Sektor Ekonomi Kehutanan Sektor Pertanian

5.1.1.7. Sektor Ekonomi Kehutanan

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki areal hutan yang cukup luas yaitu lebih dari 3,52 juta ha dengan 1,01 juta ha hutan produksi. Namun sebagian besar kawasan hutan tersebut sudah tidak produktif lagi, sehingga hasil hutan cenderung terus menurun. Kondisi tersebut diperparah lagi oleh suatu kenyataan makin maraknya perambahan hutan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian, baik untuk perkebunan maupun perladangan berpindah. Sasaran perambahan hutan tidak terbatas hanya pada hutan produksi, tetapi sebagian sudah memasuki kawasan lindung dan konservasi. Akibatnya kerusakan lingkungan tidak bisa dihindari, terutama karena erosi dan menyusutnya keanekaragaman hayati, serta rusaknya tata air dan makin luasnya lahan kritis. Erosi lahan pada beberapa DAS di Sulawesi Selatan cukup tinggi yaitu lebih dari 6,12 juta ton tanah tererosi setiap tahunnya. Tingkat erosi yang paling tinggi terjadi pada kawasan DAS Saddang yang mencapai 1,67 juta tontahun, disusul DAS Jeneberang, DAS Karama dan DAS Mamasa yang masing-masing 735 ribu ton, 677 ribu ton dan 544 ribu ton per tahun. Tingginya tingkat erosi lahan tersebut terjadi karena makin luasnya areal hutan yang terbuka akibat penebangan kayu dan alih fungsi lahan. Sebagai contoh di kawasan DAS Saddang terjadi penyusutan areal hutan dari 358.676 ha tahun 1991 menjadi 296.101 ha pada tahun 2002 dan perluasan areal kebun campuran dari 29.675 ha pada tahun 1991 menjadi 234.172 ha pada tahun 2002. Sementara itu, luas lahan kritis terus bertambah dengan laju 1-2 per tahun Bapedalda, 2004 dan Wati, 2002. Biaya eksternalitas penyusutan areal hutan akibat alih fungsi lahan telah dibebankan pada sektor yang menggunakan lahan hutan tersebut. Sedangkan biaya eksternalitas karena eksploitasi hasil hutan sangat sulit untuk diperhitungkan karena terbatasnya ketersediaan data. Pada tahun 2003, hutan Provinsi Sulawesi Selatan memproduksi sebesar 63 ribu m³ kayu dan 203,1 ribu ton non kayu. Produksi kayu tersebut didominasi oleh produksi kayu non HPH yaitu sebesar 66,9, sementara perusahaan HPH hanya memproduksi kayu sekitar 33,1. Mengingat aktivitas eksplorasi hasil hutan beberapa tahun terakhir cenderung terus menurun dan aktivitas pada tahun 2003 relatif rendah serta kerusakan hutan karena aktivitas ekonomi lainnya sudah dibebankan pada sektor ekonomi pengguna lahan hutan, maka biaya eksternalitas sektor kehutanan karena eksploitasi hasil hutan diduga relatif kecil dan dapat diabaikan.

5.1.1.8. Sektor Ekonomi Perikanan Laut