Kadar air Analisis Kimia Biskuit
Hasil analisis ragam kadar air menunjukkan bahwa formulasi biskuit dengan penambahan tepung ikan pepetek dan tepung ubi jalar putih untuk
mensubstitusi tepung terigu dalam pembuatan biskuit memberikan pengaruh nyata Lampiran 17. Hasil uji lanjut BNJ Tukey menunjukkan bahwa
formulasi biskuit B0 berbeda nyata dengan formulasi biskuit B4. Sedangkan formulasi biskuit B0 tidak berbeda nyata dengan formulasi biskuit B1, B2 dan B3.
Semakin tinggi konsentrasi tepung ikan pepetek yang ditambahkan dalam pembuatan biskuit, semakin rendah kadar air biskuitnya. Hal ini tidak terlepas dari
kadar air tepung ikan pepetek yang sangat kecil 4,37 . Kadar air formulasi biskuit B0 paling tinggi karena diduga dipengaruhi juga oleh kadar air
tepung terigu yang cukup tinggi 11,18 bila dibandingkan kadar air tepung ikan pepetek dan tepung ubi jalar putih 5,13 , karena pada formulasi biskuit
B0 menggunakan tepung terigu 100 . Tepung terigu dalam adonan berfungsi sebagai bahan pengikat. Salah satu
fungsi bahan pengikat adalah mengurangi penyusutan selama pemasakan atau pemanggangan Tanikawa, 1971. Jadi, semakin tinggi tepung terigu pada produk,
maka kemampuan untuk mengurangi penyusutan selama pemanggangan semakin besar. Hal ini dapat dilihat pada nilai kadar air formulasi biskuit B0 dengan
nilai kadar air biskuit yang lain. Sedangkan pada formulasi biskuit B1, B2, B3 dan B4, dimana memiliki kandungan tepung terigu yang sama, nilai kadar airnya juga
semakin menurun. Hal ini tidak terlepas dari kandungan tepung ubi jalar putih yang semakin kecil karena tepung ubi jalar putih dapat berfungsi sebagai bahan
pengikat yang dapat mengurangi penyusutan bahan selama pemanggangan. Jika semakin kecil jumlah tepung ubi jalar putih yang ditambahkan, maka semakin
kecil kemampuan untuk mengurangi penyusutan pada saat pemanggangan sehingga kadar airnya semakin menurun.