2.1.3. Produksi dan penyebaran ikan pepetek
Ikan pepetek biasanya hidup di dasar perairan dangkal dan membentuk gerombolan yang besar. Operasi penangkapan ikan dengan kapal pukat trawl,
trammel net atau bagan dapat memperoleh ikan pepetek dalam jumlah yang besar. Ikan pepetek hidup di dasar perairan dangkal berada pada kedalaman antara
5-60 m. Nilai tangkap tertinggi diperoleh pada kedalaman 10-20 m dengan rata- rata maksimum pada kedalaman 15 m di Pantai Utara Jawa Beck dan Sudrajat,
1978 diacu dalam Allo, 1998. Tabel 2. Produksi perikanan laut menurut jenis ikan dan wilayah perairan
tahun 1999.
Wilayah Perairan Jenis Ikan
ton Sumatera Jawa
Bali- Nusa
Tenggara Kali-
mantan Sulawesi
Maluku- Papua
Total Sebelah
Indian halibut
8.806 1.598 20 1.109 203
336 12.071 Lidah
Flatfishes 3.991 1.308 5
70 82
345 5.074 Nomei
Bombay duck
9.340 1.210 229 7
833 796 12.415
Pepetek Pony fishes
22.895 41.271 5.620 8.896 11.266 1.271 91.219
Manyung Sea
catfishes 23.974 16.187 445
19.297 2.231 7.512 69.646
Beloso Lizard
fishes 882 4.666 341
37 1.705 5.293 12.944
Biji Nangka Goat fishes
12.694 2.622 1.517 1.768 5.039 2.339
26.252
Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan 2001
Penyebaran ikan pepetek kebanyakan terdapat di Pantai Utara Jawa. Ikan ini juga tersebar di bagian timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan,
Sulawesi Selatan, Selat Tiworo, Arafuru, Teluk Benggala, pantai India, Laut Cina Selatan, Philipina sampai ke pantai Utara Australia.
Sebaran ikan pepetek pada berbagai kedalaman di Laut Jawa menunjukkan genus ini memiliki
nilai tangkapan tertinggi diantara jenis-jenis ikan demersal lainnya DKP, 2001.
Tabel 3. Produksi perikanan laut Indonesia jenis ikan pepetek pada tahun 1990-1999.
Tahun Jumlah ton
1990 41.768 1991 43.353
1992 45.537 1993 52.800
1994 57.462 1995 66.220
1996 71.402 1997 89.403
1998 79.532 1999 91.219
Sumber: Departemen Kelautan dan Perikanan 2001
Jumlah produksi ikan pepetek tiap tahunnya hampir selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 1990 jumlah tangkapannya hanya sebesar 41.768 ton,
sedangkan pada tahun 1999 jumlahnya mencapai 91.219 ton DKP, 2001.
2.1.4. Tepung Ikan
Tepung ikan adalah suatu produk padat yang dihasilkan dengan mengeluarkan sebagian besar, sebagian atau seluruh lemak dari bahan yang
berupa daging ikan atau bagian ikan yang biasanya dibuang kepala, isi perut atau jeroan dan lain-lain Ilyas, 1977. Tepung ikan merupakan salah satu
hasil pengawetan ikan dalam bentuk kering. Tepung ikan yang dikonsumsi manusia sebaiknya diolah dengan cara yang
tepat. Bahan baku yang baik dan pengolahan yang tepat, diharapkan tepung ikan yang dihasilkan dapat memenuhi selera konsumen sehingga dapat digunakan
sebagai salah satu sumber pangan. Pengolahan tepung ikan harus memperhatikan kondisi kebersihan, standar mutu tepung ikan dan cara pengepakan yang baik
sehingga terhindar dari kontaminasi yang mengakibatkan oksidasi maupun dari serangan serangga Ilyas, 1977.
Apabila penambahan tepung ikan pada produk makanan lebih dari 40 , maka adonan yang terbentuk menjadi mudah pecah karena tidak adanya gluten
pada tepung pensubstitusi Sulaeman, 1993. Sedangkan gluten merupakan komponen yang berperan sebagai urat penyusun tenunan biskuit. Tidak adanya
gluten pada tepung pensubstitusi menyebabkan substitusi yang dilakukan dapat