Uraian Unsur berikut ini yang tidak termasuk dalam

BAB 6 KEINDAHAN Tidak terasa, sudah sampai Bab 6. Pada bab ini, kita akan belajar menyimpul- kan isi wawancara. Selanjutnya, kita belajar membaca puisi dengan gaya yang menarik dan indah. Tidak hanya membaca, tetapi kita juga akan belajar menulis puisi. Kita belajar menjadi penyair. Yang pasti, setelah mempelajari bab ini kita dapat menyimpulkan isi wawancara, men- ceritakan tokoh idola, dan membaca puisi dengan baik. Selain itu, kita juga dapat membuat puisi bertema- kan keindahan alam. Kegiatan itu di- lanjutkan dengan men- ceritakan tokoh yang kita idolakan. Kamu punya tokoh idola, bukan? Bahasa dan Sastra Indonesia VII 90 A MENDENGARKAN Menyimpulkan Isi Wawancara 1. Mendata pikiran, pendapat, dan gagasan yang dikemukakan narasumber. 2. Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan narasumber. 3. Menuliskan informasi yang diperoleh dari wawan- cara yang didengarkan ke dalam beberapa kalimat singkat. Materi: Penyimpulan pikiran, pendapat, dan gagasan dalam wawancara. Pernahkah kamu menyaksikan acara wawancara yang disiarkan oleh sebuah stasiun televisi atau radio? Dalam acara tersebut, narasumber yang dihadirkan biasanya seorang pakar yang benar-benar menguasai bidangnya. Hal itu dimaksudkan agar acara tersebut mampu memberikan informasi secara benar kepada para penonton. Kata Kunci: Mendata – Menyimpulkan – Menuliskan Informasi Selain disiarkan melalui radio atau televisi, wawancara dengan seorang narasumber juga sering dimuat di media cetak, seperti surat kabar, tabloid, atau majalah. Pada pembelajaran kali ini, kamu diajak menyimpulkan isi wawancara. Ayo, coba kamu dengarkan teks wawancara yang dibacakan guru berikut ini Dok. Penerbit Semua seperti Toserba Wawancara dengan Soetarjo A. Mihardja Dampak paling nyata dari kehadiran televisi adalah terjadinya perubahan perilaku pada masya- rakat. Bagaimanakah potret dampak peradaban televisi saat ini? Berikut disampaikan petikan wawancara dengan psikolog yang juga budayawan, Soetardjo A. Mihardja. Tidak ada lagi ruang yang steril dari tayangan televisi. Berapa besar dampak yang muncul dari kondisi ini? Bila melihat dampak tayangan TV, pengaruh- nya sangat besar terhadap perubahan perilaku. Masalahnya, bukan pada berapa besar pengaruh itu, tetapi pengaruh macam apa yang ”meracuni” bangsa dari televisi. Sebenarnya, acara-acara yang disuguhkan TVRI stasiun televisi nasional lebih bagus dibandingkan stasiun televisi swasta. Tetapi, pengemasannya tidak menarik. Sebaliknya, acara- acara di TV swasta sangat tidak mendidik, tetapi dikemas dengan kemasan yang menarik. Suguhan TV swasta lebih berorientasi kepada pasar yang kemudian menjadi ”berhala baru” dan menjadi patron ataupun pola bagi kehidupan. Contohnya, cerita banyak yang didramatisasi dan dibesar-besarkan. Pesan-pesan agama yang bagus ditampilkan vulgar dalam bentuk ancaman neraka-surga. Ini cara berpikir yang terbelah. Sutradara, produser, penyelenggara televisi, dan semua yang terlibat di dalamnya tidak mencari cara yang lebih baik dalam merencanakan dan membuat tayangan televisi. Jadi, mereka membuat apa pun yang ada di televisi agar bernilai jual baik. Padahal, 50 masyarakat Indonesia adalah remaja dengan 63 berpendidikan tamatan SD. Dapat dibayang- kan dampak apa yang akan terjadi dengan setengah potensi pasar mereka adalah remaja dan berpen- didikan SD. Dengan kondisi seperti ini, perubahan perilaku apa kira-kira yang akan terjadi pada diri bangsa? Pertama, perubahan akan sangat lamban. Dulu, pertumbuhan Vietnam lebih belakang dari kita. Tetapi sekarang, kita bisa lihat bagaimana dengan yang dulu di belakang kita, taraf kehidupannya lebih tinggi. Kedua, kemampuan berpikir akan sangat Gambar 6.1 Mendengarkan wawancara di televisi harus dengan konsentrasi penuh Keindahan 91 Apa saja yang harus dilakukan agar dapat menyimpulkan isi wawancara? Berikut ini diuraikan hal-hal perihal yang harus kamu lakukan. Ayo, simaklah

1. Mendata Pikiran, Pendapat, dan Gagasan Narasumber

Agar dapat mendata pikiran, pendapat, dan gagasan narasumber, kamu perlu memahami inti pertanyaan yang dikemukakan oleh pewawancara kemudian mencatatnya. Tidak semua jawab- an narasumber harus dicatat. Kamu harus selektif dalam mencatat. Kamu cukup mencatat hal- hal yang sesuai dan berkaitan langsung dengan inti pertanyaan. Ayo, perhatikan contoh dalam tabel berikut kontraproduktif, karena hanya mengandalkan dorongan-dorongan dasar yang impulsif. Lihat saja tayangan-tayangan keagamaan, pesan moral yang bertujuan meninggikan moralitas justru disampai- kan dengan cara-cara yang amoral. Sikap-sikap budaya gotong royong yang kini dikembangkan di Amerika dalam bentuk-bentuk gathering ataupun teamwork, di Indonesia malah ditinggalkan. Kehangatan keluarga yang dulu men- jadi bagian kehidupan bangsa Indonesia, nantinya malah akan menjadi budaya Amerika. Sebaliknya, cara makan pun kita malah ingin seperti Amerika. Makan fried chicken, burger, dan lain-lain. Bagaimana dengan ”content” TV itu sendiri. Di Indonesia, selain TV yang ada cukup banyak, tayangan acaranya banyak sekali. Tidak berbeda dengan toko serba ada toserba, semuanya ingin dijajakan. Bagaimana hal ini menurut peng- amatan Anda? Empat besar stasiun TV yang ada sekarang ini, sebenarnya masih terlalu sedikit untuk membangun spesialisasi. Persoalannya, televisi kita memang benar seperti pasar. Semuanya ingin penonton me- lihat acara yang disajikannya dan tidak pindah ke channel lain. Mereka tidak berani mengambil segmen pasar spesifik. Semuanya ingin ditampilkan. Padahal, semakin televisi itu segmented, semakin orang akan menemukan ”kedalaman” dari setiap content yang ditayangkannya. Sampai kapan fenomena TV sebagai pasar ini bertahan? Selama sistem ekonomi memberhalakan pasar, akan terus berlanjut. Dikutip dari Pikiran Rakyat, 10 Juli 2006, dengan pengubahan Inti Pertanyaan Pikiran, Pendapat, dan Gagasan Narasumber Berapa besar dampak yang muncul dari kondisi pertelevisian saat ini? • Dampak tayangan TV sangat besar terhadap perubahan perilaku. • Suguhan TV swasta lebih berorientasi kepada pasar yang kemudian menjadi ”berhala baru” dan menjadi patron ataupun pola bagi kehidupan. • Cerita banyak yang didramatisasi dan dibesar-besar- kan. Pesan-pesan agama yang bagus ditampilkan vulgar dalam bentuk ancaman neraka-surga. Kira-kira perubahan perilaku apa yang akan terjadi pada diri bangsa? • Pertama, perubahan akan sangat lamban. • Kedua, kemampuan berpikir akan sangat kontra- produktif, karena hanya mengandalkan dorongan- dorongan dasar yang impulsif. • Sikap-sikap budaya gotong royong yang kini dikem- bangkan di Amerika dalam bentuk gathering maupun teamwork, di Indonesia malah ditinggalkan. Dok. Penerbit Gambar 6.2 Menonton televisi bersama Bahasa dan Sastra Indonesia VII 92

2. Menuliskan Informasi

Berdasarkan data yang telah kamu catat, kamu mendapatkan data yang konkret dan objektif tentang pernyataan narasumber sehingga memudahkanmu dalam menuliskan informasi secara runtut. Ayo, baca contoh informasi yang diperoleh berdasarkan wawancara di atas Sampai kapan fenomena TV sebagai pasar ini bertahan? Menurut pengamatan Anda, bagai- mana dengan banyaknya acara yang ditayangkan di stasiun televisi se- hingga tak berbeda dengan toserba? • Televisi kita memang benar seperti pasar. Semuanya ingin penonton melihat acara yang disajikannya dan tidak pindah ke channel lain. • Mereka tidak berani mengambil segmen pasar spesifik. • Semakin televisi itu segmented, semakin orang akan menemukan ”kedalaman” dari setiap content yang ditayangkannya. • Selama sistem ekonomi memberhalakan pasar, akan terus berlanjut. Dalam sebuah wawancara yang dimuat di harian Pikiran Rakyat yang terbit pada tanggal 10 Juli 2006, Soetardjo A. Mihardja, psikolog yang juga seorang budayawan, menyatakan bahwa tayangan TV memiliki dampak yang sangat besar terhadap perubahan perilaku. Suguhan TV swasta yang lebih berorientasi kepada pasar akan menjadi ”berhala baru” dan menjadi patron ataupun pola kehidupan. Banyak cerita yang didramatisasi dan dibesar-besarkan. Pesan-pesan agama yang bagus pun ditampilkan secara vulgar dalam bentuk ancaman neraka-surga. Adapun perubahan perilaku yang akan terjadi pada bangsa Indonesia, di antaranya, pertama, perubahan akan sangat lamban. Kedua, kemampuan berpikir akan sangat kontraproduktif, karena hanya mengandalkan dorongan-dorongan dasar yang impulsif. Sikap-sikap budaya gotong royong yang kini dikembangkan di Amerika dalam bentuk gathering maupun teamwork, di Indonesia malah ditinggalkan. Semua itu terjadi karena televisi di Indonesia tidak ubahnya seperti pasar yang menginginkan agar penonton melihat acara yang disajikannya dan tidak pindah ke channel lain. Para pengelola stasiun TV tidak berani mengambil segmen pasar spesifik. Padahal, semakin televisi itu segmented, semakin orang akan menemukan ”kedalaman” dari setiap content yang ditayangkannya. Fenomena TV sebagai pasar akan terus berlanjut selama sistem ekonomi memberhalakan pasar.

3. Menyimpulkan Pikiran, Pendapat, dan Gagasan Narasumber

Berdasarkan informasi yang telah kita tulis, kita dapat menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan narasumber yang terdapat dalam wawancara. Simpulan yang baik berupa pernyataan singkat, tetapi dapat mewakili atau merangkum semua pernyataan yang terungkap dalam wawancara. Ayo, perhatikan contoh berikut ini Dalam sebuah wawancara yang dimuat di harian Pikiran Rakyat yang terbit pada tanggal 10 Juli 2006, Soetardjo A. Mihardja, psikolog yang juga seorang budayawan , menyatakan bahwa tayangan TV memiliki dampak yang sangat besar terhadap perubahan perilaku. Semua itu terjadi karena televisi di Indonesia tidak ubahnya seperti pasar. Identitas narasumber Sumber wawancara Pendapat, pikiran, dan gagasan inti yang dikemukakan narasumber Keindahan 93 Kerja Mandiri 1 Ada tiga unsur yang perlu dikemukakan dalam menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan narasumber. Unsur-unsur tersebut sebagai berikut. 1. Sumber wawancara: mengemukakan kapan dan di mana wawancara itu dilakukan. Contoh: Harian Pikiran Rakyat, 10 Juli 2006. 2. Identitas narasumber: mengemukakan nama dan biodata singkat narasumber. Contoh: Soetardjo A. Mihardja, psikolog yang juga seorang budayawan. 3. Pendapat, pikiran, dan gagasan inti yang dikemukakan narasumber: memuat informasi penting yang dikemukakan narasumber. Contoh: tayangan TV memiliki dampak yang sangat besar terhadap perubahan perilaku. Semua itu terjadi karena televisi di Indonesia tidak ubahnya seperti pasar. Ayo, baca pojok bahasa berikut ini untuk menambah pengetahuanmu Pojok Bahasa Untuk menguji kemampuanmu, ayo laksanakan kegiatan berikut ini Verba Transitif dan Tak Transitif Dalam wawancara berjudul Semua seperti Toserba, kita temukan kalimat-kalimat berikut ini. 1. Bila melihat dampak tayangan TV, pengaruhnya sangat besar terhadap perubahan perilaku. 2. Mereka membuat apa pun yang ada di televisi agar bernilai jual baik. Kedua kalimat tersebut sama-sama menggunakan predikat verba berawalan me-N, yaitu melihat dan membuat. Jika tidak diikuti oleh objek dampak tayangan TV dan apa pun yang ada di televisi, verba tersebut menjadi tidak jelas maknanya. Verba yang dalam penggunaannya memerlukan objek disebut verba transitif. Coba bandingkan dengan penggunaan verba me-N pada kalimat berikut. 3. Kak Anton sedang menyanyi. 4. Sejak tadi, perempuan itu melamun terus. Tanpa diikuti oleh objek, verba menyanyi dan melamun pada kalimat 3 dan 4 sudah dapat kita ketahui maksudnya. Verba yang dalam penggunaannya tidak memerlukan objek disebut verba tak transitif . Coba kerjakan dengan baik di buku tugasmu 1. Dengarkan dengan saksama wawancara yang dibacakan guru berikut ini Catatlah pendapat, pikiran, dan gagasan narasumber secara singkat berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara Sam Poo Kong: Muhibah atau Ekspansi? Mungkin saja. Yang jelas, di tengah kesibukan menyiapkan cerita bersambung untuk Suara Merdeka , dia bersedia membocorkan beberapa kontroversi seputar Sam Poo Kong. Apakah saat menulis Sam Poo Kong Anda akan tetap menggunakan estetika kembelingan? Apa yang terjadi jika Remy Sylado meng- gubah kisah klasik Sam Poo Kong? Apakah pengarang Ca Bau Kan dan Kerudung Merah Kirmizi yang dikenal sebagai pelopor ”kesenian mbeling” itu akan memunculkan kontroversi seputar kehidupan tokoh yang konon memba- ngun kelenteng di Gedung Batu tersebut?