commit to user 31
Dalam bagan Larson tersebut, makna dibingkai dalam bentuk lingkaran. Hal ini mengandung maksud bahwa makna BSu harus dipahami secara utuh dan
diungkapkan secara penuh ke dalam teks BSa.
5. Kompetensi Penerjemah
Bell 1991 mendefinisikan kompetensi penerjemah sebagai pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki penerjemah dalam melakukan penerjemahan.
Sementara itu Wills menyatakan bahwa kompetensi penerjemah didasarkan pada pengetahuan yang mendalam mengenai BSu dan BSa, termasuk segi-segi pragmatik
dalam Arozco dan Albir, 2002. Definisi lain mengenai kompetensi penerjemah dinyatakan oleh PACTE Process of the Acquisition of Translation Competence
Evaluation, bahwa kompetensi penerjemah didefinisikan sebagai sistem yang mendasari pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan seseorang agar dia mampu
menerjemahkan dalam Orozco, 2002. Berdasar beberapa definisi ini dapat dinyatakan bahwa kompetensi penerjemah mencakup dua unsur penting, yaitu
pengetahuan tentang penerjemahan dan ketrampilan dalam menerjemahkan. Mengenai dua unsur kompetensi penerjemah ini tentu saja memerlukan penjelasan
lebih lanjut agar didapatkan gambaran yang lebih rinci. Menurut Pinchuck 1977 kompetensi dan kinerja penerjemah mencakup: 1
Penguasaan bahasa asing selain bahasanya sendiri.; 2 pemahaman yang baik tentang sastra, budaya, dan sejarah negara tempat asal teks yang akan diterjemahkan; 3
Proses mental yang mendasari penerjemahan yang berupa konsep-konsep yang
commit to user 32
tersimpan dalam pikiran. Penerjemahan sebagai proses di mana kata-kata diubah menjadi konsep dan konsep ini diungkapkan kembali ke dalam kata-kata; 4
Kepemilikan ilmu dalam bidang tertentu sesuai dengan teks yang diterjemahkan Sementara itu PACTE 2003 menjelaskan bahwa kompetensi penerjemah terdiri
dari 6 sub-kompetensi, yaitu: 1 sub-kompetensi dua bahasa yang terlibat dalam penerjemahan;
2 sub-kompetensi
ekstralinguistik; 3
sub-kompetensi instrumentalprofesional; 4 sub-kompetensi psiko-fisiologis; 5 sub-kompetensi
transfer; dan 6 sub-kompetensi strategis. Sub-kompetensi bahasa adalah sistem yang mendasari pengetahuan dan
kemampuan bahasa untuk berkomunikasi dalam dua bahasa yang terlibat dalam penerjemahan. Sub-kompetensi ekstra linguistik adalah pengetahuan yang eksplisit
dan implisit terhadap kata-kata dalam bidang pengetahuan umum dan khusus. Pengetahuan lain yang tercakup dalam sub-kompetensi ekstra linguistik ini adalah
pengetahuan tentang budaya baik budaya BSu maupun BSa, pengetahuan tentang teori penerjemahan, serta pengetahuan ensiklopedik dan tematik. Sub-kompetensi
instrumentalprofesional yakni kompetensi yang terkait dengan kemampuan penerjemah dalam menggunakan alat bantu penerjemahan, misalnya penggunaan
teknologi baru. Adapun sub-kompetensi psiko-fisiologis adalah kemampuan menggunakan aspek psikomotorik, kognitif, dan atitudional. Sub-kompetensi transfer
adalah kemampuan untuk melakukan proses transfer dari teks BSu ke dalam teks BSa, dengan cara memahami teks sumber dan mengungkapkan kembali ke dalam
bahasa sasaran. Sementara itu, sub-kompetensi strategis adalah kemampuan untuk
commit to user 33
memecahkan permasalahan yang dihadapi penerjemah selama proses penerjemahan berlangsung. Strategi penerjemah dalam melakukan penerjemahan ini diwujudkan
dengan memilih teknik-teknik penerjemahan yang sesuai untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
6. Kesepadanan dalam Penerjemahan