Sektor Ekonomi Padi Sektor Pertanian

dengan limbah yang dihasilkan oleh industri atau kegiatan ekonomi berskala kecil, sehingga biaya dan manfaat lingkungan dapat diabaikan. Hasil analisis biaya dan manfaat lingkungan dari masing-masing sektor perekonomian tersebut adalah sebagai berikut:

5.1.1. Sektor Pertanian

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa sektor pertanian dibagi dalam 10 sektor ekonomi yaitu: sektor ekonomi padi, tanaman bahan makanan lainnya, kopi, kakao, perkebunan lainnya, peternakan, kehutanan, perikanan laut, budidaya udang, dan sektor ekonomi budidaya bandeng, ikan dan lainnya. Dari 10 sektor ekonomi yang tergabung dalam sektor pertanian tersebut telah teridentifikasi 6 sektor ekonomi yang memiliki biaya lingkungan cukup besar dan masih diperlakukan sebagai biaya eksternalitas yaitu: sektor ekonomi padi, tanaman bahan makanan lainnya, kopi, kakao, perkebunan lainnya, dan peternakan.

5.1.1.1. Sektor Ekonomi Padi

Padi merupakan salah satu sektor ekonomi utama dalam perekonomian regional Sulawesi Selatan. Di daerah ini padi terutama diusahakan di sawah dan sebagian kecil di lahan kering. Pada tahun 2003, areal persawahan yang ditanami padi tercatat seluas 626.414 ha dengan luas panen mencapai 840.080 ha. Sedangkan lahan kering berupa ladang yang ditanami padi tercatat seluas 7.225 ha Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. 2004b. Pengusahaan padi di sawah berpotensi menimbulkan berbagai dampak negatif bagi lingkungan karena penggunaan pupuk kimia dan pestisida serta emisi gas rumah kaca berupa gas metana CH 4 dan gas Nitrous Oksida N 2 O. Namun berdasarkan data dan informasi yang tersedia, penggunaan pupuk kimia dan pestisida pada usahatani padi sawah tidak teridentifikasi telah menimbulkan dampak negatif yang nyata. Oleh karena itu biaya eksternalitas dari sektor ekonomi padi yang perlu diperhitungkan hanya berasal dari emisi gas rumah kaca CH 4 dan N 2 O. Menurut beberapa hasil penelitian, besarnya emisi gas CH 4 dan N 2 O dari lahan persawahan sangat bervariasi tergantung pada lokasi geografis, musim tanam, teknologi pengolahan tanah dan genangan irigasi serta tingkatdosis penggunaan pupuk. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wassmann et al. 2000, di beberapa negara di Asia menunjukkan bahwa emisi gas CH 4 dari lahan persawahan bervariasi mulai dari 20 kghamusim di New Delhi India sampai 300 kghamusim di Maligaya-Filipina, Beijing dan Hangzhou-Cina. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lu et al. 2000, di Hangzhou- Cina menunjukkan bahwa emisi gas CH 4 dari lahan persawahan rata-rata 182 kghamusim dengan variasi antara 53 sampai 557 kghamusim. Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Naharia 2004, menunjukkan bahwa emisi gas CH 4 tertinggi terjadi pada lahan sawah yang diolah sempurna dengan irigasi tergenang yaitu 422,66 kgha pada musim hujan dan 285,27 kgha pada musim kemarau. Sedangkan emisi gas CH 4 terendah dihasilkan dari lahan sawah tanpa olah tanah menggunakan parakuat dengan berpengairan berselang pada musim kemarau yaitu 23,69 kgha. Sementara itu hasil-hasil penelitian emisi N 2 O masih terbatas. Hasil penelitian di lahan Sawah Percobaan IPB di Darmaga-Bogor yang dilakukan oleh Suratno 1997 menunjukkan bahwa emisi gas N 2 O bervariasi dari negatif 17,56 sampai 131,56 µg m²jam. Adanya emisi negatif memberi pengertian bahwa lahan persawahan pada waktu tertentu juga berperan sebagai rosot sink gas N 2 O. Penelitian lain yang dilakukan oleh Partohardjono 1999, menunjukkan bahwa emisi gas N 2 O bervariasi mulai dari 50-150 µg m²hari pada lahan sawah tanpa pupuk sampai 250-500 µg m²hari pada lahan sawah yang diberi pupuk N. Variasi emisi gas N 2 O dipengaruhi oleh takaran dan jenis pupuk urea yang diberikan, cara penanaman dan varietas padi yang digunakan. Secara umum emisi gas N 2 O bervariasi mulai dari 254 ghamusim pada lahan sawah tanpa pupuk sampai 418 ghamusim pada lahan sawah yang dipupuk dengan urea pril 115 kg Nha. Di Sulawesi Selatan, pengusahaan padi sawah umumnya dilakukan dengan pengolahan tanah sempurna dan irigasi tergenang, baik pada musim hujan maupun pada musim kemarau, sehingga perhitungan emisi gas CH 4 dapat dilakukan dengan mengacu pada hasil penelitian Naharia 2004. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka besarnya emisi gas CH 4 dari usahatani padi sawah di Sulawesi Selatan tahun 2003 mencapai 325.712,5 ton, terdiri dari 264.760 ton pada musim hujan dan 60.952,5 ton pada musim kemarau. Total emisi gas CH 4 tersebut setara dengan 6.839.962,5 ton gas CO 2 , sehingga nilai biaya lingkungan eksternalitas sektor ekonomi padi sawah akibat dari emisi CH 4 tahun 2003 adalah sebesar Rp 307,8 milyar. Di samping itu pengusahaan padi sawah di Sulawesi Selatan dilakukan secara intensif dengan pemberian pupuk urea yang cukup tinggi. Mengacu pada hasil penelitian Partohardjono 1999, maka lahan persawahan Sulawesi Selatan akan menghasilkan emisi gas N 2 O sebesar 351,15 ton atau setara dengan 108.865,5 ton CO 2 . Dengan demikian nilai biaya lingkungan dari emisi N 2 O adalah Rp 4,90 milyar. Sementara itu, kegiatan penanaman padi di lahan kering di Sulawesi Selatan tersebar di beberapa kabupaten antara lain Kabupaten Mamuju, Majene, Janeponto dan Takalar. Pada tahun 2003 areal tanam padi lahan kering tercatat seluas 7.225 ha dan dengan asumsi bahwa kondisi lahan padi gogo rata-rata berkemiringan 2, panjang lereng 25 m, erodibilitas K=0,205 dan penutupan tanah padi gogo C= 0,56, serta curah hujan rata-rata 2.000 mmtahun, maka besarnya erosi tanah yang terjadi rata-rata 24,22 tonhatahun. Dengan menggunakan hasil analisis tanah dari beberapa lokasi lahan pertanian di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat yang menunjukkan bahwa rata-rata kandungan unsur hara utamanya sebesar Rp 14.468ton tanah yang tererosi maka untuk mengganti kehilangan unsur hara tersebut paling tidak diperlukan biaya sebesar Rp 350.363 hatahun. Jadi total biaya pengganti unsur hara yang hilang akibat erosi pada lahan usaha padi gogo mencapai Rp 2,53 milyar. Dengan demikian total biaya eksternalitas dari sektor ekonomi padi yang perlu diperhitungkan adalah sebesar Rp 315,23 milyar.

5.1.1.2. Sektor Ekonomi Tanaman Bahan Makanan lainnya