Perluasan areal perkebunan kakao yang begitu pesat ternyata menimbulkan berbagai dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif bagi masyarakat
Sulawesi Selatan. Dampak positif yang dirasakan masyarakat adalah terciptanya lapangan kerja yang lebih banyak dan peningkatan pendapatan bagi petani kakao.
Sedangkan dampak negatif yang dirasakan masyarakat antara lain: kerusakan lingkungan dengan berbagai dampak turunannya dan serangan hama PBK yang
makin mengganas serta sulit dikendalikan. Berikut ini akan diuraikan secara singkat dampak pesatnya pengembangan perkebunan kakao di Sulawesi Selatan yang akan
dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini.
4.5.1. Dampak Perluasan Perkebunan Kakao Terhadap Serangan Hama PBK
Sebagaimana telah dikemukakan, pengembangan perkebunan kakao yang begitu pesat telah menghasilkan hamparan perkebunan kakao yang begitu luas dan
saling sambung-menyambung. Kondisi tersebut menciptakan lingkungan yang kondusif bagi berkembangnya berbagai organisme pengganggu tanaman kakao. Di
samping itu, terbentuknya hamparan kebun yang saling sambung menyambung akan mempermudah dan mempercepat penyebaran berbagai organisme pengganggu
tanaman kakao serta mempersulit upaya pengendaliannya. Pada saat penelitian ini dilakukan, petani kakao Sulawesi Selatan sedang
menghadapi persoalan yang sangat serius yaitu adanya serangan hama penggerek buah kakao PBK. Hama PBK diduga berasal dari Tawau, Malaysia, yang terbawa
oleh kapal dagang ke Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah. Dari Kabupaten Toli- Toli Sulawesi Tengah inilah hama PBK menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru
Pulau Sulawesi, tidak terkecuali ke Sulawesi Selatan. Hama PBK teridentifikasi mulai menyerang perkebunan kakao di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan pada
tahun 1995 dan menyebar dengan pesat ke seluruh areal perkebunan kakao di Sulawesi Selatan.
Pesatnya penyebaran hama PBK tersebut selain disebabkan oleh kondisi perkebunan kakao petani yang saling sambung menyambung, juga karena
terbatasnya kemampuan petani untuk melakukan pengendalian hama PBK.
Akibatnya serangan hama PBK makin mengganas dan petani kakao Sulawesi Selatan mengalami kerugian yang tidak sedikit.
4.5.2. Dampak Perluasan Perkebunan Kakao Terhadap Lingkungan
Pengembangan perkebunan kakao di Sulawesi Selatan hampir seluruhnya dilakukan oleh petani. Wilayah pengembangan perkebunan kakao umumnya di
lereng-lereng bukit dan pegunungan, karena kondisi sumber daya lahan Sulawesi Selatan didominasi oleh bukit dan pegunungan. Lahan yang digunakan untuk
pengembangan kakao umumnya lahan hutan dan sebagian menggunakan lahan sawah, ladang, dan bekas lahan tanaman perkebunan lainnya.
Dengan kondisi sumber daya lahan berbukit dan bergunung serta sebagian berupa hutan menyebabkan kegiatan pengembangan perkebunan kakao, khususnya
pada saat pembukaan lahan akan menimbulkan masalah lingkungan. Pembukaan hutan atau konversi tanaman perkebunan lainnya di lahan perbukitan menyebabkan
peningkatan erosi tanah, kerusakan tata air dan penyusutan keanekaragaman hayati. Lebih lanjut, perkebunan kakao yang berhasil dibangun menghadapi ancaman
yang serius dari serangan hama PBK. Hama PBK bukanlah hama yang baru, tetapi hama yang sudah beberapa kali menyerang dan menghancurkan perkebunan kakao di
berbagai daerah di Indonesia. Beberapa tahun terakhir, hama PBK telah menunjukkan keganasannya dengan menyerang sebagian besar perkebunan kakao di
Malaysia, sehingga menyebabkan perkebunan kakao Malaysia saat ini diambang kepunahan.
Apabila serangan hama PBK tidak segera dikendalikan, maka selain menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian regional juga akan
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh serangan hama PBK terhadap lingkungan tidak bersifat langsung.
Serangan hama PBK yang berat akan merugikan petani dan kerugian yang terus menerus menyebabkan perkebunan kakao terlantar dan menjadi rusak, sehingga
lahannya mudah terdegradasi.
Kerusakan lingkungan akibat pesatnya perluasan areal perkebunan kakao maupun kerusakan lingkungan perkebunan kakao akibat serangan hama PBK
merupakan biaya lingkungan yang perlu diperhitungkan, agar peran perkebunan kakao dalam perekonomian regional tidak bersifat semu.
4.5.3. Dampak Perluasan Perkebunan Kakao Terhadap Perekonomian