F.X. Rahyono Penelitian-penelitian Intonasi

37 lima eksperimen yaitu dengan cara satu eksperimen produksi dan empat eksperimen persepsi. Penelitian prosodik kontras deklaratif dan interogatif Bahasa Melayu Kutai ini, Sugiyono memaparkan dan mendiskripsikan pengukuran komponen- komponen melodik yaitu tentang tinggi nada awal, nada akhir, puncak nada dan julat nada, setiap komponen-komponen tersebut dapat ditemukan nilai terendah dan nilai tertinggi pada setiap melodik yang diukur. Hasil penemuan penelitian Sugiyono ada enam alir nada pokok yang dibahasnya, kemudian temuan lainnya menunjukkan bahwa dalam tuturan deklaratif maupun tuturan interogatif rentang julat nada tuturan bahasa Melayu Kutai yaitu antar 50,21 Hz dan 366,73 Hz dengan rerata 133,39 Hz. Tinggi nada dasar tuturan laki-laki dan nada dasar tuturan perempuan ditemukan sangat signifikan , yaitu p0,0001. Modus deklaratif dan modus interogatif pada nada dasar tuturan laki-laki lebih rendah dibandingkan dengan nada dasar tuturan perempuan yaitu 181,86 Hz berbanding 283,01 Hz. Kontribusi penelitian Sugiyono adalah bahwa persepsi terhadap pemarkah kontras deklaratif dan interogatif hampir semua varian onset P2 dapat memicu munculnya persepsi kontras. Ekskursi P2 dan nada final menjadi parameter yang menentukan kedeklaratifan dan keinterogatifan tuturan.

3.2.5 F.X. Rahyono

Penelitian Rahyono 2003 berbentuk disertasi yang berjudul ―Intonasi Ragam Bahasa Jawa Keraton Yogyakarta Kontras Deklarativitas, Interogativitas, dan Imperati vitas‖. Penelitian Rahyono bertujuan untuk menemukan pola intonasi deklaratif, introgatif, dan imperatif dalam ragam bahasa Jawa yang digunakan di Universitas Sumatera Utara 38 keraton Yogyakarta dan untuk menemukan ciri signifikan yang menandai kontras modus kalimat-kalimat itu. Penelitian Rahyono menggunakan ancangan IPO Instituut voor Perceptie Onderzoek. Ancangan IPO ini adalah model fonetik eksperimental dengan pendekatan bottom-up. Ancangan IPO bertolak dari signal akustik sampai pada analisis statistik parameter akustik ujaran yang diteliti, dan titik awal dari penelitiannya ini adalah pengukuran frekuensi dasar Fo, tetapi titik berat pendekatan ini adalah persepsi. Berdasarkan prinsip pendekatan itulah, IPOmencakup tiga kegiatan pokok, yaitu 1 produksi ujaran, 2 pengolahan data yang berupa analisis akustik, dan 3 uji persepsi. Pola intonasi yang menjadi sasaran penelitian Rahyono, diperoleh melalui sejumlah data ujaran yang diperiksa melalui uji persepsi dan dijaring dari dialog takspontan dipersiapkan dan dialog kuasispontan dengan menggunakan teknik rekam. Data yang diperoleh dari dialog takspontan digunakan sebagai data primer, sedangkan data dialog kuasispontan digunakan sebagai data sekunder. Perekaman data menggunakan alat perekam stereo cassette- recorder Sony WM-D6C dan mikrofon Shure professional unidirectional head-worn dynamic microphone SM10A dan tidak dilakukan di studio rekaman tetapi dilakukan di luar studio. Dialog dilakukan oleh empat orang informan yaitu para abdidalem keraton yang lahir dan dibesarkan di Yogyakarta, jumlah kalimat sasaran sebanyak 112 tuturan. Setiap penutur menghasilkan tuturan sebanyak 4 empat kali tujuh kalimat. Seluruh data ujaran yang telah direkam diklasifikasikan ke dalam modus-modus kalimat dan kalimat sasaran itu pula dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok kalimat yang menggunakan unsur-unsur Universitas Sumatera Utara 39 segmental yang sama dan menjadi tiga tuturan yang digunakan untuk merealisasikan modus kalimat yang berbeda, yakni deklaratif, interogatif, dan imperatif, dan kelompok kedua adalah kalimat dengan modus interogatif dan imperatif yang menggunakan pemarkah modus yang berbeda-beda. Temuan secara menyeluruh dapatlah dilihat bahwa kontras antara kontur modus deklaratif dan imperatif ditandai oleh landaian garis dasar nada. Modus deklaratif didominasi oleh deklinasi, sedangkan pola modus imperatif didominasi oleh garis dasar nada yang mendatar atau inklinasi. Pada modus imperatif rentang nada pada alir nada subjek dan alir nada final terlihat lebih seimbang. Kemudian pada modus deklaratif rentang nada pada alir nada akhir relatif lebih rendah dibandingkan rentang nada pada alir nada subjek. Selanjutnya kontur pada modus interogatif secara keseluruhan tidak ditentukan oleh landaian garis dasar nada dan penanda modus didominasi oleh pola alir nada final dan oleh keseimbangan rentang nada pada semua alir nada di sepanjang kontur. Kontribusi penelitian Rahyono adalah tentang identitas modus dan kontras pola intonasi modus deklaratif, interogatif, dan imperatif yaitu setiap modus memiliki pola intonasi dasar dan varian.

3.2.6 T. Syarfina