Klarifikasi pandangan saya tentang Islam Indonesia

Klarifikasi pandangan saya tentang Islam Indonesia

Sungguh tidak disangka, tulisan singkat tentang Islam Indonesia yang saya publish beberapa hari lalu mengundang banyak reaksi yang beragam terhadap saya. Ruang lingkupnya mulai dari yang mempertanyakan agama saya sampai yang menuduh saya anti Islam karena pernah terlibat operasi komando jihad. Ini mungkin kekeliruan manusiawi yang bisa menimpa siapapun ketika mencoba menyentuh ruang bahasan yang sensitif seperti agama/religi.

Salah satu tuduhan yang keras misalnya menilai tulisan saya sengaja diarahkan untuk melemahkan girah/semangat perjuangan umat Islam dalam menegakkan kebenaran. Tuduhan yang lain misalnya menganggap tulisan saya tidak berdasar pada fakta dan merupakan bagian dari propaganda "musuh Islam" dengan memutarbalikkan kata, agar teori konspirasi tidak dipercaya lagi. Hal ini menurut dia (yang menuduh saya) terbukti dengan sejumlah artikel yang saya tulis berkaitan dengan aksi teror bom yang mendukung asumsi barat tentang gerakan Islam radikal.

Ada juga yang secara hati-hati menginformasikan kepada saya bahwa tulisan

sesama blogger yaitu http://pkswatch.blogspot.com yang digunakan sebagai bentuk dukungan untuk menyerang salah seorang tokoh PKS yang tampaknya percaya dengan teori konspirasi.

saya tersebut

dikutip

oleh

Sementara dari kalangan non muslim juga ada yang mempertanyakan maksud dan tujuan pembahasan soal Islam, adakah kaitannya dengan terorisme ataukah hanya refleksi ringan saja. Bahkan dikaitkan dengan intelijen, apakah intelijen sebegitu usilnya mengurusi ruang privat beragama masyarakat? Bagaimana ini? sensitif dan membingungkan tetapi harus ada kejelasan karena inilah yang dipertanyakan oleh pembaca blog I-I . Berikut ini klarifikasi saya:

1. Setiap anggota Intelijen Indonesia sejak pasca kemerdekaan 1945 diharamkan membawa isu agama ke dalam ruang pekerjaan profesional. Meskipun faktanya amat sulit untuk bersikap sekular murni, inilah realitas dunia intelijen. Mungkin kebanyakan umat Muslim Indonesia tidak percaya dengan intelijen karena penguasaan kalangan non-Muslim cukup signifikan, khususnya di era Benny Moerdhani. Bahkan sebelumnya, seorang sinkritis Islam-Kejawen seperti Ali Murtopo harus menyandang gelar anti Islam di benak kebanyakan muslim Indonesia. Sesungguhnya cukup banyak rekan muslim sejawat yang juga gelisah dengan masuknya isu agama ke dalam tubuh intelijen. Beberapa kali terjadi warning berupa surat kaleng ke sekretariat negara dan kabinet bahkan ke Cendana untuk memperingatkan pemerintah bahwa pembusukkan intelijen sedang terjadi. Namun, separah- parahnya...pekerjaan mengawal NKRI tetap menjadi perhatian utama dan perlahan isu sensitif tersebut bisa "teratasi" dengan stabilisasi standard acuan adalah mendefinisikan ancaman dari 1. Setiap anggota Intelijen Indonesia sejak pasca kemerdekaan 1945 diharamkan membawa isu agama ke dalam ruang pekerjaan profesional. Meskipun faktanya amat sulit untuk bersikap sekular murni, inilah realitas dunia intelijen. Mungkin kebanyakan umat Muslim Indonesia tidak percaya dengan intelijen karena penguasaan kalangan non-Muslim cukup signifikan, khususnya di era Benny Moerdhani. Bahkan sebelumnya, seorang sinkritis Islam-Kejawen seperti Ali Murtopo harus menyandang gelar anti Islam di benak kebanyakan muslim Indonesia. Sesungguhnya cukup banyak rekan muslim sejawat yang juga gelisah dengan masuknya isu agama ke dalam tubuh intelijen. Beberapa kali terjadi warning berupa surat kaleng ke sekretariat negara dan kabinet bahkan ke Cendana untuk memperingatkan pemerintah bahwa pembusukkan intelijen sedang terjadi. Namun, separah- parahnya...pekerjaan mengawal NKRI tetap menjadi perhatian utama dan perlahan isu sensitif tersebut bisa "teratasi" dengan stabilisasi standard acuan adalah mendefinisikan ancaman dari

2. Terjadinya marjinalisasi terhadap hampir seluruh organisasi agama adalah semata-mata strategi pemerintah dalam upaya stabilisasi politik guna mendukung pembangunan...sekaligus melanggengkan kekuasaan. Kooptasi hampir seluruh organisasi sosial masyarakat ke dalam keseragaman cara pandang terhadap negara di masa Orba dianggap paling tepat, untuk mendukung itu tentunya diperlukan kebijakan yang "represif" beserta alat-alat pendukungnya.

3. Saya pribadi adalah orang lama yang di masa muda sering ikut mendengarkan diskusi Masyumi lama di kawasan Menteng Jakarta. Saya tahu persis bagaimana semangat keislaman Masyumi dianggap duri oleh pemerintahan Sukarno dan saya tahu bagaimana pemerintahan Suharto mengadopsi hampir sebagian besar rencana Sukarno dalam membangun negara sekuler pancasila. Namun demikian, sesungguhnya umat Islam yang membaca sejarah mengerti keputusan perubahan ayat pertama

Pancasila tidak seperti di dalam Piagam Jakarta adalah demi keutuhan Indonesia yang merah putih. Lucunya dalam analisa aliran Islam "Isa Bugis" hal itu dikaitkan dengan Q.S. Al Kahfi dan dianggap sebagai kesalahan wakil Islam dalam panitia 9.

4. Kembali ke era reformasi. Saya ada keyakinan bahwa meski masih ada konflik-konflik berdarah atas dasar perbedaan etnis, agama, golongan dll, hal ini akan berakhir seiring dengan gelombang perubahan cara pandang publik terhadap negara dan bangsa. Dialog, keterbukaan/transparansi, mencari solusi bersama serta maraknya gerakan civil society akan menggiring bangsa Indonesia memasuki era baru yang lebih baik. Setidaknya toleransi antar agama yang ada sekarang lebih murni dibandingkan dengan toleransi semu yang diwarnai saling curiga pada era Orla ataupu Orba.

5. Tentang teori konspirasi. Conspiracy theory adalah sebuah teori alternatif yang selalu dimunculkan oleh pihak yang tidak puas dengan penjelasan logis yang disampaikan secara terbuka oleh yang berwenang (pemerintah, institusi, dll). Berangkat dari kejanggalan penjelasan logis yang ada, terbentuklah sebuah rangkaian analisa yang menggambarkan sebuah persoalan dari sudut yang berbeda dan mudah dipahami akal. Kelemahan teori ini adalah bersandar pada fakta yang bercampur dugaan. Sekuat apapun sebuah dugaan tetap bukan fakta. Sesuai dengan kata konspirasi, ada semacam strategi besar yang mengelola terjadinya sebuah peristiwa. Untuk kasus Islam Indonesia, saya kira hanya kasus terorisme saja yang terbuka peluang untuk 5. Tentang teori konspirasi. Conspiracy theory adalah sebuah teori alternatif yang selalu dimunculkan oleh pihak yang tidak puas dengan penjelasan logis yang disampaikan secara terbuka oleh yang berwenang (pemerintah, institusi, dll). Berangkat dari kejanggalan penjelasan logis yang ada, terbentuklah sebuah rangkaian analisa yang menggambarkan sebuah persoalan dari sudut yang berbeda dan mudah dipahami akal. Kelemahan teori ini adalah bersandar pada fakta yang bercampur dugaan. Sekuat apapun sebuah dugaan tetap bukan fakta. Sesuai dengan kata konspirasi, ada semacam strategi besar yang mengelola terjadinya sebuah peristiwa. Untuk kasus Islam Indonesia, saya kira hanya kasus terorisme saja yang terbuka peluang untuk

6. Intelijen tidak usil masuk ke dalam ruang privat beragama masyarakat. Dasar penelitian terhadap berbagai aliran agama adalah juga dari pengaduan masyarakat. Karena begitu sensitifnya masalah ini, seringkali diperlukan pandangan dari kelompok/organisasi agama yang besar. Persoalan di era reformasi adalah pada poin kebebasan beragama yang didefinisikan kebebasan meyakini "apapun" sebagai suatu wujud yang azasi dari bathin manusia. Tentunya sangat sulit untuk mengadili keyakinan orang di luar diri kita. Pendekatan yang bernuansa penghakiman jelas akan menciptakan stigma tentang 6. Intelijen tidak usil masuk ke dalam ruang privat beragama masyarakat. Dasar penelitian terhadap berbagai aliran agama adalah juga dari pengaduan masyarakat. Karena begitu sensitifnya masalah ini, seringkali diperlukan pandangan dari kelompok/organisasi agama yang besar. Persoalan di era reformasi adalah pada poin kebebasan beragama yang didefinisikan kebebasan meyakini "apapun" sebagai suatu wujud yang azasi dari bathin manusia. Tentunya sangat sulit untuk mengadili keyakinan orang di luar diri kita. Pendekatan yang bernuansa penghakiman jelas akan menciptakan stigma tentang

7. Saya tidak anti Islam juga tidak membenci kepercayaan apapun yang hidup di planet bumi. Keyakinan beragama berada di dalam kesejatian diri masing-masing. Ada kalanya kita perlu menyampaikan kebenaran walau satu kalimat inipun bila diminta, adalah sia-sia berdakwah kepada mereka yang sudah tertutup pintu hatinya.

8. Terakhir, dibidang teknologi telah berkali-kali terjadi revolusi, era digital dilanjutkan dengan era nano di awal abad 21 ini, lalu sejauh manakah revolusi pemahaman manusia akan dirinya, Tuhannya, dan sesama manusia lain?

Kekeliruan dalam tulisan ini adalah kekhilafan saya dan kebenaran hanya tercurah tatkala diizinkan oleh-Nya.

Sekian

Posted by Senopati Wirang / Wednesday, January 04, 2006