Bupati, illegal logging dan pencucian uang

Bupati, illegal logging dan pencucian uang

Berikut ini ada sebuah artikel yang sangat penting dan menarik untuk kita baca dan pahami dalam konteks reformasi total yang masih tersendat- sendat karena adanya kekuatan-kekuatan jahat berupa ketamakan manusia. Siapapun manusianya, bupatikah, jenderalkah, penegak hukumkah, apabila sudah sudah mengidap penyakit cinta harta benda, cenderung mencari jalan kriminal dalam mengumpulkan kekayaannya.

Idealisme penegakkan hukum akan percuma bila kita tidak mengerti teknis bagaimana mengatasi persoalan riil yang terjadi dari hari ke hari. Idealisme dan teknis yang memadai juga akan percuma bila tidak ada keberanian dan kesungguhan mewujudkannya. Namun kita sadari bahwa individu-individu yang memelihara integritas dirinya justru minoritas di negeri ini, setidaknya dengan tetap menjaga diri, kita bisa memperkuat keyakinan dengan menyuarakan kebenaran melalui tulisan demi tulisan. Mudah-mudahan suara keprihatinan tersebut akan mendorong terciptanya mekanisme nyata berupa pelaksanaan penegakkan hukum. Nada pesimis di akhir tulisan semoga bisa menggugah pihak-pihak terkait untuk membuktikan bahwa idealisme penegakkan hukum bisa diwujudkan. Artikel ini ditulis oleh praktisi yang mengetahui persoalan secara langsung. Bila ada yang ingin mengkontak penulis, silahkan langsung berhubungan melalui natsir2003@yahoo.com

---------------------------------------------------------------------------------

Bupati, Illegal Logging dan Pencucian Uang

Oleh: M.Natsir Kongah*

10 bupati yang terindikasi terlibat praktik pembalakan liar (illegal logging) akan diperiksa. Departemen Kehutanan tengah berkoordinasi dengan Mabes Polri untuk melakukan proses hukum, sementara ijin untuk pemeriksaan para bupati tersebut sudah diajukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Media Massa menulis pemberitaan ini, Sabtu, 22 Oktober 2005). Meski sudah sebulan lebih, kelanjutan hasil dari koordinasi yang dilakukan itu sampai tulisan ini dimuat belum ada khabar akan proses selanjutnya.

Apa yang dilakukan oleh para petinggi ditingkat dua ini, dapat diindikasikan telah melakukan kejahatan ganda : kejahatan utama (core crime) adalah illegal logging dan kejahatan lanjutan (follow up crime) manakala ia melakukan pencucian uang. Sejatinya, untuk membuktikan kejahatan utama dari para pelaku illegal logging, aparat penegak hukum akan lebih mudah mendapatkan titik terang bila melakukan pendekatan dengan Undang-undang No.15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana diubah dengan Undang-undang No. 25 Tahun 2003 ( UU TPPU). Pasal 2 ayat (1) UU TPPU menyebutkan hasil tindak pidana pencucian uang adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana, antara lain : (a) korupsi; (b) penyuapan; (v) di bidang kehutanan; (w) di bidang lingkungan hidup.

Sebagaimana diketahui pencucian uang adalah : perbuatan menempatkan, mentransfer,

membayarkan, membelanjakan, menghibahkan,

menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah. (Pasal 1 ayat (1) UU TPPU). Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) sebagai lembaga sentral (focal point) didalam upaya mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian dapat membantu aparat penegak hukum dengan cara mentrasir/melacak transaksi yang dilakukan oleh pelaku kejahatan pada sistem keuangan. Biasanya para pelanggar hukum yang mendapatkan uang atau kekayaan yang di peroleh secara tidak sah/legal berupaya menjadikannnya seolah-olah berasal dari sumber yang sah/legal. Pola yang dilakukan didalam proses engineering keuangan ini seringkali rumit dan kompleks, sehingga sulit untuk dideteksi. Namun, secara sederhana kegiatan ini pada dasarnya dapat dikelompokkan pada tiga kegiatan, yakni: placement, layering dan integration. (Money Laundering : a Banker;s Guide To Avoiding Problems, (occ.treas.gov/launder/org.htm) Placement merupakan upaya menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu aktifitas kejahatan. Dalam hal ini terdapat pergerakan phisik dari uang tunai, baik melalui penyeludupan uang tunai dari suatu negara ke negara lain, menggabungkan antara uang tunai yang berasal dari kejahatan dengan uang yang diperoleh dari hasil kegiatan yang sah, ataupun dengan melakukan penempatan uang giral ke dalam sistem perbankan, misalnya deposito, saham-saham atau juga mengkonversikan kedalam mata uang lainnya atau transfer uang kedalam valuta asing.

Layering, sebuah aktifitas memisahkan hasil kejahatan dari sumbernya melalui beberapa tahapan transaksi keuangan. Dalam hal ini terdapat proses pemindahan dana dari beberapa rekening atau lokasi tertentu sebagai hasil placement ketempat lainnya melalui serangkaian transaksi yang kompleks yang didesain untuk menyamarkan/mengelabui sumber dana “haram” tersebut. Layering dapat pula dilakukan melalui pembukaan sebanyak mungkin ke rekening-rekening perusahaan-perusahaan fiktif dengan memanfaatkan ketentuan rahasia bank.

Integration, yaitu upaya untuk menetapkan suatu landasan sebagai suatu ’legitimate explanation' bagi hasil kejahatan. Disini uang yang di ‘cuci’ melalui placement maupun layering dialihkan kedalam kegiatan-kegiatan resmi sehingga tampak tidak berhubungan sama sekali dengan aktifitas kejahatan sebelumnya yang menjadi sumber dari uang yang di cuci. Pada tahap ini uang yang telah dicuci dimasukkan kembali kedalam sirkulasi dengan bentuk yang sejalan dengan aturan hukum.