155
6.7 Temuan 6.7.1 Frekuensi Emosi Marah
Frekuensi tuturan intonasi emosi marah dari kalangan kaum bangsawan, untuk tuturan [p
deh hati ambleh klakuana ta ora tua], yaitu frekuensi awal 177.0 Hz, frekuensi akhir 116.7 Hz, frekuensi tinggi 222.5 Hz, dan frekuensi
rendah 116.7 Hz, sedangkan untuk durasi temporal yaitu 2.04297 detik. Frekuensi akhir dan frekuensi rendah terlihat sama yaitu pada 116.7 Hz karena tuturan emosi
marah dari kalangan kaum bangsawan ini pada akhir tuturan tetap menunjukkan frekuensi yang rendah. Sementara frekuensi tuturan intonasi emosi marah dari
kalangan orang kebanyakan, yaitu frekuensi awal 180.7 Hz, frekuensi akhir 98.1 Hz, frekuensi tinggi 180.7 Hz, dan frekuensi rendah 98.1 Hz, sedangkan untuk
durasi temporal yaitu 3.04986 detik.
Frek Awal Frek Akhir
Frek Tinggi Frek Rendah
Durasi BS
OK BS
OK BS
OK BS
OK BS
OK 177.0
Hz 180.7
Hz 116.7
Hz 98.1
Hz 222.5
Hz 180.7
Hz 116.7
Hz 98.1
Hz 2.04297
detik 3.04986
detik
6.7.2 Frekuensi Emosi Sedih
Frekuensi tuturan intonasi emosi sedih dari kalangan kaum bangsawan, [p
reh kali ati ne ia gugor dalam lakukan tugasa], yaitu frekuensi awal 128.7 Hz, frekuensi akhir 112.2 Hz, frekuensi tinggi 126.7 Hz, dan frekuensi rendah
112.7 Hz, sedangkan untuk durasi temporal yaitu 3.51043 detik. Frekuensi rendah pada tuturan intonasi emosi sedih dari kalangan kaum bangsawan ini terlihat sama
yaitu pada 112.7 Hz karena pada akhir tuturan tetap menunjukkan frekuensi yang rendah. Sementara tuturan intonasi emosi sedih dari kalangan orang kebanyakan,
yaitu frekuensi awal 137.9 Hz, frekuensi akhir 92.7 Hz, frekuensi tinggi 156.9 Hz,
Universitas Sumatera Utara
156 dan frekuensi rendah 92.7 Hz, sedangkan untuk durasi temporal yaitu 3.81438
detik. Pada tuturan intonasi emosi sedih dari kalangan orang kebanyakan ini juga terlihat sama yaitu pada 92.7 Hz karena pada akhir tuturan tetap menunjukkan
frekuensi yang rendah.
Frek Awal Frek Akhir
Frek Tinggi Frek Rendah
Durasi BS
OK BS
OK BS
OK BS
OK BS
OK
128.7 Hz
137.9 Hz
112.2 Hz
92.7 Hz
126.7 Hz
156.9 Hz
112.7 Hz
92.7 Hz
3.51043 detik
3.81438 detik
6.7.3 Frekuensi Emosi Senang
Frekuensi tuturan intonasi emosi senang dari kalangan kaum bangsawan, [s
na bena amba mndar kabara jo], yaitu frekuensi awal 144.4 Hz, frekuensi akhir 120.7 Hz, frekuensi tinggi 168.7 Hz, dan frekuensi rendah 120.7
Hz, sedangkan untuk durasi temporal yaitu 2.30374 detik. Frekuensi akhir dan frekuensi rendah pada tuturan intonasi emosi senang dari kalangan kaum
bangsawan sama yaitu pada 120.7 Hz. Sementara tuturan intonasi emosi senang dari kalangan orang kebanyakan, yaitu frekuensi awal 144.4 Hz, frekuensi akhir
113.4 Hz, frekuensi tinggi 213.7 Hz, dan frekuensi rendah 113.4 Hz, sedangkan untuk durasi temporal yaitu 2.79125 detik. Frekuensi akhir dan frekuensi rendah
menunjukkan frekuensi yang sama pada masing-masing emosi, yaitu 113.4 Hz karena pada akhir tuturan tetap menunjukkan frekuensi yang rendah.
Frek Awal Frek Akhir
Frek Tinggi Frek Rendah
Durasi BS
OK BS
OK BS
OK BS
OK BS
OK
144.4 Hz
144.4 Hz
120.7 Hz
113.4 Hz
168.7 Hz
213.7 Hz
120.7 Hz
113.4 Hz
2.30374 detik
2.79125 detik
Berdasarkan temuan frekuensi di atas atas tuturan emosi marah, sedih, dan senang dapat disimpulkan bahwa. Dilihat dari segi frekuensi tuturan intonasi
Universitas Sumatera Utara
157 emosi marah untuk tuturan [p
deh hati ambleh klakuana ta ora tua] antara kalangan kaum bangsawan dan kalangan orang kebanyakan terdapat
perbedaan yang signifikan. Pada frekuensi awal kalangan kaum bangsawan lebih rendah daripada kalangan orang kebanyakan. Tetapi pada frekuensi akhir,
frekuensi tinggi, dan frekuensi rendah kalangan kaum bangsawan justru lebih tinggi daripada kalangan orang kebanyakan. Ini menunjukkan bahwa saat kaum
bangsawan marah memulai tuturannya dengan frekuensi yang rendah lalu meninggi. Sementara untuk kalangan orang kebanyakan justru diawal tuturan
tinggi, selanjutnya merendah. Frekuensi tuturan intonasi emosi sedih untuk tuturan [p
reh kali ati ne ia gugor dalam
lakukan tugasa] antara kalangan kaum bangsawan dan kalangan orang kebanyakan juga terdapat perbedaan yang signifikan. Pada frekuensi awal
dan frekuensi tinggi kalangan kaum bangsawan lebih rendah daripada kalangan orang kebanyakan. Sementara untuk frekuensi akhir dan frekuensi rendah
kalangan kaum bangsawan lebih tinggi daripada kalangan orang kebanyakan. Ini menunjukkan bahwa pada saat emosi sedih, kalangan kaum bangsawan masih bisa
menyembunyikan kesedihannya dengan tidak menuturkan tuturan frekuensinya tinggi, akan tetapi akhir tuturan kalangan kaum bangsawan frekuensinya
meninggi. Berbeda dengan kalangan orang kebanyakan, pada awal tuturan langsung menunjukkan emosi sedihnya, tetapi pada akhir tuturan justru menurun.
Frekuensi tuturan intonasi emosi senang untuk tuturan [s na bena amba
m ndar kabara jo] antara kalangan kaum bangsawan dan kalangan orang
Universitas Sumatera Utara
158 kebanyakan juga terdapat perbedaan yang signifikan. Pada frekuensi awal, antara
kaum bangsawan dan kelompok orang kebanyakan frekuensinya sama. Tetapi pada frekuensi akhir dan frekuensi rendah kalangan kaum bangsawan lebih tinggi
daripada kalangan orang kebanyakan. Sementara pada frekuensi tinggi kalangan kaum bangsawan lebih rendah daripada kalangan orang kebanyakan. Ini
menunjukkan bahwa saat emosi senang kalangan orang kebanyakan tidak dapat menyembunyikan kegembiraannya, sementara untuk kalangan kaum bangsawan
masih bisa menyembunyikannya. Dengan demikian melalui analisis frekuensi intonasi terhadap tiga tuturan
emosi di atas dapat menunjukkan dan membedakan kelompok status sosial pada masyarakat Melayu Langkat.
6.7.4 Durasi Emosi Marah