Bahasa dan Sastra Indonesia VII
116
Wawancara dengan Dra. Tri Prihatini Endang Kusumastuti Dosen Manajemen di STIE Perbanas, Jakarta
Salah satu masalah yang masih menggerogoti Kota Jakarta sampai sekarang adalah sampah. Begitu
banyak sampah yang dihasilkan di kota ini setiap harinya. Hanya sebagian saja sampah itu yang
diangkut ke pembuangan akhir. Sebagian lagi di- buang seenaknya dan tidak pada tempatnya.
Masalah sampah menjadi topik pembicaraan ka-
mi dengan Dra. Tri Prihatini Endang Kusumastuti, seorang dosen manajemen di STIE Perbanas, yang
juga salah satu pemerhati masalah lingkungan di negeri tercinta ini. Berikut petikan wawancara kami
dengan beliau.
Bagaimana Anda memandang masalah sam- pah yang terjadi di Jakarta saat ini?
Tidak hanya di Jakarta saja, tapi juga di Indonesia, sampah merupakan masalah besar yang harus menjadi
tanggung jawab bersama. Masalah sampah menyang- kut sendi-sendi kehidupan, yaitu bersih lingkungan
hidup sehat, dan ini akan berkaitan dengan perubah- an gaya hidup, seperti selalu membuang sampah
pada tempatnya. Oleh karena itu, menurut saya, pen- didikan dan komunikasi akan kesadaran penting-
nya bersih lingkungan harus diberikan kepada masyarakat sejak dini.
Menurut Anda, bagaimana cara yang tepat untuk menanggulanginya dan siapa saja yang
harus terlibat? Cara yang tepat menanggulangi masalah sam-
pah ini adalah pertama-tama warga atau individu harus sadar lingkungan. Hal itu dapat diraih dengan
cara memberi informasi dan pendidikan kepada warga mengenai dampak sampah bagi sendi kehidupan
dan cara pengelolaannya. Dalam rangka membantu menanggulangi masalah ini, masyarakat perlu diberi
pengetahuan mengenai pentingnya bersih ling- kungan melalui kegiatan-kegiatan, sehingga masya-
rakat dapat melakukan kegiatan tersebut secara nyata.
Menurut Anda, apakah ide seperti daur ulang bisa dipraktikkan di Jakarta?
Saya rasa, bila disosialisasikan dengan baik, ide itu bisa saja dipraktikkan. Masalahnya adalah
sosialisasi. Jika sebuah program melalui tahap sosialisasi dengan benar, saya rasa tidak ada yang
tidak bisa dipraktikkan. Masalahnya kan masyarakat kita sudah sering curiga dulu sebelum mau mengikuti
sebuah program. Cara sosialisasinya adalah menun- jukkan bahwa ini untuk kepentingan masyarakat,
bukan kepentingan pemerintah semata. Hanya dengan cara itu masyarakat bisa diajak.
Sumber: Buletin Mitra Lingkungan Edisi II
Di dalam wawancara tersebut terungkap betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya dengan menangani masalah sampah secara baik dan tepat untuk kepentingan kita
sendiri. Teks wawancara tersebut dapat diubah ke dalam bentuk narasi. Langkah-langkah apa saja yang perlu kita lakukan? Ayo, perhatikan uraian berikut ini
1. Mengubah Kalimat Langsung Menjadi Kalimat Tidak Langsung
Langkah penting yang perlu kamu lakukan ketika hendak mengubah teks wawancara menjadi narasi adalah memahami maksud pertanyaan dan jawaban yang terungkap dalam wawancara.
Pertanyaan dan jawaban dalam sebuah wawancara merupakan dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.
Hal yang juga penting diperhatikan adalah mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung. Dalam sebuah wawancara, jawaban yang dikemukakan oleh narasumber berupa kalimat
langsung, yaitu pendapat atau ujaran yang disampaikan secara langsung oleh orang yang bersangkutan. Kalimat langsung ditandai dengan penggunaan tanda petik ”. . .”. Agar menjadi
bentuk narasi, kalimat langsung tersebut harus diubah bentuknya menjadi kalimat tidak langsung.
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengubah kalimat langsung dalam teks wawancara menjadi kalimat tidak langsung, misalnya, sebagai berikut.
a. Mengubah pelaku yang dinyatakan dalam kalimat langsung menjadi sebagai berikut.
1 Kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3, misalnya, saya aku menjadi dia ia.
2 Kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1, misalnya, kamu Anda menjadi saya.
b. Mengubah semua ujaran ke dalam kalimat berita. Gunakan pemarkah penanda, seperti bahwa,
agar , tentang, dan sebagainya
Lingkungan
117 Kalimat Langsung
Kalimat Tidak Langsung
Bagaimana Anda memandang masalah sampah yang terjadi di Jakarta saat ini?
Tidak hanya di Jakarta saja, tapi juga di Indonesia, sampah merupakan masalah besar yang harus
menjadi tanggung jawab bersama. Masalah sampah menyangkut sendi-sendi kehidupan, yaitu
bersih lingkungan hidup sehat, dan ini akan berkaitan dengan perubahan gaya hidup, seperti
selalu membuang sampah pada tempatnya. Oleh karena itu, menurut saya, pendidikan dan komuni-
kasi akan kesadaran pentingnya bersih lingkungan harus diberikan kepada masyarakat sejak dini.
Dra. Tri Prihatini Endang Kusumastuti menyata- kan bahwa masalah sampah tidak
hanya terjadi di Jakarta saja, tetapi juga di Indonesia, sampah me-
rupakan masalah besar yang harus menjadi tanggung jawab bersama. Masalah sampah
menyangkut sendi-sendi kehidupan, yaitu bersih lingkungan hidup sehat, dan ini akan berkaitan
dengan perubahan gaya hidup, seperti selalu membuang sampah pada tempatnya. Oleh karena
itu, menurutnya, pendidikan dan komunikasi akan kesadaran pentingnya bersih lingkungan harus
diberikan kepada masyarakat sejak dini.
Menurut Anda, bagaimana cara yang tepat untuk menanggulanginya dan siapa-siapa saja yang
harus terlibat? Cara yang tepat menanggulangi masalah sampah
ini adalah pertama-tama warga atau individu harus sadar lingkungan. Hal itu dapat diraih dengan cara
memberi informasi dan pendidikan kepada warga mengenai dampak sampah bagi sendi kehidupan
dan pengelolaannya. Dalam rangka membantu me- nanggulangi masalah ini, masyarakat perlu diberi
pengetahuan mengenai pentingnya bersih ling- kungan melalui kegiatan-kegiatan, sehingga ma-
syarakat dapat melakukan kegiatan tersebut secara nyata.
Menurut Dra. Tri Prihatini Endang Kusumastuti, cara yang tepat menanggulangi masalah sampah
ini adalah pertama-tama warga atau individu harus sadar lingkungan. Hal itu dapat diraih dengan cara
memberi informasi dan pendidikan kepada warga mengenai dampak sampah bagi sendi kehidupan
dan pengelolaannya. Dalam rangka membantu menanggulangi masalah ini, masyarakat perlu
diberi pengetahuan mengenai pentingnya bersih lingkungan melalui kegiatan-kegiatan, sehingga
masyarakat dapat melakukan kegiatan tersebut secara nyata.
Ayo, perhatikan contoh perubahan kalimat langsung menjadi tidak langsung berdasarkan teks wawancara di atas
2. Mengubah Teks Wawancara Menjadi Narasi
Teks wawancara dapat diubah menjadi bentuk narasi cerita. Melalui bentuk narasi, teks wawancara menjadi lebih ringkas, tetapi jelas dan runtut. Cara mengubahnya adalah dengan
merangkai kalimat-kalimat tidak langsung ke dalam beberapa kalimat yang jelas dan runtut. Bagian-bagian kalimat yang dianggap kurang penting dihilangkan. Hal ini sudah pernah kita bahas
pada Bab 6. Jika kamu lupa, ayo pelajari kembali
Hal yang harus kamu ingat dalam mengubah teks wawancara menjadi narasi adalah pencantuman. sumber wawancara dan narasumber. Bagian-bagian wawancara yang kurang perlu
dapat dihilangkan, namun keutuhan isi harus tetap terjaga.
3. Menyunting Narasi
Langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah menyunting teks narasi yang telah disusun. Hal-hal yang perlu disunting adalah penggunaan ejaan, tanda baca, pilihan kata diksi, susunan
kalimat, kepaduan antarkalimat, dan kepaduan antarparagraf. Jika ada hal-hal yang dianggap kurang tepat, perbaikilah segera Kamu dapat menukarkan teks narasi yang telah kamu susun
dengan milik temanmu. Dengan cara demikian, penyuntingan akan menjadi lebih cermat sehingga dapat dihasilkan suntingan yang lebih baik.
Selanjutnya, ayo baca pojok bahasa berikut ini agar pengetahuanmu bertambah
Bahasa dan Sastra Indonesia VII
118
Pojok Bahasa
Imbuhan pen-, ke-, -an, ke-an, dan pen-an
Jika kita perhatikan dengan saksama, dalam teks wawancara dengan Dra. Tri Prihatini Endang Kusumastuti, kita temukan penggunaan kata-kata, seperti pembuangan, perubahan, pendidikan,
kesadaran , pengelolaan, pengetahuan, dan kegiatan. Kata-kata tersebut termasuk kata berimbuhan.
Dalam bahasa Indonesia dikenal bermacam-macam jenis imbuhan, antara lain, sebagai berikut. 1.
Imbuhan pen-
berfungsi membentuk kata benda nomina. Imbuhan tersebut memiliki arti gramatikal, antara lain, sebagai berikut.
a. Orang yang me . . . seperti pada kata dasar. Contoh: penguji, pemisah, pemirsa, penerjemah.
b. Alat untuk me . . . . Contoh: perekat, pengukur, penghadang, penggaris.
c. Orang yang gemar. Contoh: penjudi, pemabuk, peminum, pencuri, pecandu, pemadat.
d. Orang yang di . . . . Contoh: petatar, pesuruh.
e. Alat untuk . . . . Contoh: perasa, penglihat, penggali.
2.
Imbuhan ke-
berfungsi membentuk kata bilangan tingkat dan kata bilangan kumpulan, kata benda, dan kata kerja. Sebagai pembentuk kata benda, imbuhan ke- bermakna gramatikal ’yang di . . . i’,
atau ’yang di . . . kan’, seperti pada kata kekasih dan ketua. 3.
Imbuhan -an
berfungsi membentuk kata benda. Imbuhan -an mengandung arti berikut. a.
Hasil atau akibat dari me . . . . Contoh: tulisan, ketikan, catatan, pukulan, hukuman. b.
Alat untuk melakukan pekerjaan. Contoh: timbangan, gilingan, gantungan. c.
Setiap. Contoh: harian, bulanan, tahunan, mingguan. d.
Kumpulan. Contoh: lautan. e.
Seperti. Contoh: rambutan. f.
Banyak. Contoh: durian.
4. Imbuhan
ke-an berfungsi membentuk kata benda abstrak, kata sifat, dan kata kerja pasif. Imbuhan
ke-an bermakna sebagai berikut.
a. Hal tentang. Contoh: kesusastraan, kehutanan, keadilan, kemanusiaan, kemasyarakatan.
b. Yang di . . . i. Contoh: kegemaran, kesukaan.
c. Kena atau terkena. Contoh: kecopetan, kejatuhan, kehujanan, kebanjiran, kecolongan.
d. Terlalu. Contoh: kebesaran, kekecilan, kelonggaran, ketakutan.
e. Seperti. Contoh: kekanak-kanakan, kemerah-merahan.
5. Imbuhan
pen-an
berfungsi membentuk kata benda. Arti imbuhan pen-an di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Proses. Contoh: pemeriksaan, penyesuaian.
b. Apa yang di . . . . Contoh: pengetahuan, pengalaman, pendapatan.