Posted by Senopati Wirang / Tuesday, May 01, 2007

Posted by Senopati Wirang / Tuesday, May 01, 2007

Resolusi Lebanon Masalah Resolusi 1747 terhadap nuklir Iran, masalah perjanjian ekstradisi dan DCA, semua masih dalam polemik, ditambah lagi maraknya soal dana untuk capres-wapres pemilu 2004 dari dana DKP maupun yang mungkin dari "luar negeri", maka suasananya akan semakin panas jika digosok lagi dengan tudingan Indonesia bakalan setuju atas Rancangan Resolusi masalah Lebanon.

Persoalan Lebanon jelas amatlah rumit baik secara domestik maupun keterlibatan asing dalam konflik yang berkelanjutan di sana. Perdana Menteri Siniora jelas sangat mengharapkan Resolusi tersebut, sedangkan kubu Presiden Lahoud dan Hezbollah justru sebaliknya. Pengungkapan kasus Pembunuhan PM Rafik Hariri merupakan sasaran antara untuk menyingkirkan pengaruh Syiria dan Iran serta kelompok Syiah garis keras yang dianggap memusuhi Barat. Posisi Indonesia sampai saat ini adalah termasuk yang keberatan terhadap Rancangan Resolusi Lebanon. Bahkan Indonesia juga termasuk yang sangat hati-hati dalam menyikapi setiap perkembangan di Lebanon karena keberadaan Pasukan Perdamaian Garuda. Hal itu juga bisa dilihat dari komentar Menlu Hassan Wirajuda pada 22 Mei 2007 bahwa Indonesia tidak akan mencampuri urusan dalam negeri negara itu, apa artinya itu? Posisi dasar Indonesia adalah tidak mau terjebak dalam ketegangan kelompok pro Syiria dan kelompok pro Barat di Lebanon. Sebuah persoalan yang sangat sensitif adalah penertiban senjata dari kelompok Hezbollah, dimana apabila hal ini diproses bisa dipastikan akan menimbulkan konflik terbuka. Jangan sampai nantinya Pasukan Garuda Persoalan Lebanon jelas amatlah rumit baik secara domestik maupun keterlibatan asing dalam konflik yang berkelanjutan di sana. Perdana Menteri Siniora jelas sangat mengharapkan Resolusi tersebut, sedangkan kubu Presiden Lahoud dan Hezbollah justru sebaliknya. Pengungkapan kasus Pembunuhan PM Rafik Hariri merupakan sasaran antara untuk menyingkirkan pengaruh Syiria dan Iran serta kelompok Syiah garis keras yang dianggap memusuhi Barat. Posisi Indonesia sampai saat ini adalah termasuk yang keberatan terhadap Rancangan Resolusi Lebanon. Bahkan Indonesia juga termasuk yang sangat hati-hati dalam menyikapi setiap perkembangan di Lebanon karena keberadaan Pasukan Perdamaian Garuda. Hal itu juga bisa dilihat dari komentar Menlu Hassan Wirajuda pada 22 Mei 2007 bahwa Indonesia tidak akan mencampuri urusan dalam negeri negara itu, apa artinya itu? Posisi dasar Indonesia adalah tidak mau terjebak dalam ketegangan kelompok pro Syiria dan kelompok pro Barat di Lebanon. Sebuah persoalan yang sangat sensitif adalah penertiban senjata dari kelompok Hezbollah, dimana apabila hal ini diproses bisa dipastikan akan menimbulkan konflik terbuka. Jangan sampai nantinya Pasukan Garuda

Persoalan lain misalnya penarikan mundur atau penegasan kepemilikan tanah Seba yang menjadi persoalan ketiga negara, Lebanon, Suriah dan Israel. Bisa dipastikan bahwa pertikaian masalah Seba akan menjadi alasan utama Israel untuk memancing lagi terjadinya konflik terbuka. Hal ini merupakan strategi militer untuk memecah perhatian dunia dalam dua kasus yaitu Palestina dan Lebanon. Syiria dan Lebanon (khususnya Hezbollah) tentu juga tidak akan diam bila terjadi serangan lagi. Pertanyaan berikutnya adalah ketika ada harapan dari AS kepada Indonesia untuk menyetujui Rancangan Resolusi yang lebih memihak kelompok PM Fuad Siniora, bagaimana sikap resmi Indonesia akhirnya? Argumentasi bahwa PBB perlu segera mengeluarkan resolusi soal pembentukan pengadilan khusus di Lebanon berangkat dari kesepakatan Pengadilan khusus tentang pembunuhan Hariri sendiri sudah dibentuk melalui perjanjian bilateral antara PBB dan Pemerintah Lebanon pada 23 Januari dan 6 Februari 2007 yang ternyata belum terselenggara. Hal itu disebabkan belum diratifikasinya perjanjian itu oleh Parlemen Lebanon karena terjadi kebuntuan. Deadlock yang sangat berbahaya tentunya, dan pihak-pihak yang bertikai sudah siap menuju konflik dimana Pasukan Garuda ada di tengah-tengah sana. Coba dibayangkan kerumitan di dalam negeri Lebanon, hal ini bukan semata-mata karena faktor AS dan Israel. Kemudian apabila AS lebih dari sekedar mengharap tetapi mendesak, maka Indonesia harus punya sikap tegas. Sebuah sikap yang akan menunjukkan jati diri pemerintah, Persoalan lain misalnya penarikan mundur atau penegasan kepemilikan tanah Seba yang menjadi persoalan ketiga negara, Lebanon, Suriah dan Israel. Bisa dipastikan bahwa pertikaian masalah Seba akan menjadi alasan utama Israel untuk memancing lagi terjadinya konflik terbuka. Hal ini merupakan strategi militer untuk memecah perhatian dunia dalam dua kasus yaitu Palestina dan Lebanon. Syiria dan Lebanon (khususnya Hezbollah) tentu juga tidak akan diam bila terjadi serangan lagi. Pertanyaan berikutnya adalah ketika ada harapan dari AS kepada Indonesia untuk menyetujui Rancangan Resolusi yang lebih memihak kelompok PM Fuad Siniora, bagaimana sikap resmi Indonesia akhirnya? Argumentasi bahwa PBB perlu segera mengeluarkan resolusi soal pembentukan pengadilan khusus di Lebanon berangkat dari kesepakatan Pengadilan khusus tentang pembunuhan Hariri sendiri sudah dibentuk melalui perjanjian bilateral antara PBB dan Pemerintah Lebanon pada 23 Januari dan 6 Februari 2007 yang ternyata belum terselenggara. Hal itu disebabkan belum diratifikasinya perjanjian itu oleh Parlemen Lebanon karena terjadi kebuntuan. Deadlock yang sangat berbahaya tentunya, dan pihak-pihak yang bertikai sudah siap menuju konflik dimana Pasukan Garuda ada di tengah-tengah sana. Coba dibayangkan kerumitan di dalam negeri Lebanon, hal ini bukan semata-mata karena faktor AS dan Israel. Kemudian apabila AS lebih dari sekedar mengharap tetapi mendesak, maka Indonesia harus punya sikap tegas. Sebuah sikap yang akan menunjukkan jati diri pemerintah,

Langkah yang perlu segera ditempuh adalah bahwa proses pengambilan keputusan luar negeri Indonesia harus lebih transparan dengan mengajukan argumentasi kepada publik, minimal kepada wakil rakyat (DPR). Apabila proses penyelidikan masalah Lebanon, pertimbangan keputusan resolusi Lebanon telah dilakukan oleh para ahli di Deplu, intelijen, instansi terkait serta kepada kelompok domestik Indonesia yang berkepentingan/berpengaruh, maka apapun keputusan itu tidak akan kontroversial, karena pertimbangannya adalah dari orang-orang Indonesia yang dianggap ahli dan mampu mengambil keputusan yang tepat serta tidak melukai aspirasi rakyat Indonesia. Jadi sebuah keputusan luar negeri jangan bergantung pada desakan negara manapun, termasuk AS. Pendapat saya pribadi, Resolusi Lebanon bila itu berisi unsur-unsur pemaksaan/tekanan kepada salah kekuatan dalam negeri Lebanon dukungan siapapun, akan berpotensi melahirkan sebuah konflik terbuka dan kekerasan, dalam kondisi tersebut Israel berpotensi mengambil keuntungan dengan masalah Tanah Seba, entah melalui air strike ataupun upaya pendudukan. Hal ini dimungkinkan karena proses adu domba di dalam negeri palestina terbilang sukses.

Sekian, semoga bermanfaat dan silahkan dikoreksi bila ada yang keliru.

Posted by Senopati Wirang / Sunday, May 27, 2007