9.3.1. Peningkatan Produktivitas Perkebun Kakao
Produktivitas perkebunan kakao Sulawesi Selatan beberapa tahun terakhir mengalami penurunan karena adanya serangan hama PBK dan kurang intensifnya
pengelolaan kebun. Pada tahun 2005, produktivitas perkebunan kakao Sulawesi Selatan rata-rata hanya 931,7 kghatahun atau turun 29,6 dari produktivitas rata-rata tahun
2003 yang besarnya mencapai 1.324 kghatahun Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan 2004a dan 2006.
Upaya untuk meningkatkan produktivitas perkebunan kakao Sulawesi Selatan paling tidak menyamai produktivitas rata-rata tahun 2003 membutuhkan kerja keras dan
program yang jelas serta terarah. Para pengambil kebijakan, peneliti dan pelaku bisnis kakao perlu memusatkan perhatiannya pada permasalahan utama yang dihadapi yaitu
belum terkendalinya serangan hama PBK dan makin meluasnya perkebunan kakao yang perlu direhabilitasidiremajakan karena umur tanamannya sudah tua. Pengendalian hama
PBK tidak akan efektif dan efisien jika hanya dilakukan secara individu atau kelompok petani yang terbatas. Pengendalian hama PBK memerlukan keterlibatan semua pihak
yang berkepentingan dengan peningkatan produksi kakao secara komprehensif. Langkah operasional utama yang perlu dilakukan adalah merumuskan dan
melaksanakan program pengendalian hama PBK secara terpadu dan menyeluruh. Program pengendalian hama PBK dilakukan melalui perbaikan sistem budidaya dengan
menerapkan teknologi PsPSP. Jika memungkinkan perbaikan sistem budidaya tersebut diikuti dengan upaya peremajaan atau rehabilitasi perkebunan kakao yang rusak atau
kurang produktif dengan menggunakan klon unggul.
9.3.2. Penyediaan Teknologi Mutakhir Secara Lokal
Penyediaan teknologi mutakhir spesifik lokasi merupakan salah satu syarat mutlak bagi terlaksananya pembangunan pertanian yang progresif Mosher 1971. Pada
saat ini kinerja berbagai lembaga yang terkait dengan penyediaan teknologi umumnya masih rendah karena berbagai kendala terutama keterbatasan dana dan tenaga
profesional, serta ketidakjelasan tugas dan fungsi masing-masing lembagainstansi terkait. Dukungan kebijakan dan ketersediaan dana sangat dibutuhan untuk membenahi
kondisi faktor strategis ini.
Lembaga penelitian kakao nasional yaitu Pusat Penelitian Kopi dan Kakao yang berada di Jember, Jawa Timur sebagai pemegang mandat dan bertanggungjawab bagi
kemajuan perkebunan kakao nasional selalu menghasilkan teknologi budidaya kakao yang dibutuhkan secara berkesinambungan. Namun kerberhasilan Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao menemukan berbagai teknologi mutakhir ternyata belum ditunjang oleh kesiapan Balai Penelitian Teknologi Pertanian BPPT Sulawesi Selatan untuk
melakukan uji lokasi dan kesiapan lembaga penyuluhan serta dinas terkait untuk segera menyebarluaskan hasil-hasil penelitian yang tersedia. Oleh karena itu penyediaan
teknologi mutakhir secara lokal dan bisa diterima oleh petani perlu terus ditingkatkan, khususnya untuk mengatasi permasalahan hama PBK yang menjadi permasalahan utama
perkebunan kakao di Sulawesi Selatan saat ini.
9.3.3. Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani