Lingkungan
109
Bocah Taman
Karya: Rama Dira J.
Angin musim gugur berputar-putar, menjel-
makan tarian dedaunan. Seekor kucing betina
yang terdampar begitu saja di taman itu mengejar-
ngejar, menerkam, dan mencakar-cakar gulungan
dedaunan yang tampak sebagai sesosok binatang
lain.
Di tepi danau itu, si bocah tak peduli. Ia asyik
memangku buku gambarnya di atas kursi kayu yang diteduhi pohon ketapang. Beberapa pensil warna ia
coretkan pada kertas gambarnya. Ia hanya memilih warna-warni tertentu: abu-abu, hitam, dan cokelat.
Mulanya ia menggambar gedung sekolah tingkat dua, lengkap dengan halaman bermain dan tiang
bendera yang menjulang tinggi. Tentu ia tak sekadar berimajinasi. Gedung sekolah dalam buku gambar-
nya, benar-benar ada di seberang danau, masih dalam jangkauan pandang.
Meski tangannya aktif menggambar, pikirannya menerawang memikirkan rumah. Semalam, ia tak dapat
tidur sehabis melihat hantu. Ia takut, ia ingin ber- sama ayah dan ibu. Dalam banyak film anak-anak
yang pernah ia tonton, biasanya ketika si anak tak bisa tidur, ia akan menemui ayah atau ibunya.
Kemudian dengan tangan terbuka ayah atau ibunya mau menerima, mengajaknya untuk tidur bersama
mereka. Atau paling tidak, mereka menemani si bocah di kamarnya, mendongengkan suatu kisah indah
sampai si bocah terlelap dan ketika bangun di pagi harinya ia telah menjadi lupa bahwa semalam ia telah
melihat sesosok hantu.
Tak seperti itu yang ia alami. Gambaran kehi- dupan keluarga indah dalam film-film itu tak ada
dalam kehidupan nyatanya. Ia beberapa kali menge- tuk pintu kamar mereka, tak ada ucapan untuk mem-
persilakan masuk. Ketika kemudian, pada akhirnya terdengar suara ayahnya yang sedikit geram,
mempersilakannya masuk dan mengatakan bahwa pintu tidak dikunci, ia membuka daun pintu itu
perlahan-lahan dan terlihatlah ibunya yang tidur dengan begitu pulas,
memunggungi si ayah yang masih terjaga demi
membaca buku tebal se- bagaimana biasanya.
Ia kemudian tak jadi masuk karena ayahnya
menyambut dengan pandangan sepasang
mata marah dari balik kacamatanya. Ini bukan
kali pertama. Pandangan itu acap kali ia terima. Ia
tahu, jika sudah seperti itu, berarti ayahnya tak mau diganggu.
Selalu seperti itu sikap mereka padanya hingga ia seolah tak berayah beribu. Dua orang itu ada,
tapi menganggap si bocah tak ada. Sejalan dengan penumpukan waktu, rasa bersalah dalam dada si
bocah semakin menebal.
Rasa bersalah si bocah tak pernah hilang. Serupa bola salju yang menggelinding dari ke-
tinggian, rasa yang menyesak di dada itu semakin perih. Tak ada lagi yang dapat menghalanginya
untuk memikirkan bahwa ia memang terlahir sebagai kutukan sehingga ia nyata sebagai bocah yang tak
patut diperhitungkan keberadaannya, di mana pun, kapan pun.
Si bocah mengira, setelah ia masuk sekolah, ia dapat bertemu dengan orang di dunia luar yang
menganggapnya ada. Lagi-lagi ia menduga akan mendapatkan teman-teman yang dapat diajak dan
mengajaknya bercanda, bermain sehingga kemudian ia bisa terlepas dari penderitaannya.
Namun, semuanya hanya sampai pada batas perkiraan. Di sekolah pun, tak ada yang menghirau-
kannya. Tak ada murid-murid lain yang sudi berte- man dengannya. Mereka lebih tertarik mengejek
model potongan rambutnya, mereka menertawakan warna kulitnya yang serba memutih, putih yang
lebih putih daripada kulit yang paling putih milik orang lain yang pernah mereka lihat. Dari murid-
murid yang meneriakinya itu, dia akhirnya tahu bah- wa ia menderita albino.
Dikutip dari Media Indonesia, 17 September 2006
Pada pembelajaran kali ini, kamu diajak menanggapi cara pembacaan cerpen. Ayo, coba kamu dengarkan dengan saksama pembacaan cerpen yang akan dilakukan oleh temanmu berikut ini
Sebuah cerpen yang menarik. Melalui cerpen tersebut, kita diajak mengikuti persoalan hidup seorang anak yang menderita kelainan fisik sehingga tidak diterima oleh masyarakat di sekelilingnya.
Gambar 7.3 Si Bocah asyik menggambar di tepi danau
Bahasa dan Sastra Indonesia VII
110
Bagaimana kesanmu terhadap pembacaan yang dilakukan oleh temanmu? Apa saja kelebihan dan kekurangannya? Langkah apa saja yang perlu dilakukan agar dapat memberikan tanggapan
terhadap cara pembacaan cerpen tersebut dengan baik? Ayo, simaklah uraian berikut ini dengan saksama
1. Memahami Isi, Pesan, dan Suasana dalam Cerpen
Isi cerpen berkaitan dengan rangkaian cerita. Pesan berkaitan dengan pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Adapun suasana berkaitan dengan kesan
emosional yang terungkap dalam cerpen, seperti haru, sedih, lucu, senang, dan sebagainya. Untuk mempermudah pencatatan hal-hal penting dalam cerpen, kita dapat menggunakan
tabel pencatatan isi, pesan, dan suasana seperti berikut ini. Tabel Pencatatan Isi, Pesan, dan Suasana
Judul Cerpen : Bocah Taman Pengarang
: Rama Dira J.
2. Mengungkapkan Lafal, Intonasi, dan Ekspresi Pembaca Cerpen
Memahami isi, pesan, dan suasana dalam cerpen sangat besar manfaatnya ketika kita akan memberikan tanggapan terhadap pembacaan sebuah cerpen. Dengan memahami unsur-unsur
tersebut, kita dapat memberikan penilaian yang lebih objektif terhadap lafal, intonasi, dan ekspresi yang dilakukan oleh pembaca.
Untuk dapat mengungkapkan lafal, intonasi, dan ekspresi pembaca, kita perlu membuat catatan yang berkaitan dengan unsur-unsur tersebut, misalnya, menggunakan tabel seperti di bawah ini.
Tabel Pengungkapan Lafal, Intonasi, dan Ekspresi Nama Pembaca Cerpen : Rita Simanungkalit
Judul Cerpen : Bocah Taman Karya Rama Dira J.
Unsur Keterangan
Isi Cerpen Bocah Taman mengungkapkan tentang persoalan hidup yang dialami seorang
bocah yang menderita kelainan fisik sehingga terpaksa hanya berteman dengan seekor kucing di taman akibat tidak diterima oleh orang-orang di sekelilingnya, bahkan oleh
kedua orang tuanya. Untuk mengisi hari-harinya yang penuh penderitaan, ia melukis apa saja yang melintas dalam benaknya dan bercanda dengan seekor kucing di sebuah taman.
Pesan Tidak selayaknya orang tua menyia-nyiakan seorang anak yang lahir dalam keadaan menderita
kelainan fisik. Bagaimanapun keadaannya, dia adalah amanat Tuhan yang harus dibesarkan dengan perhatian dan kasih sayang agar mampu membangkitkan semangat hidupnya.
Suasana Suasana yang terungkap dalam cerpen ini adalah perasaan haru menyaksikan penderitaan
hidup bocah taman yang disisihkan oleh lingkungan. Ketika mau bergaul dengan teman- teman sebayanya, dia justru sering dihina dan diejek.
Unsur Keterangan
Catatan Ya
Tidak Lafal
a. Suara dapat didengar dengan jelas
b. Bunyi vokal dan konsonan dilafalkan
dengan jelas
Intonasi
a. Tekanan keras lembut ucapan sesuai
dengan isi, pesan, dan suasana yang terkandung dalam cerpen
b. Jeda perhentian sesuai dengan isi,
pesan, dan suasana yang terkandung dalam cerpen
– –
–
–
Lingkungan
111
3. Menanggapi Cara Pembacaan Cerpen
Setelah memperoleh data selama mengikuti pembacaan cerpen, selanjutnya kita merangkai hal-hal yang telah kita catat menjadi sebuah tanggapan yang runtut, logis, dan jelas. Ayo, perhatikan
contoh tanggapan berikut ini
Bubuhkan tanda cek pada kolom yang sesuai
Ekspresi
a. Melakukan kontak mata dengan penon-
ton
b. Gerak-gerik roman muka sesuai dengan
isi, pesan, dan suasana yang terkandung dalam cerpen
c. Gerak tangan sesuai dengan isi, pesan, dan
suasana yang terkandung dalam cerpen d.
Gerak kepala sesuai dengan isi, pesan, dan suasana yang terkandung dalam cerpen
e. Gerakan kaki sesuai dengan isi, pesan, dan
suasana yang terkandung dalam cerpen f.
Perpindahan tempat untuk mendukung isi, pesan, dan suasana yang terkandung
dalam cerpen –
–
– –
– –
–
– c.
Tempo cepat lambat ucapan sesuai dengan isi, pesan, dan suasana yang
terkandung dalam cerpen
d. Nada tinggi rendah ucapan sesuai
dengan isi, pesan, dan suasana yang terkandung dalam cerpen
Pandangan mata masih terfokus pada teks yang dibaca, belum ada komuni-
kasi dengan penonton melalui kontak mata.
Gerak-gerik roman muka belum mendukung penggambaran karakter
tokoh dan suasana cerita.
Gerakan kaki terkesan kaku, lutut sering ditekuk.
Hanya berdiri di satu tempat sehing- ga kurang mendukung rangkaian isi
cerita. Terlalu cepat dalam membaca, sehing-
ga isi, pesan, dan suasana yang ter- kandung dalam cerpen menjadi kabur.
Tinggi rendahnya ucapan belum mendukung suasana cerpen. Suasana
yang seharusnya diucapkan dengan nada yang rendah justru diucapkan
dengan nada tinggi.
Kelebihan di- sertai alasan.
Kekurangan disertai alas-
an.
Saran Nama Pembaca Cerpen : Rita Simanungkalit
Judul Cerpen : Bocah Taman Karya Rama Dira J.
Sungguh menarik mengikuti pembacaan cerpen Bocah Taman karya Rama Dira J. yang dilakukan oleh Rita Simanungkalit. Suaranya dapat didengar dengan jelas,
bunyi vokal dan konsonan pun diucapkan dengan artikulasi yang jelas. Keras lembutnya ucapan juga sangat cocok dengan isi, pesan, dan suasana yang
terkandung dalam cerpen. Demikian juga dalam hal penempatan jeda, gerak tangan, dan gerak kepala, Rita Simanungkalit mampu melakukannya dengan baik.
Akan tetapi, Rita Simanungkalit terlalu cepat dalam membaca, bahkan terkesan tergesa-gesa, sehingga dapat mengaburkan isi dan jalan cerita. Tinggi rendahnya
ucapan juga belum mendukung suasana cerpen. Suasana cerpen yang seharusnya diucapkan dengan nada yang rendah justru diucapkan dengan nada tinggi.
Pandangan mata masih terfokus pada teks yang dibaca, sehingga kehilangan kontak dengan penonton. Perubahan mimik juga belum mendukung penggambaran karakter
tokoh dan suasana cerita, gerakan kaki masih terkesan kaku, bahkan lutut sering ditekuk. Selain itu, Rita Simanungkalit hanya berdiri di satu tempat sehingga kurang
mendukung rangkaian isi cerita
Meskipun demikian, jika Rita Simanungkalit rajin berlatih dengan sungguh- sungguh, saya memiliki keyakinan, dia dapat menjadi pembaca cerpen yang hebat.
Bahasa dan Sastra Indonesia VII
112
Menanggapi pembacaan cerpen mirip dengan menanggapi pembacaan puisi. Ada tiga hal penting yang perlu dikemukakan, yaitu
kelebihan dan
kekurangan disertai dengan alasan yang masuk akal,
serta saran
. Kita tidak perlu mencari-cari kekurangan seorang pembaca cerpen. Data yang kita catat harus benar-benar objektif dengan disertai alasan yang jelas dan masuk akal.
Ayo, kerjakan kegiatan berikut ini
Coba kerjakan bersama teman sebangkumu 1.
Carilah cerpen di majalah, koran, atau buku kumpulan cerpen Pilihlah satu cerpen yang kamu sukai untuk dibaca
2. Buatlah tabel pencatatan isi, pesan, dan suasana seperti contoh di depan
3. Buatlah pula tabel catatan lafal, intonasi, dan ekspresi seperti contoh di depan
4. Kamu dan temanmu membacakan cerpen secara bergantian. Simaklah saat temanmu
membacakan cerpennya, sambil mengisi tabel yang telah kamu siapkan 5.
Berdasarkan catatanmu, berikanlah tanggapan secara tertulis atas pembacaannya 6.
Setelah tanggapan kamu bacakan, kumpulkan tanggapan tertulismu kepada guru bersama dengan pasangan yang lain
7. Lakukan dengan bimbingan guru
C
MEMBACA
Mengungkapkan Hal-Hal yang Dapat Diteladani dari
Buku Biografi
1. Menyarikan riwayat hidup tokoh. 2. Menyimpulkan keistimewaan tokoh.
3. Mencatat hal-hal yang dapat diteladani.
Materi:
Biografi tokoh.
Pernahkah kamu membaca buku biografi seorang tokoh? Apa saja yang dikisahkan dalam buku tersebut? Jika kamu perhatikan dengan saksama, buku biografi memuat kisah perjalanan hidup seorang
tokoh yang memiliki prestasi istimewa. Banyak hal yang dapat diteladani dari tokoh tersebut, misalnya, sifat, karakter, kepribadian, atau prestasinya.
Kata Kunci:
Menyarikan Riwayat Hidup Tokoh – Menyimpulkan – Mencatat Pada pembelajaran kali ini, kamu diajak belajar mengungkap hal-hal yang dapat diteladani dari
buku biografi yang kamu baca. Cobalah menggunakan teknik membaca intensif Membaca intensif merupakan kegiatan membaca yang dilakukan dengan cermat dan mendalam untuk mendapatkan
informasi secara lengkap dan jelas.
Berikut ini kutipan biografi Alexander Graham Bell. Dengan penemuannya, yaitu telepon, Bell telah membantu mewujudkan lingkungan yang lebih baik dan lebih maju bagi kita semua. Ayo, bacalah
dengan intensif
Dok. Penerbit
Gambar 7.4 Membaca biografi tokoh
Kerja Berpasangan