42 Kontribusi penelitian Syarfina adalah ditemukannya pola alir nada kalimat
deklaraif, interogatif, dan imperatif bahasa Melayu Deli. Alir nada modus-modus kalimat dalam bahasa Melayu Deli adalah alir nada naik, turun, naik-turun, naik-
datar, datar-turun dan turun-naik.
3.2.7 T. Syarfina dan T. Silvana Sinar
Syarfina dan Silvana 2010 dalam bukunya yang berjudul ‖Ciri Akustik
Bahasa Melayu Langkat‖. Syarfina dan Silvana mengkaji bahasa Melayu Langkat
dengan tujuan untuk menentukan ciri akustik mana yang signifikan sebagai penanda modus, kemudian apakah ketiga modus tuturan yang diamati menandai
kelompok sosial tertentu, juga mencari ciri suprasegmental apa yang menandai kelompok sosial itu. Dalam penelitian ini Syarfina dan Silvana tidak
menggunakan teori Sosiolinguistik. Pengumpulan data dilakukan dengan cara merekam tuturan bahasa Melayu
Langkat yang tinggal di wilayah Langkat dalam tiga modus, yaitu berita, tanya, dan perintah yang berjumlah 108 orang penutur dengan menggunakan perekam
audio yang kemudian digitalisasi menggunakan alat program komputer. Kemudian dalam teknik pengumpulan data, data yang terkumpul diolah dengan
menggunakan program PraatVersi 4.0.27. Dalam pengolahan data, Syarfina dan Silvana melakukannya dengan beberapa tahap yaitu dengan cara 1 Digitalisasi,
2 Segmentasi data, 3 Pembuatan salinan kontur, dan 4 Uji statistik. Semua pendekatan yang dilakukan adalah untuk menjawab rumusan
masalah dalam penelitian Syarfina dan Silvana yaitu 1 Bagaimanakah ciri akustik tuturan kalimat bahasa Melayu Langkat menurut modusnya? 2 Apakah
modus deklaratif, modus imperatif, dan modus interogatif menandai kelompok-
Universitas Sumatera Utara
43 kelompok sosial penutur bahasa Melayu Langkat? 3 Apakah ciri akustik seperti
frekuensi, durasi, dan intensitas yang menandai kelompok-kelompok sosial penutur bahasa Melayu Langkat?
Dari rumusan-rumusan di atas peneliti dapat menemukan hasil temuan yaitu frekuensi suara, intensitas suara dan durasi sangat distingtif dalam tuturan
Bahasa Melayu Langkat, berarti ciri akustik tuturan bahasa Melayu Langkat dapat menjadi penanda sosial penutur dalam kelompok-kelompok berdasarkan variabel
jenis kelamin, tingkat pendidikan, usia, kelas sosial, dan keseringan penggunaan dari bahasa Melayu Langkat.
Kemudian dalam penelitian ini ditemukan bahwa melalui analisis akustik tuturan, nada tertinggi, nada dasar, nada final, nada rendah, durasi dan intensitas
dapat dijadikan pemarkah sosial penutur bahasa Melayu Langkat, tetapi perbedaan yang siginfikan hanya ditemukan pada intensitas saja. Ketika perempuan
berbicara, frekuensi nada tertinggi, nada dasar, nada rendah dan nada final lebih tinggi daripada tuturan laki-laki, tetapi tidak ditemukan perbedaan pada ekskursi
nada final. Pada variabel generasi ditemukan tinggi julat nada, nada dasar, nada final ketika berbicara dan ekskursi nada finalnya lebih tinggi dibandingkan
dengan tuturan usia tua. Secara umum durasi deklaratif lebih besar dibandingkan dengan durasi interogatif, sedangkan durasi deklaratif hampir sama dengan durasi
imperatif yang ditemukan pada beberapa variabel yaitu variabel jenis kelamin, generasi, kelas pekerjaan, nelayan, pedagang dan pegawai, pendidikan
pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Durasi silabel awal dan konstituen selalu lebih panjang dibanding dengan durasi silabel tengah konstituen.
Intensitas pada variabel kelamin, generasi, pendidikan, dan penggunaaan bahasa
Universitas Sumatera Utara
44 Melayu Langkat ditemukan perbedaan pada intensitas dasar, final, rendah dan
intensitas tertinggi, serta perbedaan ditemukan pada seluruh variabel penelitian ini.
Kontribusi dari penelitian ini, yaitu frekuensi nada tertinggi, nada dasar, nada rendah dan nada final perempuan lebih tinggi daripada tuturan laki-laki,
Pada variabel generasi ditemukan tinggi julat nada, nada dasar, nada final ketika berbicara dan ekskursi nada finalnya lebih tinggi dibandingkan dengan tuturan
usia tua.
3.2.8 Hesti Fibriasari