Dampak Perluasan Perkebunan Kakao Terhadap Perekonomian

Kerusakan lingkungan akibat pesatnya perluasan areal perkebunan kakao maupun kerusakan lingkungan perkebunan kakao akibat serangan hama PBK merupakan biaya lingkungan yang perlu diperhitungkan, agar peran perkebunan kakao dalam perekonomian regional tidak bersifat semu.

4.5.3. Dampak Perluasan Perkebunan Kakao Terhadap Perekonomian

Regional Pesatnya pengembangan perkebunan kakao di Sulawesi Selatan telah memberikan kontribusi yang nyata bagi perekonomian regional Sulawesi Selatan, khususnya pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia. Kakao tampil sebagai penyelamat ekonomi petani sekaligus menjadi sumber utama devisa Sulawesi Selatan. Pada tahun 1998, kakao memberikan kontribusi output sebesar Rp 2,19 triliun dan menghasilkan devisa sebesar US 228,9 juta atau 38,28 nilai ekspor Sulawesi Selatan Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, 1999 dan Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, 1999. Selanjutnya, peranan perkebunan kakao bagi perekonomian regional Sulawesi Selatan terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2003, perkebunan kakao Sulawesi Selatan menghasilkan output senilai Rp 2,586 triliun dengan nilai ekspor sebesar US 246,9 juta atau 26,20 dari total Ekspor Sulawesi Selatan serta menyediakan kesempatan kerja bagi sekitar 300 ribu kepala keluarga petani Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, 2004a dan Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, 2004 . Namun peran kakao yang cukup besar bagi perekonomian regional Sulawesi Selatan tersebut perlu dikaji lebih lanjut karena berbagai masalah. Pertama, peran tersebut masih bersifat semu karena belum memperhitungkan biaya lingkungan yang masih diperlakukan sebagai biaya eskternalitas. Kedua, perkebunan kakao sedang menghadapi ancaman yang serius dari hama PBK. Oleh karena itu, permasalahan biaya lingkungan, peran perkebunan kakao, dan ancaman hama PBK terhadap keberlanjutan peran perkebunan kakao bagi perekonomian regional Sulawesi selatan akan dibahas pada bab berikut ini.

V. BIAYA LINGKUNGAN HIDUP DAN EKSTERNALITAS

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pembangunan ekonomi suatu wilayah akan memberikan dampak positif berupa peningkatan produksi barang dan jasa, namun bersamaan dengan itu juga muncul dampak negatif berupa kerusakan atau penurunan kualitas lingkungan hidup akibat pengurasan cadangan sumberdaya alam dan peningkatan limbah yang membebani lingkungan hidup. Laju peningkatan produksi dan laju penurunan kualitas lingkungan hidup sangat tergantung pada jenis teknologi yang digunakan dan perlakuan terhadap limbah yang dihasilkan. Penurunan kualitas lingkungan dapat diminimalisasi apabila perencanaan dan pelaksanaan strategi dan kebijakan pembangunan tidak hanya didasarkan pada pertimbangan ekonomi jangka pendek, tetapi aspek lingkungan sebagai tempat sekaligus pendukung keberlanjutan pembangunan ekonomi juga mendapat perhatian yang seimbang. Hal ini berarti bahwa kelayakan pembangunan tidak hanya didasarkan pada perhitungan kelayakan ekonomi semata, tetapi juga mempertimbangkan kelayakan lingkungan. Selama ini keberhasilan pembangunan umumnya hanya diukur berdasarkan perhitungan ekonomi dan mengabaikan aspek lingkungan, sehingga hasil perhitungan tingkat kesejahteraan masyarakat masih bersifat semu. Oleh karena itu agar hasil pembangunan tidak bersifat semu dan berkelanjutan maka perlu adanya koreksi dalam perhitunganpenilaiannya. Koreksi yang perlu dilakukan adalah dengan memperhitungkan manfaat dan biaya lingkungan yang biasanya diperlakukan sebagai eksternalitas, kemudian menginternalisasikannya kedalam perhitungan manfaat dan biaya produksi. Secara teknis manfaat dan biaya eksternalitas dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok input produksi dan kelompok output. Manfaat dan biaya eksternalitas yang masuk kelompok input produksi adalah peningkatan dan penyusutan atau degradasi sumberdaya alam karena aktivitas ekonomi yang tidak diperhitungkan sebagai manfaat dan biaya produksi. Sedangkan manfaat dan biaya eksternalitas yang masuk kelompok output adalah nilai dari berbagai limbah atau keluaran dari aktivitas ekonomi yang menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan hidup. Penelitian ini diarahkan untuk melakukan koreksi terhadap perhitungan tingkat perkembangan ekonomi maupun tingkat kesejahteraan masyarakat Provinsi Sulawesi