T. Syarfina Penelitian-penelitian Intonasi

39 segmental yang sama dan menjadi tiga tuturan yang digunakan untuk merealisasikan modus kalimat yang berbeda, yakni deklaratif, interogatif, dan imperatif, dan kelompok kedua adalah kalimat dengan modus interogatif dan imperatif yang menggunakan pemarkah modus yang berbeda-beda. Temuan secara menyeluruh dapatlah dilihat bahwa kontras antara kontur modus deklaratif dan imperatif ditandai oleh landaian garis dasar nada. Modus deklaratif didominasi oleh deklinasi, sedangkan pola modus imperatif didominasi oleh garis dasar nada yang mendatar atau inklinasi. Pada modus imperatif rentang nada pada alir nada subjek dan alir nada final terlihat lebih seimbang. Kemudian pada modus deklaratif rentang nada pada alir nada akhir relatif lebih rendah dibandingkan rentang nada pada alir nada subjek. Selanjutnya kontur pada modus interogatif secara keseluruhan tidak ditentukan oleh landaian garis dasar nada dan penanda modus didominasi oleh pola alir nada final dan oleh keseimbangan rentang nada pada semua alir nada di sepanjang kontur. Kontribusi penelitian Rahyono adalah tentang identitas modus dan kontras pola intonasi modus deklaratif, interogatif, dan imperatif yaitu setiap modus memiliki pola intonasi dasar dan varian.

3.2.6 T. Syarfina

Syarfina 2008 dalam disertasinya yang berjudul ‖Ciri Akustik Sebagai Pemarkah Sosial, Penutur Bahasa Melayu Deli‖. Syarfina mengkaji bahasa Melayu Deli yang tersebar di wilayah Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Hamparan Perak, Kecamatan Medan Maimun, dan Kecamatan Patumbak dengan tujuan untuk menentukan ciri akustik yang menandai kelompok-kelompok sosial, juga untuk menemukan alir nada kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, serta Universitas Sumatera Utara 40 ciri akustik apa yang signifikan sebagai penanda modus. Cakupan penelitiannya ada dua bidang yaitu penelitian fonetik eksperimental dan sosiolinguistik, dari segi eksperimental menggunakan teori Lehiste, 1970, Hayward 2001, dan ‗t Hart et al 1990 diawali dengan mendeskripsikan ciri akustik tuturan bahasa Melayu Deli dari segi frekuensi, durasi dan intensitasnya. Hasil pengukuran tersebut digunakan Syarfina untuk penelitian sosiolinguistik dengan menggunakan teori Hymes 1974. Pengumpulan data tuturan bahasa Melayu Deli direkam data dijaring dengan menggunakan narasi dan menggunakan tuturan pembawa dalam tiga modus yaitu modus deklaratif, interogatif, dan imperatif dengan menggunakan alat perekam bermerk SONY Stereo Cassette Corder WM-D6C dan head set mic SHURE model SM 10A sedangkan kaset perekam yang digunakan adalah bermerk Sony dan Maxel yang berdurasi 60 menit. Jumlah penutur 108 orang 54 laki-laki dan 54 perempuan sebanyak 54 kalimat, sehingga jumlah data yang dituturkan sebanyak 1.944 tuturan. Responden terdiri atas kelas sosial atas, kelas sosial menengah, dan kelas sosial bawah. Penelitian ini menggunakan alat bantu komputer program PRAAT versi 4.0.27. untuk pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu: digitalisasi, segmentasi data, pembuatan salinan kontur, dan Uji statistik. Semua pendekatan dilakukan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitiannya yaitu 1 bagaimanakah alir nada pitch movement bahasa Melayu Deli pada modus deklaratif, interogatif, dan imperatif? 2 apakah frekuensi, durasi, dan intensitas menandai kelompok sosial penutur bahasa Melayu Deli?, Universitas Sumatera Utara 41 dan apakah modus deklaratif, interogatif, dan imperatif menandai kelompok sosial penutur bahasa Melayu Deli? Temuan dari pertanyaan rumusan-rumusan di atas, menyimpulkan bahwa alir nada modus-modus tersebut adalah alir nada naik, turun, naik-turun, naik- datar, datar-turun dan turun-naik. Pola alir nada itu berdasarkan pada kontur- kontur nada kalimat deklaraif, interogatif, dan imperatif pada konstituen pemarkah interogatif, mengkale, pemarkah konfimatoris -kan, subjek, predikat, keterangan tempat, dan nada final. Sedangkan temuan yang kedua adalah tidak ditemukan adanya perbedaan intensitas dasar pada variabel jenis kelamin, generasi, pendidikan, dan pemakaian bahasa Melayu Deli. Sebaliknya, Syarfina menemukan adanya perbedaan pada tuturan kelas sosial. Kenyaringan berbicara para penutur dari kelas sosial bawah lebih tinggi 78,11 st daripada tuturan kelas sosial menengah 75,44 st dan tuturan kelas sosial atas 76,75 st. Juga tidak ditemukan adanya perbedaan intensitas final yang signifikan pada variabel jenis kelamin, generasi, pendidikan, dan pemakaian bahasa Melayu Deli, kecuali pada variabel kelas sosial. Pada tuturan kelas sosial bawah intensitas final adalah 73,24 dB yang berbeda dengan intensitas final tuturan kelas sosial menengah yaitu 67,72 dB, dan intensitas final kelas sosial atas 74,36 dB. Kemudian pada julat intensitas tertinggi tidak ditemukan perbedaan pada variabel usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pemakaian bahasa Melayu Deli. Julat intensitas tertinggi dalam tuturan kelas sosial bawah yaitu 2,66 dB yang berbeda dengan julat intensitas tertinggi tuturan kelas sosial menengah 3,17 dB dan, intensitas final kelas sosial atas 2,94 dB. Universitas Sumatera Utara 42 Kontribusi penelitian Syarfina adalah ditemukannya pola alir nada kalimat deklaraif, interogatif, dan imperatif bahasa Melayu Deli. Alir nada modus-modus kalimat dalam bahasa Melayu Deli adalah alir nada naik, turun, naik-turun, naik- datar, datar-turun dan turun-naik.

3.2.7 T. Syarfina dan T. Silvana Sinar