Peran Kakao dalam Pengganda Tenaga Kerja Keterkaitan dengan Sektor Ekonomi Lainnya

6.2.3. Peran Kakao dalam Pengganda Tenaga Kerja

Sektor ekonomi kakao mempunyai nilai pengganda total tenaga kerja sebesar 0,0889 yang berarti bahwa setiap peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan juta rupiah akan menciptakan kesempatan kerja sebesar 0,0889 orang. Nilai pengganda tenaga kerja tersebut berada pada posisi 14 dari 25 sektor yang dianalisis. Posisi teratas ditempati sektor jasa lainnya dengan nilai pengganda total tenaga kerja sebesar 0,3912. Sektor ekonomi yang memiliki nilai pengganda tertinggi berikutnya adalah sektor kopi, sektor budidaya bandeng, ikan dan lainnya, sektor tanaman bahan makanan lainnya dan sektor padi Lampiran 9. Lebih lanjut, pada Lampiran 9 tampak bahwa nilai pengganda tenega kerja tipe II sektor kakao adalah sebesar 1,2495 yang berarti bahwa setiap peningkatan satu orang pekerja di sektor kakao akan menciptakan kesempatan kerja dalam perekonomian secara keseluruhan sebesar 1,2495 orang termasuk dari sektor ekonomi kakao. Dengan nilai pengganda tipe II sebesar 1,2495 tersebut, sektor ekonomi kakao berada pada peringkat ke 21 dari 25 sektor ekonomi yang dianalisis. Nilai pengganda tenaga kerja tertinggi ditempati oleh sektor ekonomi nikel yaitu sebesar 28,3661 disusul sektor industri semen, industri makanan dan minuman, industri kopi giling dan kupasan, serta sektor industri biji-bijian, cokelat dan kembang gula.

6.2.4. Keterkaitan dengan Sektor Ekonomi Lainnya

Sektor ekonomi kakao mempunyai nilai koefisien penyebaran daya menarik dan kepekaan penyebaran daya mendorong yang relatif rendah yaitu masing masing sebesar 0,8457 dan 0,7403 Lampiran 10. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan atau pertumbuhan ekonomi regional satu persen, maka akan menarik pertumbuhan sektor ekonomi kakao sebesar 0,8457 dan setiap peningkatan atau pertumbuhan sektor ekonomi kakao satu persen, hanya mampu menggerakkan atau mendorong pertumbuhan ekonomi regional sebesar 0,7403. Sektor ekonomi yang mempunyai daya tarik paling tinggi adalah sektor industri makanan dan minuman dengan koefisien penyebaran 1,5541, disusul sektor bangunan, sektor industri kopi giling dan kupasan serta sektor industri biji-bijian, cokelat dan kembang gula. Sedangkan sektor ekonomi yang mempunyai daya dorong paling tinggi adalah sektor industri lainnya dengan kepekaan penyebaran 2,1923, disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor padi dan sektor angkutan dan komunikasi. Rendahnya nilai keterkaitan sektor ekonomi kakao tersebut disebabkan oleh belum berkembangnya sektor ekonomi yang mendukung pengembangan sektor ekonomi kakao maupun sektor ekonomi yang memanfaatkan produksi kakao. Dalam menghasilkan output, sektor ekonomi kakao menggunakan lebih dari 77 input antara bersumber dari impor atau luar Provinsi Sulawesi Selatan. Di sisi lain output sektor ekonomi kakao yang digunakan sebagai input antara sektor ekonomi lainnya sangat kecil yaitu 0,35 dari total output kakao. Sebagian besar lebih dari 96 output kakao diekspor dan sekitar 2,9 dari total output kakao dijadikan sebagai stok, yang pada akhirnya juga akan diekspor. Kondisi ini kurang menguntungkan bagi perekonomian regional Sulawesi Selatan, karena sektor ekonomi kakao yang mempunyai peran yang cukup besar dalam pembentukan output, nilai PDRB dan penyerapan tenaga kerja belum mampu menarik sektor hulu maupun mendorong sektor hilirnya untuk berkembang lebih pesat, sehingga dampak pengembangan sektor ekonomi kakao bagi perekonomian regional Sulawesi Selatan belum optimal. Pengembangan industri pengolahan kakao, industri makanan dan minuman maupun industri lainnya yang berbasis pertanian merupakan langkah yang strategis untuk memacu perkembangan ekonomi regional Sulawesi Selatan. Industri pengolahan kakao, industri makanan dan minuman serta industri yang berbasis pertanian lainnya merupakan sektor-sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan karena mempunyai keterkaitan kebelakang daya tarik yang cukup kuat dan mempunyai nilai pengganda output, pengganda pendapatan dan pengganda tenaga kerja yang relatif besar. Dengan berkembangnya sektor industri pengolahan kakao cokelat maka nilai tambah yang dapat diraih akan meningkat, harga biji kakao relatif stabil dan petani akan lebih bergairah mengelola kebun kakaonya, sehingga akan lebih menjamin keberlanjutan peran perkebunan kakao bagi perekonomian regional Sulawesi Selatan.

6.2.5. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Biaya Eksternalitas