Defenisi Emosi Kerangka Konseptual

51 Jenisemosi seperti senangkegembiraan, kesedihan, kemarahan, ketakutan, dan sebagainya telah dikenal sejak lama dan menjadi aspek yangpenting dari perilaku manusia, karena tanpa adanya emosi manusia akan hidup seperti robot yang tidak mempunyai perasaan. Emosi merupakan fitrah yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia dan setiap manusia pula mempunyai pelbagai emosi, mulai dari emosi senang, sedih, marah, benci sampai pada emosi ketakutan dan sebagainya. Emosi setiap manusia bukan saja berbeda melainkan juga ekstrem sifatnya. Emosi merupakan tindakan dan reaksi psikologis seseorang individu terhadap sesuatu situasi yang dihadapinya sebagai ahli sesuatu masyarakat. Penelitian di bidang emosi merupakan sebuah proses yangkompleks karena dapat berubah secara dinamis. Oleh karena itu, penelitian emosi yang berbasis teks banyakdilakukan dikarenakan bentuk teks relatif lebih sederhana dibandingkan bentuk lain seperti visual atau suara.

3.4.2 Defenisi Emosi

Kata emosi berasal dari bahasa Prancis emouvoir, yang berarti kegembiraan. Selain itu, emosi juga berasal dari bahasa Latin yaitu emovere, dari e-varian eks yang berarti ―luar‖ dan movere ―bergerak‖. Para ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Contohnya, jika kita bersikap kasar terhadap orang lain, maka orang yang kita kasari akan merasa marah. Perasaan marah tersebut bisa datang dan pergi dengan cepat. Namun, suasana hati yang tercipta karena ledakan amarah itulah yang akan berlangsung lebih lama Syukur, 2011:11. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008:368 emosi mempunyai arti luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat; keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan, Universitas Sumatera Utara 52 kesedihan, keharuan, kecintaan; keberanian yang bersifat subjektif. James, W. 1892 dalam Yanti 2010:17 mengatakan “An emotion is a tendency to feel”; kemudian Pierrehumbert 1992 mengatakan “….the whole psychology of feeling is still in very unsettled state”. Sedangkan Yanti 2010:17 merumuskan definisi emosi sebagai segala rasa yang dapat dirasakan oleh seseorang dalam keadaan tidak stabil. Emosi dasar yang dimiliki seseorang dapat diungkapkan dalam bentuk verbal kata-kata dan nonverbal gerak-gerik atau mimik dan perilaku. Dayakisni 2004:77 menyatakan bahwa emosi adalah sebagai perasaan yang subyektif dan diasosiasikan dengan serangkaian perilaku tampak tertentu, seperti: senyum, muka merah, dan gemeretak rahang, serta dengan respon fisik pheripheral semacam debaran jantung, berkeringat, atau gangguan pencernaan. Emosi adalah perasaan mendalam yang diikuti adanya perubahan elemen kognitif maupun fisik dan mempengaruhi perilaku. Emosi adalah kondisi tergerak a state of being moved yang memiliki komponen penghayatan perasaan subyektif, impuls untuk berbuat dan kesadaran awareness tentang perasaan yang dihayatinya Semiawan, 1997:153. Sedangkan Feldman 1997 mendefinisikan emosi sebagai perasaan-perasaan yang dapat mempengaruhi perilaku dan pada umumnya mengandung komponen fisiologis dan kognitif. Perasaan-perasaan tersebut bisa sangat kuat sehingga kontrol rasional tidak berfungsi Winnkel, 1983:151. Perasaan yang kuat tersebut diikuti oleh ekspresi motorik yang berhubungan dengan suatu objek atau situasi eksternal Gunarsa, 1989:156. Sehubungan dengan hal ini, Goleman 1997 menyatakan bahwa emosi adalah perasaan dan pikiran khas, yakni suatu keadaan biologik dan psikologik. Universitas Sumatera Utara 53 Susanti 2004 berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan emosi adalah keadaan yang kuat dan kompleks yang diikuti oleh ekspresi motorik serta mengandung unsur afeksi dan pikiran yang khas, yang mempengaruhi perilaku. Keadaan afeksi yang disadari dapat berupa kegembiraan, ketakutan, kebencian, cinta dan sebagainya. Albas dan McCluskey 1976 dalam Dayakisni 2004:95 mengumpulkan sampel-sampel pertuturan dalam bahasa Inggeris dan Cree dari subyek penelitian warga Kanada yang mengandung makna ungkapan-ungkapan kebahagiaan, kesusahan, cinta dan kemarahan. Ungkapan-ungkapan dibuat serampangacak secara semantik dengan prosedur penyaringan elektronik yang menyisakan desah intonasi emosional. Subjek dari dua kelompok bahasa merekognisi emosi yang dimaksud pengucap jauh di bawah tingkat kebetulan, tetapi kinerjanya lebih tinggi dalam bahasa subjek sendiri ketimbang dalam bahasa lain Berry, 1999. Para ahli telah berupayadan berusaha mendefinisikan emosi berdasarkan berbagai pengalaman dan penelitian terhadap manusia dan hewan, kendati masih banyak ditemukan kendala-kendala untuk merumuskannya. Menurut Goleman 1997:411, kendala tersebut khususnya dipicu oleh jenis-jenis emosi yang sangat beragam sehingga perbendaharaan kata yang kita miliki untuk menyebutkannya tidak sepadan. Akibatnya, para ahli pun berbeda dalam merumuskan pengertian dan pembagian tentang emosi, meskipun sebenarnya merupakan pengalaman kita sebagai manusia di dalam kehidupan sehari-hari, baik yang dialami secara langsung atau secara pribadi maupun ketika berinteraksi dengan orang lain. Seperti yang diutarakan Fehr dan Russel dalam Roger-Daniel 2009:33 bahwa ‖Setiap orang tahu apa yang disebut dengan emosi, sehingga seseorang itu Universitas Sumatera Utara 54 diminta untuk memberikan definisi tentang emosi itu sendiri. Setelah itu, tidak seorang pun dari mereka yang mengetahuinya‖. Ketika kita menggunakan istilah tersebut, emosi merupakan sebuah pengalaman rasa. Kita merasakan adanya emosi; kita tidak sekedar memikirkannya. Ketika seseorang mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu yang secara pribadi penting untuk kita, maka emosi kita akan meresponnya, dan biasanya akan diikuti dengan pikiran yang berhubungan dengan perkataan tersebut, perubahan psikis dan juga hasrat untuk melakukan sesuatu. Misalnya, jika ada seorang bawahan yang menyuruh kita untuk mencatat hasil pertemuan rapat kantor, mungkin kita akan merasa marah dan berpikir, ‖Siapa sih dia, berani-beraninya menyuruh saya?‖. Psikis kita akan mengalami perubahan ketika tekanan darah kita meninggi, dan kita merasakan adanya sebuah keinginan untuk memarahinya. Walaupun demikian, para ahli telah berusaha mencoba merumuskan definisi emosi, atau setidaknya, berupaya membuat rumusan-rumusan untuk mengantar pemahaman kita pada masalah tersebut.

3.4.3 Klasifikasi Emosi