commit to user 16
demi kesepadanan maknanya. Pendapat yang disampaikan oleh Nida dan Taber ini didasarkan pada kenyataan bahwa tiap-tiap bahasa memiliki karakter sendiri-sendiri,
perbedaan antara bahasa yang satu dengan bahasa lainnya pasti ada, termasuk kecenderungan-kecenderungan yang lebih disukai oleh masyarakat dalam menyusun
teks tertentu sebagaimana telah dinyatakan dalam bab pendahuluan. Berdasarkan beberapa definisi yang telah disampaikan di atas dapat
dinyatakan, bahwa penerjemahan merupakan pengalihan suatu teks dari bahasa yang satu BSu ke bahasa lain BSa, dalam pengalihan ini makna harus ditransfer setepat-
tepatnya sementara itu gaya bahasa teks yang diterjemahkan boleh diubah sesuai dengan tujuan penerjemahan. Dalam konteks perubahan gaya bahasa Simatupang
2000 menyatakan bahwa pekerjaan penerjemahan, paling sedikit ada empat hal besar aturan berbahasa yang perlu diperhatikan untuk mencapai kewajaran, yaitu
aturan gramatikal, aturan kolokasi, aturan fonologi, dan aturan tatakrama berbahasa. Pendapat ini mengimplikasikan bahwa perubahan bentuk dalam penerjemahan tidak
dapat dihindari, termasuk perubahan pola penanda kohesi yang menjadi fokus dalam penelitian ini
2. Pergeseran dalam Penerjemahan
Pergeseran bertitik tolak dari kesepadanan formal dalam proses pengalihan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran Catford, 1974. Kesepadanan formal
adalah satuan kebahasaan dalam bahasa sumber yang menempati tempat yang sesuai atau tempat yang sama di dalam bahasa sasaran. Pergeseran formal dalam terjemahan
commit to user 17
sangat dimungkinkan sehubungan dengan usaha untuk membuat terjemahan agar menjadi wajar, sesuai dengan tatabahasa BSa sehingga mudah dipahami oleh
pembaca. Catford Catford, 1974 memilahkan pergeseran dalam terjemahan menjadi
tiga, yaitu pergeseran tataran unit shift atau rank shift, pergeseran struktur structure shift dan pergeseran kelas kata class shift. Pergeseran tataran terjadi
apabila sebuah tataran dalam bahasa sumber mempunyai padanan tataran yang berbeda dalam bahasa sasaran. Tataran yang terdapat dalam bahasa antara lain tataran
fonem, tataran morfem, tataran kata, tataran frase, tataran klausa, tataran kalimat, dan tataran alinea. Contoh pergeseran tataran yaitu kata adept diterjemahkan menjadi
„sangat terampil‟. Adept tersebut merupakan satuan kebahasaan dalam tataran kata, sementara itu terjemahannya, yakni „sangat terampil‟ merupakan satuan kebahasaan
yang berupa frase. Penerjemahan adept menjadi „sangat terampil‟ tersebut terjadi
pergereran tataran. Pergeseran tataran bisa terjadi dari tataran kata menjadi frase, dari klausa menjadi kalimat, dari kalimat menjadi alinea, dan sebagainya.
Pergeseran kelas kata adalah satuan kebahasaan dalam bahasa sumber dan terjemahannya dalam sasaran termasuk kelas kata yang berbeda. Kelas kata adalah
golongan kata yang memiliki kesamaan perilaku formal; klasifikasi atas nomina, adjektif, dan sebagainya Harimurti Kridalaksana, 1933: 104. Rochayah Machali
2000: 68 memberikan contoh terjemahan yang mengalami pergeseran kelas kata, yaitu sebagai berikut.
2-1 The neighbours were hostile to the family
commit to user 18
Kalimat tersebut diterjemahkan „Para tetangga itu memusuhi keluarga itu‟. Kata hostile dalam BSu tersebut merupakan kata sifat sedangkan terjemahannya
„memusuhi‟ merupakan kata kerja. Dengan demikian dalam penerjemahan tersebut terjadi pergeseran kelas kata.
Pergeseran struktur dalam terjemahan terjadi apabila padanan dalam bahasa sumber mempunyai perubahan urutan elemen dengan bahasa sasaran Catford, 1974.
Struktur adalah organisasi berbagai unsur bahasa yang masing-masing merupakan pola bermakna Harimurti Kridalaksana, 1993: 202. Pendapat yang sama dinyatakan
oleh Catford 1974, bahwa struktur adalah susunan segmen-segmen. Sementara itu Verhaar 1996 memberikan uraian yang lebih rinci tentang struktur sebagaimana ia
nyatakan: Istilah struktur lazimnya adalah nama susunan tuturan atau konstituen di dalamnya dari kiri ke kanan, yaitu sebagai susunan segmen-segmen. Struktur terdiri
atas segmen atau konstituen dari suatu tuturan. Pergeseran struktur dalam terjemahan bisa terjadi pada berbagai unit kebahasaan, antara lain frase, klausa, dan kalimat.
Contoh pergeseran struktur dalam penerjemahan yaitu frase green tea yang diterjemahkan „teh hijau‟. Struktur kelompok nomina green tea adalah modifier yang
diikuti inti head . Sementara itu, struktur kelompok kata terjemahannya, yakni „teh
h ijau‟, adalah inti head yang diikuti oleh modifier. Penerjemahan green tea menjadi
„teh hijau‟ tersebut terjadi pergeseran struktur.
commit to user 19
3. Teknik Penerjemahan