Letak Geografis, Kondisi Tanah dan Keadaan Iklim

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Sebelum Indonesia merdeka, Provinsi Sulawesi Selatan, terbagi dalam beberapa wilayah kerajaan yang berdiri sendiri dan didiami oleh empat etnis yaitu; suku Bugis, Makassar, Mandar, dan suku Toraja. Pada ke XVI dan XVII ada tiga kerajaan besar yang berpengaruh luas dan mencapai kejayaannya yaitu Kerajaan Luwu, Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. Masing-masing kerajaan telah melakukan hubungan dagang dan persahabatan dengan bangsa-bangsa lain terutama bangsa Eropa, India, Cina, Melayu dan Arab. Setelah kemerdekaan, Sulawesi Selatan menjadi Provinsi Administratif Sulawesi berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 1950. Status tersebut bertahan hingga akhir tahun 1959. Kemudian pada tahun 1960, Provinsi Administratif Sulawesi berubah menjadi daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara berdasarkan UU Nomor 47 Tahun 1960. Selanjutnya terjadi lagi perubahan yaitu pemisahan Sulawesi Selatan dari daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara yang ditetapkan dengan UU Nomor 13 Tahun 1964, sehingga menjadi daerah otonom Sulawesi Selatan. Kemudian, terjadi lagi pemekaran wilayah sejak dikeluarkan UU No. 11 Tahun 2004, Sulawesi Selatan dimekarkan menjadi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Secara administratif Sulawesi Selatan terdiri dari 20 Kabupaten dan 3 Kota, sedangkan Sulawesi Barat terdiri dari 5 Kabupaten. Pada saat penelitian ini dilakukan, Provinsi Sulawesi Barat masih dalam proses pembentukan, dan data serta informasi yang tersedia umumnya masih merupakan data dan informasi gabungan dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan “Sulawesi Selatan” sebagai satu kesatuan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

4.1. Letak Geografis, Kondisi Tanah dan Keadaan Iklim

Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat terletak di Jazirah Selatan Pulau Sulawesi diantara 0º 12 ′ LU dan 8º LS dan antara 116º 48′ BT - 122º 36′ BT. Luas wilayah ± 62.361,71 km² atau sekitar 33 dari luas Pulau Sulawesi, dengan batas- batas sebagai berikut Gambar 5. Sebelah Utara : dengan wilayah Sulawesi Tengah, Sebelah Timur : dengan Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara, Sebelah Selatan : dengan Laut Flores, Sebelah Barat : dengan Selat Makasar. Gambar 5. Peta Provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat terletak di posisi yang strategis berada ditengah-tengah Kepulauan Nusantara antara Kawasan Barat dan di Kawasan Timur Indonesia, sehingga memungkinkan Sulawesi Selatan berfungsi sebagai Pintu Gerbang ke dan dari Kawasan Timur Indonesia sekaligus sebagai pusat pelayanan, baik bagi Kawasan Timur Indonesia maupun untuk skala internasional. Pelayanan tersebut mencakup perdagangan, transportasi darat – laut – udara, pendidikan, pendayagunaan tenaga kerja, pelayanan dan pengembangan kesehatan, penelitian pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan laut, air payau tambak, kepariwisataan bahkan potensial untuk pengembangan lembaga keuangan dan perbankan. Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat mempunyai topografi dari datar, landai, berbukit dan bergunung-gunung. Daerah datar ditemui di wilayah pesisir pantai, sedangkan daerah berbukit dan pegunungan umumnya pada bagian tengah jazirah dan merupakan hulu-hulu sungai. Daerah yang datar dengan kemiringan 0-8 relatif sempit yaitu sekitar 10 dari total wilayah dan umumnya digunakan untuk lahan persawahan dan tambak. Demikian pula halnya dengan daerah landai dengan kemiringan 8-15 hanya meliputi sekitar 8 dari total wilayah dan umumnya digunakan untuk usaha perkebunan, tanaman hortikultura dan tanaman pangan lainnya. Sementara wilayah yang dominan adalah daerah berbukit dan bergunung dengan kemiringan di atas 15 yaitu lebih dari 80 dari total wilayah Tabel 5. Tabel 5. Kondisi topografi wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Kemiringan Luas wilayah km² 0-8 6.093,93 9,77 8-15 5.070,78 8,13 15-25 9.170,29 14,71 25-40 10.362,62 16,62 40-60 22.918,25 36,75 60 8.745,84 14,02 Total 62.361,71 100 Sumber: Bapedalda Provinsi Sulawesi Selatan, 2004°. Dengan kondisi topografi yang didominasi oleh wilayah dengan kemiringan di atas 15 , menyebabkan sebagian besar wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat sangat rawan erosi atau mempunyai tingkat bahaya erosi yang tergolong tinggi. Erosi tanah di sembilan belas Daerah Aliran Sungai DAS dan Sub DAS tahun 2003 tercatat rata-rata cukup tinggi yaitu berkisar antara 45 ribu ton pada DAS Sanrego sampai 1,67 juta ton pada DAS Saddang Tabel 6. Tabel 6. Erosi tanah pada beberapa daerah aliran sungai DASsub DAS DASSub DAS Nilai Erosi tonthn Saddang 1.672.850 Mamasa 543.789 Bila 81.408 Jeneberang 734.689 Tangka 54.766 Rongkong 389.765 Maros 436.322 Karama 677.237 Balease 264.768 Kelara 178.600 Mata Allo 68.655 Paremang 473.467 Lariang 55.487 Mandar 95.400 Mapili 154.878 Minraleng 56.889 Sanrego 45.673 Selayar 75.389 Calendu 67.809 Sumber: Bapedalda Provinsi Sulawesi Selatan, 2004a Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat memiliki beberapa jenis tanah antara lain: Aluvial, Gley, Latosol, Regosol, Podsolik, Grumosol, Mediteran, Renzina, Lateritik dan Andosol. Sementara jenis batuannya meliputi: batuan Sedimen, Vulkan, Plasonik Masam dan Plasonik Basa Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan, 2004. Menurut Natsir 2004, pengembangan komoditas di Sulawesi Selatan umumnya menyesuaikan dengan jenis dan kesuburan lahan. Jenis lahan Alluvial umumnya digunakan untuk pengembangan tanaman pangan dan sebagian palawija serta hortikultura dan perikanan. Sedangkan jenis tanah Latosol, Mediterani dan Grumosol digunakan untuk pengembangan komoditas perkebunan, peternakan dan konservasi. Jenis tanah Latosol, Mediterani dan Grumosol umumnya berada pada kawasan pengembangan tanaman perkebunan. Ke tiga jenis tanah tersebut mempunyai tingkat kepekaan terhadap erosi erodibilitas = K bervariasi mulai dari K=0,12-0,26 untuk jenis tanah Latoso, K= 0,13-0,22 untuk jenis tanah Mediteran dan K=0,25 untuk jenis tanah Grumosol Rahim, 2000 dan Suripin, 2002. Menurut klasifikasi Sehmidt dan Fergusson, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat memiliki lima tipe iklim meliputi: Tipe A, B, C, D, dan E dengan penyebaran seperti tertera pada Tabel 7. Tabel 7. Tipe iklim, bulan kering dan penyebarannya Tipe Iklim Bulan Kering Penyebaran Iklim A 1-5 bulan Kabupaten Mamuju, sebagian Polmas, Luwu dan Enrekang. B 1,5-3 bulan Kabupaten Tana Toraja, Wajo, Bone, sebagian Majene, Polmas, Enrekang, Luwu, Pinrang, Gowa, Soppeng dan Bantaeng. C 3-4,5 bulan Kabupaten Sidrap, Barru, Pangkep, Selayar, sebagian Majene, Polmas, Pinrang, Maros,Sinjai, Gowa, Soppeng, Bantaeng dan Bulukumba, serta Kota Pare-Pare. D 5-6 bulan Kota Makassar, Kabupaten Takalar, Maros, Gowa, Jeneponto, Bulukumba dan Bantaeng. E 9 bulan Sebagian Kabupaten Jeneponto, Bulukumba dan Bantaeng. Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, 2004.

4.2. Penduduk dan Matapencaharian