Menyimpulkan Keistimewaan Tokoh Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas 7 Sawali Ch Susanto 2011

Bahasa dan Sastra Indonesia VII 116 Wawancara dengan Dra. Tri Prihatini Endang Kusumastuti Dosen Manajemen di STIE Perbanas, Jakarta Salah satu masalah yang masih menggerogoti Kota Jakarta sampai sekarang adalah sampah. Begitu banyak sampah yang dihasilkan di kota ini setiap harinya. Hanya sebagian saja sampah itu yang diangkut ke pembuangan akhir. Sebagian lagi di- buang seenaknya dan tidak pada tempatnya. Masalah sampah menjadi topik pembicaraan ka- mi dengan Dra. Tri Prihatini Endang Kusumastuti, seorang dosen manajemen di STIE Perbanas, yang juga salah satu pemerhati masalah lingkungan di negeri tercinta ini. Berikut petikan wawancara kami dengan beliau. Bagaimana Anda memandang masalah sam- pah yang terjadi di Jakarta saat ini? Tidak hanya di Jakarta saja, tapi juga di Indonesia, sampah merupakan masalah besar yang harus menjadi tanggung jawab bersama. Masalah sampah menyang- kut sendi-sendi kehidupan, yaitu bersih lingkungan hidup sehat, dan ini akan berkaitan dengan perubah- an gaya hidup, seperti selalu membuang sampah pada tempatnya. Oleh karena itu, menurut saya, pen- didikan dan komunikasi akan kesadaran penting- nya bersih lingkungan harus diberikan kepada masyarakat sejak dini. Menurut Anda, bagaimana cara yang tepat untuk menanggulanginya dan siapa saja yang harus terlibat? Cara yang tepat menanggulangi masalah sam- pah ini adalah pertama-tama warga atau individu harus sadar lingkungan. Hal itu dapat diraih dengan cara memberi informasi dan pendidikan kepada warga mengenai dampak sampah bagi sendi kehidupan dan cara pengelolaannya. Dalam rangka membantu menanggulangi masalah ini, masyarakat perlu diberi pengetahuan mengenai pentingnya bersih ling- kungan melalui kegiatan-kegiatan, sehingga masya- rakat dapat melakukan kegiatan tersebut secara nyata. Menurut Anda, apakah ide seperti daur ulang bisa dipraktikkan di Jakarta? Saya rasa, bila disosialisasikan dengan baik, ide itu bisa saja dipraktikkan. Masalahnya adalah sosialisasi. Jika sebuah program melalui tahap sosialisasi dengan benar, saya rasa tidak ada yang tidak bisa dipraktikkan. Masalahnya kan masyarakat kita sudah sering curiga dulu sebelum mau mengikuti sebuah program. Cara sosialisasinya adalah menun- jukkan bahwa ini untuk kepentingan masyarakat, bukan kepentingan pemerintah semata. Hanya dengan cara itu masyarakat bisa diajak. Sumber: Buletin Mitra Lingkungan Edisi II Di dalam wawancara tersebut terungkap betapa pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya dengan menangani masalah sampah secara baik dan tepat untuk kepentingan kita sendiri. Teks wawancara tersebut dapat diubah ke dalam bentuk narasi. Langkah-langkah apa saja yang perlu kita lakukan? Ayo, perhatikan uraian berikut ini

1. Mengubah Kalimat Langsung Menjadi Kalimat Tidak Langsung

Langkah penting yang perlu kamu lakukan ketika hendak mengubah teks wawancara menjadi narasi adalah memahami maksud pertanyaan dan jawaban yang terungkap dalam wawancara. Pertanyaan dan jawaban dalam sebuah wawancara merupakan dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Hal yang juga penting diperhatikan adalah mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung. Dalam sebuah wawancara, jawaban yang dikemukakan oleh narasumber berupa kalimat langsung, yaitu pendapat atau ujaran yang disampaikan secara langsung oleh orang yang bersangkutan. Kalimat langsung ditandai dengan penggunaan tanda petik ”. . .”. Agar menjadi bentuk narasi, kalimat langsung tersebut harus diubah bentuknya menjadi kalimat tidak langsung. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam mengubah kalimat langsung dalam teks wawancara menjadi kalimat tidak langsung, misalnya, sebagai berikut. a. Mengubah pelaku yang dinyatakan dalam kalimat langsung menjadi sebagai berikut. 1 Kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3, misalnya, saya aku menjadi dia ia. 2 Kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1, misalnya, kamu Anda menjadi saya. b. Mengubah semua ujaran ke dalam kalimat berita. Gunakan pemarkah penanda, seperti bahwa, agar , tentang, dan sebagainya