commit to user 74
yang mengantarai kohesi berjarak mediated tidak harus sama seperti dalam contoh di atas, yakni she. Mungkin saja elemen yang mengantarai dalam bentuk yang berbeda,
misalnya her. Kalimat 7 dalam teks di atas terdapat kohesi leksikal rub dalam klausa rub
as she would. Kata rub ini mengacu pada rub dalam kalimat 3, yakni dalam Alice rubbed her eyes. Kalimat 4
– 6 dalam teks tersebut tidak terdapat acuan untuk kata rub. Kohesi semacam ini merupakan kohesi berjarak yang disebut dengan remote.
Sebuah ikatan kohesi juga dimungkinkan sebagai kohesi mediated dan sekaligus remote. Kata she dalam kalimat 7 tidak memiliki acuan dalam kalimat 6.
Hal ini disebut dengan remote. Kata she dalam kalimat 7 tersebut berkaitan dengan she dalam kalimat 5. Hal ini harus ditelusuri lagi hingga ditemukan acuannya.
Dalam kalimat 4 juga terdapat kata she yang masih berkaitan dengan she dalam kalimat 7 dan 5. Penelusuran she ini akhirnya sampai pada Alice dalam kalimat
3. Alice inilah yang menjadi acuan she dalam kalimat 7. Jadi she dalam kalimat 7 dan elemen kohesinya dalam kalimat 3 selain sebagai kohesi remote juga
sebagai kohesi mediated.
B. Kajian Pustaka
Penelitian terjemahan penanda kohesi dari bahasa Inggris ke dalam berbagai bahasa lain pernah dilakukan, termasuk ke dalam bahasa Indonesia. Kajian
penerjemahan penada kohesi dari bahasa Inggris ke bahasa lain selain bahasa Indonesia di antaranya dilakukan oleh Li Xiuying 2009 dalam artikelnya yang
commit to user 75
berjudul An analysis of the Cohesive Devices Adopted by Burton Watson and William H. Nienhauser, J.R. in Translating Shi Ji Records of the Historian Into English. Di
dalam artikel ini dibahas penerjemahan penanda kohesi teks dalam bahasa Cina yang berjudul Shi ji ke dalam bahasa Inggris oleh dua orang penerjemah, yaitu Burton
Watson dan William H. Nienhauser, J.R. Penanda kohesi yang dikaji hanya penanda kohesi pengacuan dan perangkaian. Penanda kohesi pengacuan dalam teks Shi ji
biasanya dilesapkan. Misalnya apabila terdapat orang yang sama dalam rangkaian klausa maka orang itu hanya disebutkan pada klausa yang pertama, dalam klausa-
klausa berikutnya nama orang itu dilesapkan. Burton Watson dalam terjemahannya lebih banyak mengeksplisitkan penanda kohesi tersebut daripada William H.
Nienhauser, J.R. Sementara itu konjungsi dalam teks Shi ji sering dilesapkan, namun dieksplisitkan oleh kedua penerjemah tersebut. Sementara itu Schiller 2006 dalam
artikelnya yang berjudul Website Translation: Issues of Cohesion mengkaji penerjemahan website yang difokuskan pada permasalahan kohesi dalam website.
Dalam artikel ini dibahas fitur-fitur utama website yang diikuti dengan pembahasan kohesi dalam linguistik dan kohesi dalam media visual. Setelah itu dilanjutkan
dengan pembicaraan kohesi dalam website dan signifikansinya dalam penerjemahan. Penelitian tentang penerjemahan penanda kohesi juga pernah dilakukan oleh
Mahlberg 2006 dalam artikelnya yang berjudul Lexical Cohesion: Corpus Linguistic Theory and Application in English Language Teaching. Artikel ini
membahas kohesi leksikal khususnya strategi leksikal yang diterapkan dalam teks BSu, ciri-ciri jaringan kohesi dan tipe-tipe struktur semantik yang terdapat dalam teks
commit to user 76
BSu. Setelah itu baru mengkaji teks BSa dalam hal strategi kohesi leksikal dan struktur semantiknya. Apabila teks BSu dan BSa memiliki strategi kohesi leksikal
yang sama maka teks BSu dan BSa dipandang sepadan. Dalam artikel ini tidak dikemukakan analisis teks BSu dan BSa sebagai padanannya, jadi sifatnya hanya
teoritis.
Sementara itu Saedi 1997 dalam artikel yang berjudul “Lexical Cohesion and Tr
anslation Equivalence”, dalam Meta: Translators‟ Journal, membahas kesepadanan kohesi leksikal dalam penerjemahan. Dalam artikel ini dinyatakan
bahwa kohesi merupakan salah satu fitur teks yang penting. Sebagai salah satu fitur teks, kohesi dapat membedakan teks dengan yang bukan teks. Dalam membahas
kesepadanan kohesi leksikal terlebih dahulu harus memahami strategi leksikal yang diterapkan dalam teks BSu dan tipe-tipe struktur semantik yang terdapat dalam
untaian leksikal yang bersifat kohesif di dalam teks BSu. Setelah itu baru mengkaji teks BSa dalam hal strategi kohesi leksikal dan struktur semantiknya. Apabila teks
BSu dan BSa memiliki strategi kohesi leksikal yang sama maka teks BSu dan BSa dipandang sepadan. Dalam artikel ini tidak dikemukakan analisis teks BSu dan BSa
sebagai padanannya, namun hanya dikemukakan teks BSu dan analisis kohesi
leksikalnya.
Penelitian terjemahan penanda kohesi dari bahasa Inggris ke dalam bahasa
Indonesia di antaranya dilakukan oleh Zainal Arifin dalam tesisnya yang berjudul
Analisis Terjemahan Penanda Kohesi Rujukan dalam Buku Civic Culture Karya Gabriel A. Almond Politik dan Sydney Verba menjadi Budaya Politik oleh Sahat
Simamora 2006. Penelitian yang dilakukan oleh Zainal Arifin ini dibatasi
commit to user 77
pengkajian terjemahan penanda kohesi rujukan referensi. Tipe-tipe kohesi lainnya, yaitu penanda kohesi penyulihan, pelesapan, perangkaian dan penanda kohesi leksikal
tidak dikaji dalam penelitian ini. Penelitian penanda kohesi dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia juga
pernah dilakukan oleh Frans Made Brata 2007 dalam artikel yang berjudul Cohesion and Coherence Shift of Expression in Translation. Novel yang diteliti
dalam artikel ini adalah novel yang berjudul “Miror Image” dan terjemahannya “Belahan Jiwa”. Dalam artikel ini dibahas tentang eksplisitasi dalam penerjemahan .
Elemen-elemen teks BSu dalam penerjemahan dapat menjadi lebih eksplisit dari teks BSa. Sebagai contoh: …a wall diterjemahkan „…tembok pemisah‟. Selain itu juga
membahas perubahan bentuk dan fungsi unit kebahasaan dalam penerjemahan. Contohnya: …the light of my life diterjemahkan „…permata hidupku‟. Pembahasan
pada artikel ini difokuskan pada eksplisitasi makna penanda kohesi khususnya eksplisitasi makna leksikal.
Berdasar penelitian dan pembahasan tentang kohesi yang telah dikemukakan di atas menunjukkan bahwa kohesi menjadi kajian yang menarik dalam
penerjemahan. Kajian kohesi telah dilakukan dari bahasa Inggris ke dalam berbagai bahasa lain termasuk bahasa Indonesia. Penelitian tentang terjemahan penanda kohesi
yang telah dilakukan ada yang hanya mencakup sebagian dari tipe-tipe kohesi dan ada yang mencakup semua tipe kohesi. Penelitian penerjemahan penanda kohesi
dari bahasa Inggris ke dalam berbagai bahasa, selain bahasa Indonesia, yang telah disebutkan di atas ada yang dilakukan hanya pada sebagian penanda kohesi dan ada
commit to user 78
juga yang dilakukan secara menyeluruh, meliputi semua penanda kohesi. Sementara itu, penelitian tentang penerjemahan kohesi yang telah dilakukan dari bahasa Inggris
ke dalam bahasa Indonesia baru mencakup sebagian tipe penanda kohesi, khususnya penanda kohesi referensial, penelitian terhadap tipe-tipe lainnya belum dilakukan.
Untuk itu masih diperlukan penelitian terhadap tipe-tipe kohesi lainnya, seperti tipe kohesi pelesapan, penyulihan, perangkaian, dan konjungsi leksikal. Penelitian
penerjemahan penanda kohesi di sini dilakukan terhadap penerjemahan penanda kohesi gramatikal yang mencakup kohesi pengacuan, pelesapan, penyulihan, dan
perangkaian. Di samping itu, penelitian ini juga dilakukan secara holistik, yakni penelitian yang mencakup aspek objektif, genetif, dan afektif. Penelitian semacam ini
memberikan gambaran terjemahan penanda kohesi secara komprehensif.
C. Kerangka Pikir