b. Program peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat. Program penataan sistem legislasi daerah dijabarkan dalam tiga kegiatan prioritas
pembangunan, sementara program peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban masyarakat dijabarkan dalam lima kegiatan prioritas pembangunan. Di samping
itu, terdapat satu program penunjang yaitu program peningkatan kualitas materi dan penyebaran informasi dengan lima kegiatan penunjang pembangunan.
5. Kebijakan dasar pembangunan: “Pemberdayaan Kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat” dilaksanakan melalui dua program prioritas yaitu:
a. Program pemberdayaan kelembagaan pemerintah, dan b. Program pemberdayaan kelembagaan masyarakat.
Program pemberdayaan kelembagaan pemerintah dijabarkan dalam delapan kegiatan prioritas pembangunan, sementara Program pemberdayaan kelembagaan
masyarakat dijabarkan dalam lima kegiatan prioritas pembanguan. Di samping itu, terdapat dua program penunjang yaitu: program penelitian, pengkajian dan
pengenbangan dengan empat kegiatan pembangunan serta program pengembangan dan perencanaan dengan tiga kegiatan pembangunan.
4.3.4. Kinerja Kebijakan Pembangunan Regional Sulawesi Selatan 2003
Tahun 2003 merupakan tahun pertama penerapan kebijakan pembangunan regional Sulawesi Selatan berdasarkan Renstra 2003-2008. Sebagai langkah awal,
Pemerintah Provinsi telah melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan Pemerintah Kabupaten dan Kota untuk mensosialisasikan visi dan misi provinsi yang diharapkan
dapat menjadi arahan bagi daerah dalam menetapkan kebijakan pembangunan daerah mereka. Di samping itu, dalam program seratus hari kerja Gubernur dan Wakil
Gubernur dilakukan identifikasi simpul-simpul pembangunan yang dapat memberikan dorongan terhadap pengembangan sektor-sektor ekonomi secara
simultan. Beberapa isu strategis yang berhasil diidentifikasi dan dijadikan sebagai
rencana aksi pembangunan regional Sulawesi Selatan tahun 2003 meliputi: Prasarana
wilayah, perhubungan, pendidikan, kesehatan, pertanian, lingkungan hidup, pertambangan dan energi, serta koperasi dan UKM. Disini tampak bahwa lingkungan
hidup menjadi salah satu isu strategis yang mendapat prioritas pada awal pelaksanaan pembangunan berdasarkan Renstra 2003-2008, meskipun aspek
lingkungan hidup tidak tercantum secara khusus dalam Renstra 2003-2008. Aspek lingkungan hidup hanya merupakan sub bagian dari “Program penataan dan
pengelolaan sumberdaya alam dan kelautan yang berkelanjutan” pada kebijakan dasar pembangunan ”Peningkatan Ketahanan Ekonomi Wilayah”.
Penempatan aspek lingkungan hidup sebagai salah satu kegiatan yang menjadi prioritas menunjukan adanya kemauan politik dari pemerintah daerah
Sulawesi Selatan untuk ikut serta melaksanakan kegiatan pembangunan berkelanjutan selaras dengan Agenda 21 Nasional maupun Agenda 21 Global.
Meskipun anggaran belanja yang dialokasikan pada kegiatan pembangunan aspek lingkungan hidup ini relatif masih kecil, namun perhatian yang diberikan pada tahap
awal ini cukup memberikan harapan yang baik bagi pembangunan selanjutnya. Secara umum kinerja pembangunan daerah pada tahun 2003 cukup baik
apabila diukur berdasarkan capaian fisik dan realisasi anggaran. Evaluasi kinerja terhadap empat pokok kebijakan menunjukkan realisasi capaian fisik berkisar antara
90,16 sampai 99,50. Realisasi capaian fisik terendah terjadi pada kebijakan ”Peningkatan Kualitas Hidup Manusia”, sementara realisasi capaian fisik tertinggi
terjadi pada kebijakan ”Peningkatan Kualitas Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara” Gubernur Sulawesi Selatan, 2004.
Meskipun demikian, ada beberapa hal perlu mendapat perhatian yang lebih serius pada pelaksanaan pembangunan selanjutnya khususnya terkait dengan aspek
lingkungan hidup. Dalam Renstra 2003-2008, aspek lingkungan hidup tidak dicantumkan sebagai salah satu program tersendiri, tetapi hanya merupakan sub
bagian dari program penataan dan pengelolaan sumberdaya alam dan kelautan yang berkelanjutan. Akibatnya alokasi anggaran relatif kecil sesuai dengan posisinya
dalam Renstra. Sementara kondisi sumberdaya alam khususnya sumberdaya hutan sebagai penunjang kehidupan sebagian sudah rusak dan menjadi lahan kritis.
Masih minimnya anggaran untuk memperbaiki kondisi sumberdaya hutan Sulawesi Selatan menyebabkan laju upaya perbaikan sumberdaya hutan tidak
mampu mengimbangi laju degradasi hutan. Akibatnya kerusakan hutan terus bertambah dan areal lahan kritis makin meluas. Berikut ini akan diuraikan secara
ringkas kondisi lingkungan hidup Provinsi Sulawesi Selatan.
4.4. Kondisi Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Selatan