat- kan irama puisi yang harmonis. Enjambemen merupakan peristiwa sambung-menyambungnya isi dua baris puisi yang berurutan. Oleh karena itu, kamu perlu mengelompokkan kata-kata tertentu pada baris yang berbeda tetapi mengandung satu kesatuan makna. Anak Angin Karya: Jajang R. Kawentar Kami anak angin menuju timur matahari dan laut Kami menyapa kuping dingin dan bulu kuduk dari perbukitan semilir Kami biasa menggembala ombak dari lautan kehendak Kami selalu bermain di pucuk-pucuk daun serta batang teh kopi karet dan padi menguning berayun-ayun Kami lalu bercengkerama bagai bersaudara satu ibu satu bapak dipisahkan Kami antara pagar alam dan lintang kanan Bergerak dari hilir ke hulu musi Menyerbu benteng kota besar egomu Menyerbu gunung-gunung jiwamu Menyerbu gedung-gedung cita dirimu Kami anak angin nurani terbit Bersama bintang mengejarmu di pelosok suka duka Kembalikan gulita kepada cahaya Kami anak angin mengusik fajar Berteman embun pikir sahaja Kami anak angin dusun Matahari merindu Laut merindu Barisan bukit menyeru: Anak angin berbulan madu Pada keindahan kaki bukit dan kesejukkan kampung halaman Kami anak angin terus menuju timur matahari dan laut Bergerilya membina pasukan melawan penindasan Sumber: Sriwijaya Post, 19 Juni 2005