Bioavailabilitas kalsium Analisis Kimia Biskuit

41,73 27,98 11,67 301,75 5,64 17,01 50 100 150 200 250 300 350 Total Ca mg100g Bioavailabilitas Ca Ketersediaan Ca mg100g Formulasi biskuit B0 Formulasi biskuit B1 Keragaman penyerapan kalsium erat kaitannya dengan kandungan kalsium yang dikonsumsi. Pada formulasi biskuit B0, dimana kandungan kalsium sebesar 41,70 mg100g dapat diserap sebesar 27,98 atau 11,67 mg100g. Sedangkan pada formulasi biskuit B1, kandungan kalsium sebesar 301,7 mg100g dapat diserap sebesar 5,64 atau 17,01 mg100g. Keterangan : B0 = Kontrol, tepung ikan pepetek 0 , tepung ubi jalar putih 0 B1 = Formulasi terbaik, tepung ikan pepetek 5 , tepung ubi jalar putih 20 Gambar 21. Histogram nilai rata-rata bioavailabilitas kalsium biskuit. Pada analisis bioavailabilitas kalsium daya serap kalsium, formulasi biskuit B1 yang memiliki kandungan kalsium bahan lebih tinggi 301,7 mg100g, memiliki nilai penyerapan kalsium lebih rendah daripada formulasi biskuit B0 yang memiliki kandungan kalsium lebih kecil 41,7 mg100g. Hal ini sesuai dengan penelitian in vivo bahwa efisiensi penyerapan kalsium bervariasi secara kebalikan dengan asupan kalsium. Semakin rendah kandungan kalsium bahan, penyerapan kalsiumnya justru semakin tinggi. Allen dan Wood 1994 menyatakan bahwa penyerapan kalsium meningkat saat asupan kalsium diturunkan dari dosis tinggi atau cukup menjadi dosis rendah, sehingga terjadi kenaikan penyerapan kalsium. Selain itu, menurut Almatsier 2003, penyerapan kalsium akan meningkat bila kalsium yang dikonsumsi menurun. 73,02 77,73 10 20 30 40 50 60 70 80 90 B0 B1 Formulasi biskuit Ni la i rat a -r at a d a ya ce rn a pr ot e in in v it r o Bioavailabilitas kalsium dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti asam oksalat dan asam fitat, serat, vitamin D, fosfor serta faktor-faktor lain. Pada ubi jalar, komponen ketiga terbesar pada karbohidrat setelah pati dan gula adalah serat. Serat pada ubi jalar diantaranya pektin 0,9 , hemiselulosa 0,7 dan selulosa 1,5 . Secara umum serat merupakan kelompok polisakarida dan polimer-polimer lain yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan manusia. Serat dapat menurunkan absorbsi kalsium, diduga karena serat menurunkan waktu transit makanan di dalam saluran pencernaan sehingga mengurangi kesempatan untuk absorbsi Almatsier, 2003. Formulasi biskuit B1 merupakan penambahan tepung ubi jalar sebesar 20 , diduga kandungan seratnya cukup tinggi sehingga dapat menurunkan absorbsi kalsium.

4.2.4.9. Daya cerna protein in vitro

Suatu protein yang mudah dicerna menunjukkan bahwa jumlah kandungan asam-asam amino yang dapat diserap dan digunakan oleh tubuh tinggi. Sebaliknya, suatu protein yang sukar dicerna jumlahnya sebagian besar akan dibuang oleh tubuh bersama feses Zakaria et al., 1996. Keterangan : B0 = Kontrol, tepung ikan pepetek 0 , tepung ubi jalar putih 0 B1 = Formulasi terbaik, tepung ikan pepetek 5 , tepung ubi jalar putih 20 Gambar 22. Histogram nilai rata-rata daya cerna protein biskuit. Pada analisis daya cerna protein secara in vitro, diperoleh nilai rata-rata pada formulasi biskuit B0 sebesar 77,73 dan daya cerna protein in vitro formulasi B1 adalah 73,02 . Daya cerna protein in vitro formulasi biskuit B1 lebih kecil daripada formulasi biskuit B0 tetapi secara umum daya cerna protein