Data peubah yang diamati dianalisis secara statistik dengan analisis ragam ANOVA. Apabila hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata atau
menunjukan adanya interaksi, maka dilakukan analisis lanjutan yang gunanya untuk mengetahui perlakuan mana yang paling berpengaruh pada percobaan.
Uji lanjut yang digunakan adalah Beda Nyata Jujur BNJ atau Tukey. Data hasil uji organoleptik dianalisis secara statistik non parametrik
Kruskal Wallis . Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah antara perlakuan
berbeda nyata dalam ranking. Apabila hasil analisis menunjukkan hasil yang berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Multiple Comparison yang
bertujuan untuk mengetahui perlakuan mana saja yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap parameter yang dianalisis.
Menurut Steel dan Torrie 1991, perhitungan statistik Kruskal Wallis dilakukan dengan menggunakan rumus :
H =
∑
+ −
+ 1
3 1
12
2
n ni
Ri n
n H` =
Pembagi H
Pembagi = 1 - 1
1 +
−
∑
n n
T
Keterangan : ni = Banyaknya pengamatan dalam perlakuan ke-i
N = Banyaknya data Ri = Jumlah ranking dalam contoh ke-i
T = Banyak pengamatan yang seri dalam ulangan ke-i H` = H terkoreksi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penelitian Tahap I
Penelitian tahap I terdiri dari analisis kandungan kimia ikan pepetek Leiognathus sp., karakteristik tepung ikan pepetek dan karakteristik
tepung ubi jalar putih Ipomoea batatas L. Pada tepung ikan pepetek dan tepung ubi jalar putih, analisis yang dilakukan adalah karakteristik fisik dan kimia.
4.1.1. Analisis kandungan kimia ikan pepetek Leiognathus sp.
Hasil analisis kandungan kimia ikan pepetek Leiognathus sp. yang diperoleh meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan
kadar karbohidrat disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Kandungan kimia ikan pepetek Leiognathus sp.
Parameter Ikan pepetek
bb Ikan pepetek
bk Kadar air
77,07 -
Kadar abu 4,56
19,88 Kadar protein
13,52 58,96
Kadar lemak 3,95
17,23 Kadar karbohidrat
by difference 0,90 3,92
Kadar air ikan pepetek yang diperoleh sebesar 77,07 bb. Kadar air ini cukup tinggi, karena pada kebanyakan ikan memiliki kadar air yang tinggi.
Kadar abu ikan pepetek sejumlah 4,56 . Kadar abu yang tinggi ini dikarenakan dalam pembuatan tepung ikan, bagian seperti tulang, sirip dan sisik
diikutsertakan. Kandungan pada tulang sebagian besar adalah mineral, seperti kalsium dan fosfor yang merupakan bagian dari abu Winarno, 1997.
Kadar protein, kadar lemak dan karbohidrat by difference berturut-turut adalah 13,52 , 3,95 , 0,90 . Kadar karbohidrat pada ikan sangat kecil bila
dibandingkan dengan kadar karbohidrat pada tanaman karena karbohidrat pada ikan berasal dari glikogen yang jumlahnya sangat kecil. Dari hasil analisis kimia
yang dilakukan, maka ikan pepetek memiliki kandungan kimia yang cukup baik untuk digunakan sebagai bahan pangan.
Kandungan kimia ini salah satunya disebabkan oleh adanya perbedaan spesies ikan, karena di kawasan Indo-Pasifik terdapat sekitar 30 spesies
ikan pepetek dan 20 spesies diantaranya berada di perairan Indonesia Nontji, 1987 diacu dalam Allo, 1998. Komposisi kimia ikan juga disebabkan
oleh mutu bahan baku dan cara pengolahan. Cara pengolahan ikan secara tradisional atau secara modern berpengaruh pada kadar protein ikan
Moeljanto, 1992. Selain itu, habitat serta cara penangkapan dan penanganan ikan di kapal sampai di tempat pendaratan juga sangat mempengaruhi kandungan
kimia ikan.
4.1.2. Karakteristik Tepung
Sebelum mempelajari karakteristik tepung terlebih dahulu dilakukan pembuatan tepung, yaitu dilakukan pembuatan tepung ikan pepetek dan
tepung ubi jalar putih. Penepungan merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengawetkan bahan pangan, karena pada penepungan terdapat
proses pengeringan. Dengan adanya proses pengeringan, maka kadar air bahan akan berkurang sampai batas tertentu dan akan menurunkan aktivitas air a
w
, sehingga akan menghambat laju pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim.
Tepung merupakan bentuk bahan pangan yang efektif dalam penghematan ruang
penyimpanan maupun
dalam mengaplikasikannya.
Karakteristik tepung ikan pepetek dan tepung ubi jalar putih yang dianalisis meliputi
karakteristik fisik dan kimia. 4.1.2.1. Karakteristik fisik tepung
Analisis karakteristik fisik tepung ikan pepetek Leiognathus sp. dan tepung ubi jalar putih Ipomoea batatas L. yang diuji adalah rendemen dan
derajat putih. Analisis rendemen dilakukan untuk mengetahui persentase jumlah tepung yang dihasilkan dengan berat awal bahan. Sedangkan analisis derajat putih
dilakukan untuk mengetahui tingkat keputihan tepung yang dihasilkan. Rendemen merupakan persentase antara produk akhir tepung dengan
bahan awal. Rendemen dapat dijadikan sebagai salah satu parameter penting