Klasifikasi Vokal Klasifikasi Konsonan

62 sama dengan gusi atas dan membentuk bunyi labiodental, sedangkan bibir bawah dan bibir atas membentuk bunyi bilabial.

3.4.4.1.9 Lidah

Lidah adalah alat yang paling aktif dalam menghasilkan bunyi bahasa. Sebagai artikulator, lidah dibagi menjadi lima bagian, yaitu 1 ujung lidah tip of tongue adalah bagian lidah yang paling ujung, 2 daun lidah blade of tongue adalah bagian lidah yang terletak setelah ujung lidah,3 depan lidah front of tongue adalah bagian lidah yang terletak setelah daun lidah, 4belakang lidah back of tongue adalah bagian lidah yang terletak setelah depan lidah, dan 5 akar lidah roof of tongue adalah bagian lidah yang terletak paling dekat dengan glotis atau anak tekak. Chaiyanara, 2006:21.

3.4.5 Bunyi Bahasa Melayu Langkat

Di dalam bahasa Melayu Langkat, bunyi bahasanya terdiri atas vokal dan konsonan sama dengan bunyi bahasa pada umumnya. Menurut Noor dkk. dalam Syarfina, 2011 jumlah fonem bahasa Melayu Langkat berjumlah 28 fonem yang terdiri atas 8 fonem vokal dan 20 fonem konsonan.

3.4.5.1 Klasifikasi Vokal

Vokal di dalam bahasa Melayu Langkat terdiri atas 8 fonem yaitu [i, , ε , ə, a, u, U,  ]. Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut dapatlah dibuat bagan atau peta vokal sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 63 Tabel 3.4. Klasifikai Vokal Bahasa Melayu Langkat Variasi bunyi Depan Tengah Belakang TB B TB B TB B Tinggi i U Agak Tinggi   Sedang ε ə  Agak rendah Rendah a keterangan: TB = Tak Bundar B = Bundar Tabel 3.5. Distribusi Vokal Dalam Kata Bahasa Melayu Langkat Sumber: diubahsuaikan dari Syarfina 2011 Bunyi vokal Posisi Awal Tengah Belakang [i] [ikan] ‗ikan‘ [it ] ‗itik‘ [biji] ‗biji‘ [lidah] ‗lidah [dari] ‗dari‘ [b li] ‗beli‘ [ ] [sik t] ‗sikit‘ [b əlt] ‘tipu [bat ‗sarung wanita‘ [ ε ] [ ε kor] ‘ekor‘ [ ε je ] ‘ejek‘ [benã ] ‘amat‘ [kal ε h] ‘geser‘ [n ε ] ‘ini‘ [t ε ] ‘tidak‘ [ ə] [ənãs] ‘nenas‘ [əmpat]‘empat‘ [təbu] ‘tebu‘ [bəli] ‘beli‘ [a] [anda ]‘anak kelima‘ [ati] ‘hati‘ [lalu] ‘pergi‘ [mãja] ‘apa‘ [sa pa] ‘siapa‘ [uda] ‘anak keenam‘ [ ] [pa t] ‘gantung‘ [da  n] ‗daun‘ [ j  ] ‗itu‘ [ ] [t əumb] ‘gemuk‘ [t əmbs] ‘tembus‘ [u] [usus] ‘usus‘ [unču] ‘anak bungsu‘ [kudok] ‘tengkuk‘ [tabuan] ‘tabuhan‘ [bulu] ‘bulu‘ [dag u] ‘dagu‘ Universitas Sumatera Utara 64

3.4.5.2 Klasifikasi Konsonan

Konsonan di dalam bahasa Melayu Langkat terdiri atas 20 fonem yaitu [p, t, c , k, , b, d, , g, f, s, h, m, n, , ŋ, l, ŕ, w, j]. Berdasarkan posisi pita suara, tempat artikulasi, dan cara artikulasi dapatlah dibuat bagan atau peta konsonan sebagai berikut: Tabel 3.6. Konsonan Bahasa Melayu Langkat tempat cara b il a b ia l la b io - d en ta l Alv eo la r a lv eo p a - la ta l Pa la ta l v ela r u v u la r g lo ta l d en ta l Plosif TB p t k  B b d g Afrikat TB č B  Frikatif TB f s h B  Nasal TB B m n  ŋ Lateral TB B l Getar TB B ŕ Semivokal TB B w j keterangan: TB = Tak Bersuara B = Bersuara Universitas Sumatera Utara 65 Tabel 3.7. Distribusi Konsonan dalam Kata Bahasa Melayu Langkat Sumber: diubahsuaikan dari Syarfina 2011 Bunyi Konsonan Posisi Awal Tengah Belakang [p] [pa ŋkaj] ‗besar‘ [pa ət] ‗gantung‘ [tapak ] ‗telapak‘ [kepoh] ‗kandang‘ [sirip ] ‗sirip‘ [atap ] ‗atap‘ [b] [bil ] ‗kamar‘ [bil ə] ‗kapan‘ [taba] ‗tawa‘ [limbat ] ‘sejenis lele‘ [t] [ti ŋkap] ‘jendela‘ [tilam] ‘kasur‘ [linta ŕ ] ‘petir‘ [kati ŋ] ‘keranjang‘ [sikat ] ‘sisir‘ [ja ε t ] ‘jahit‘ [d] [dula] ‘talam berkaki‘ [da  n] ‘daun‘ [bedi ] ‘buka mata‘ [and  ŋ] ‘nenek‘ [ č] [ čaŋk ε h ] ‘cengkeh‘ [ čika] ‘racun kepiting‘ [un ču] ‘ anak bungsu ‘ [ka ču] ‘gambir‘ [ ] [ ia] ‘dangkal‘ [ alaŋ] ‘liar‘ [ron aŋ]‘jangkung‘ [tu oh] ‘tujuh‘ [k] [k əntən] ‘beduk‘ [kinĭn] ‘sekarang‘ [aka ] ‘kakak‘ [waktu ] ‘waktu‘ [lao ] ‘lauk‘ [tandi ] ‘sangat‘ [g] [genõhor] ‘dapur gula‘ [gabar ] ‘mengingau‘ [u ŋgas] ‘burung‘ [pi ŋgaŋ] ‘pinggang‘  [ əla] ‗bosan‘ [tapa ] ‗jejak kaki‘ [f] [fak ŕ] ‗fakir‘ [mã af] ‗maaf‘ [s] [sə ãp] ‘sepi‘ [sudu] ‘sendok‘ [lasa] ‘lemah‘ [basah ] ‘basah‘ [rupas ] ‘koyak‘ [ambus] ‘minggat‘ [h] [haram ] ‘haram‘ [halkom] ‘jakun‘ [paha] ‘paha‘ [pəlahan] ‘perlahan‘ [lidah ] ‘lidah‘ [paroh ] ‘paruh‘ [m] [m ũlt] ‘mulut‘ [mãja ] ‘apa‘ [lembit ] ‘lembut‘ [tem ũro?] ‘telur busuk‘ [jarom ] ‘jarum‘ [ketam] ‘kepiting‘ [ ŋ] [ ŋãet] ‘menjolok‘‘ [ ŋẽmãt]‗membidik‘ [ba ŋket] ‘bangun‘ [ta ŋãh] ‘sedang‘ [m ẽnõŋ]‘termenung‘ [ando ŋ]‘nenek‘ [l] [lali] ‗lewat‘ [lambat ] ‗lambat‘ [bul h] ‗bambu‘ [kel εh] ‗lihat‘ [c aŋkol]‗cangkul‘ [taŋkal] ‗anti‘ [ ŕ] [ŕawa] ‗rawa‘ [ŕebus] ‗rebus‘ [aŕi] ‗hari‘ [kuraŋ] ‗kurang‘ [teg aŕ] ‗tegar‘ [uloŕ] ‗ulur‘ [w] [waris] ‘ahli waris‘ [wali] ‘wali‘ [bawa] ‘bawa‘ [pe ŋgawaŋ] ‘galah‘ [ elebaw] ‘labi-labi‘ [kerbaw] ‘kerbau‘ [j] [j akin] ‘yakin‘ [j o] ‘itu‘ [saja ] ‘tapisan‘ [buaj a] ‘buaya‘ [sa ŋaj] ‘tudung saji‘ [petaj ] ‘petai‘ Universitas Sumatera Utara 66

3.5 Kerangka Teori

Trubetzkoy 1962:11 mengatakan bahwa fonetik adalah ilmu yang mengkaji bahasa yang berkaitan atau berhubungan dengan peristiwa tuturan tanpa mempertimbangkan fungsi bunyi itu sebagai pembeda makna dalam suatu bahasa, sedangkan fonologi adalah ilmu yang mengkaji bunyi yang berhubungan dengan sistem suatu bahasa juga merupakan studi fungsi linguistik bunyi bahasa. Fonetik menyelidiki bunyi bahasa dari sudut tuturan atau ujaran berusaha merumuskan secara teratur tentang asal bunyi bahasa. Seperti yang dikatakan Malmberg 1974 bahwa fonetik akustis mempelajari bunyi bahasa dari segi bunyi sebagai gejala fisis. Bunyi-bunyi diselidiki frekuensi getarannya, amplitud, intensitas dan timbernya. Menurut Bright 1992 fonetik akustik menyelidiki gelombang suara sebagai peristiwa fisika atau fenomena alam yang membentuk hubungan antara pembicara dan pendengar. Gelombang suara adalah udara yang bergerak dalam gelombang-gelombang dengan cepat dan tidak teratur. Maksudnya partikel pertikel udara dibuat bergerak, dan gerakan itu mendesak partikel-partikel yang lain, dan pertikel yang lain itu mendesak pertikel udara yang lain lagi, dan begitu terus sampai membentuk gelombang suara. Oleh karenanya, sebuah bunyi atas gelombang suara itu dapat diklasifikasikan menurut ciri-cirinya sewaktu diucapkan disebut bunyi bunyi suprasegmental atau disebut juga dengan ciri-ciri Prosodi prosodic features cf. Bloch George L. Trager, 1942:34 Samsuri, 1970:6--7 melalui Marsono, 1993:115. Universitas Sumatera Utara 67 Ciri prosodi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Panjang atau kuantitas maksudnya menyangkut lamanya bunyi diucapkan. 2. Nada Pitch atau yang disebut juga dengan intonasi maksudnya nada menyangkut tinggi rendahnya suatu bunyi. 3. Tekanan Stress menyangkut keras lunak lemah-nya bunyi. 4. Jeda atau Persendian Juncture maksudnya menyangkut perhentian bunyi dalam bahasa. Keberadaan fitur prosodi yang mengikuti gelombang bunyi mempunyai beberapa fungsi. Menurut Rietveld dan Heuven 2001 fitur prosodi dalam tuturan mempunyai empat fungsi yang berbeda, yaitu: 1. fungsi leksikal Fitur prosodi yang keberadaannya dapat mempengaruhi makna satuan bahasa. Fitur yang mempunyai fungsi tersebut dapat berupa tekanan dan nada. 2. fungsi demarkatif Fitur prosodi yang berperan sebagai pemarkah batas satuan bahasa. Fitur yang dimaksud dapat berupa jeda, tempo, dan tekanan di awal dan di akhir satuan. 3. fungsi informatif. Fitur prosodi yang berperan memberi penegasan atau penerangan pada tuturan yang diujarkan. Fitur yang dimaksud dapat berupa aksen dan pola intonasi. 4. penanda sikap dan emosi. Universitas Sumatera Utara 68 Melalui fitur prosodi dapat diketahui sikap dan kondisi emosional penutur. Fitur ini diketahui melalui perubahan durasi, tinggi nada, dan intonasi. Keempat fungsi di atas dapat dilihat secara jelas melalui persepsi yang ditimbulkan terhadap untaian bunyi satuan bahasa. Crystal 1989:171 juga berpendapat bahwa intonasi dan ciri suprasegmentalprosodi itu mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai, 1 penanda emosional yaitu untuk mengekspresikan tentang makna yang berhubungan dengan sikap-senang, bosan, terkejut, keramahan, penerimaan, dan sikap lainnya. Intonasi, fitur prosodi dan paralinguistik lainnya melengkapi ekspresi emosional 2 penanda gramatikal, karena intonasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam penandaan kontras gramatikal. Dalam indentifikasi unit-unit besar gramatikal yaitu klausa dan kalimat sangat bergantung pada bagaimana kontur nada memilah-milah suatu ujaran; beberapa kontras khusus, seperti kalimat pernyataan dan kalimat pertanyaan, ataupun kalimat positif dan kalimat negatif, semuanya dapat mengandalkan intonasi. 3 penanda struktur informasi karena intonasi dapat menyampaikan tentang banyak hal apakah ada sesuatu yang baru ataukah sesuatu yang telah diketahui dalam makna suatu ujaran yang dikenal sebagai ‗struktur informasi‘ dari ujaran tersebut. Ketika seseorang mengatakan ‗Saya melihat mobil berwarna BIRU‘, penekanan intonasi maksimum pada ‗biru‘. Oleh karena itu, orang yang mendengar memberikan dugaan awal bahwa seseorang itu telah meragukan warna; apabila p enekanan pada kata ‗saya‘ hal tersebut akan memberikan dugaan pertanyaan sebelumnya tentang siapa orang yang dilibatkan, karena sangatlah aneh ketika seseorang bertanya ‗Siapa melihat mobil berwarna biru?‘, dan jawabannya adalah ‗Saya melihat mobil BIRU‘, 4 Universitas Sumatera Utara 69 penanda tekstual karena intonasi bukan hanya digunakan untuk memberi tanda dalam struktur kalimat, tetapi merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam suatu konstruksi cakupan yang lebih luas dari wacana discourse. Pada pembacaan berita radio, koherensi prosodi dapat digambarkan dengan baik yaitu cara memberikan bentuk melodi distingtif pada paragraf-paragraf informasi. 5 penanda psikologi karena intonasi sangat membantu dalam mengorganisasikan bahasa ke bagian-bagian yang lebih mudah dipahami, dan kemampuan dalam mengorganisasikan ujaran ke bagian-bagian intonasi juga merupakan suatu ciri penting dari pemerolehan bahasa normal, dan 6 penanda indeksikal, yaitu sebagai penanda terhadap identitas pribadi atau suatu fungsi ‗indeksikal‘, ciri tersebut membantu mengidentifikasi orang sebagai milik kelompok sosial dan pekerjaan yang berbeda seperti pendeta, pedagang kaki lima, prajurit tentara. Berdasarkan beberapa uraian di atas dapatlah diambil simpulan bahwa, penelitian intonasi adalah penelitian yang berhubungan dengan fonetik akustik. Menurut Rahyono 2003:11 penelitian intonasi ini dapat dilakukan dengan cara 1 produksi data, 2 analisis akustik, dan 3 uji persepsi. Pada tahap produksi tuturan mempunyai dua kegiatan yaitu, penjaringan data dan seleksi korpus data. Sedangkan, pada tahap analisis akustik mempunyai dua kegiatan yaitu tuturan disegmentasikan dan sintesis tuturan. Pada tahap yang terakhir, adalah uji persepsi yang terdiri atas tiga kegiatan yaitu penyusunan stimulus, penilaian dari responden, dan analisis statistik.

3.5.1 Frekuensi