Perbedaan Tuturan Emosi Simpulan

339

8.1.4 Perbedaan Tuturan Emosi

Berdasarkan temuan frekuensi tuturan emosi marah, sedih, dan senang dapat disimpulkan bahwa melalui analisis frekuensi intonasi terhadap tiga tuturan emosi di atas dapat menunjukkan dan membedakan kelompok status sosial pada masyarakat Melayu Langkat. Hal ini dapat dilihat dari segi frekuensi tuturan intonasi emosi marah untuk tuturan [p deh hati ambleh klakuana ta ora tua] antara kalangan kaum bangsawan dan kalangan orang kebanyakan terdapat perbedaan yang signifikan. Pada frekuensi awal kalangan kaum bangsawan lebih rendah daripada kalangan orang kebanyakan. Tetapi pada frekuensi akhir, frekuensi tinggi, dan frekuensi rendah kalangan kaum bangsawan justru lebih tinggi daripada kalangan orang kebanyakan. Ini menunjukkan bahwa saat kaum bangsawan marah memulai tuturannya dengan frekuensi yang rendah lalu meninggi. Sementara untuk kalangan orang kebanyakan justru diawal tuturan tinggi, selanjutnya merendah. Frekuensi tuturan intonasi emosi sedih untuk tuturan [p reh kali ati ne ia gugor dalam lakukan tugasa] antara kalangan kaum bangsawan dan kalangan orang kebanyakan juga terdapat perbedaan yang signifikan. Pada frekuensi awal dan frekuensi tinggi kalangan kaum bangsawan lebih rendah daripada kalangan orang kebanyakan. Sementara untuk frekuensi akhir dan frekuensi rendah kalangan kaum bangsawan lebih tinggi daripada kalangan orang kebanyakan. Ini menunjukkan bahwa pada saat emosi sedih, kalangan kaum bangsawan masih bisa menyembunyikan kesedihannya dengan tidak menuturkan tuturan frekuensinya tinggi, akan tetapi akhir tuturan kalangan kaum bangsawan frekuensinya Universitas Sumatera Utara 340 meninggi. Berbeda dengan kalangan orang kebanyakan, pada awal tuturan langsung menunjukkan emosi sedihnya, tetapi pada akhir tuturan justru menurun. Frekuensi tuturan intonasi emosi senang untuk tuturan [s na bena amba m ndar kabara jo] antara kalangan kaum bangsawan dan kalangan orang kebanyakan juga terdapat perbedaan yang signifikan. Pada frekuensi awal, antara kaum bangsawan dan kelompok orang kebanyakan frekuensinya sama. Tetapi pada frekuensi akhir dan frekuensi rendah kalangan kaum bangsawan lebih tinggi daripada kalangan orang kebanyakan. Sementara pada frekuensi tinggi kalangan kaum bangsawan lebih rendah daripada kalangan orang kebanyakan. Ini menunjukkan bahwa saat emosi senang kalangan orang kebanyakan tidak dapaat menyembunyikan kegembiraannya, sementara untuk kalangan kaum bangsawan masih bisa menyembunyikannya. Berdasarkan temuan analisis durasi terhadap tiga tuturan emosi yaitu emosi marah, sedih, dan senang, maka dapat disimpulkan bahwa ketika orang kebanyakan sedang marah, sedang sedih, dan sedang mengalami rasa senang, maka intonasinya lebih panjang, tuturannya ―meledak-ledak‖, sementara bagi kaum bangsawan masih bisa menahan diri. Hal inilah yang dapat membedakan status kelompok sosial penutur bahasa Melayu Langkat berdasarkan analisis durasinya.

8.2 Saran

Secara teoretis penelitian pada disertasi ini baru sampai tahap menganalisis Intonasi Emosidalam Tuturan Bahasa Melayu Langkat: Kajian Fonetik Eksperimental. Pembahasan dalam penelitian hanya terfokus pada pola Universitas Sumatera Utara