Bagaimana Memenangkan Perang Ide

Bagaimana Memenangkan Perang Ide

Sebagian besar kalangan intel di seluruh dunia termasuk di Indonesia lebih merasa "hebat" apabila terlibat dalam operasi khusus yang penuh aksi serta berdana besar. Yah...kira-kira mirip dengan kisah-kisah Double

0 Seven. Untuk mendapatkan gelar double 0 dikisahkan harus melalui tahapan berbagai level operasi yang sangat berat.

Padahal di dunia modern ini hal yang juga sangat penting yang harus dikuasai intelijen Indonesia adalah bagaimana memenangkan perang ide, pikiran, serta penguasaan opini, bukan saja dalam level nasional namun juga dalam level internasional. Andaikata saja...saya bisa bebas bergerak, tentu saya akan membuka pelatihan gratis kepada rekan-rekan Blog I-I. Tetapi melalui Blog ini, saya kira rekan-rekan akan bisa memahami, bahkan bisa mengembangkan lebih jauh dan lebih dalam lagi.

Mengapa perang ide sangat penting? karena hal ini terkait dengan penciptaan di dunia yang terjadi dua kali. Apapun yang manusia ingin wujudkan akan melalui tahapan pertama penciptaan blue print ide, kreatifitas, imajinasi (termasuk niat atau intention). Kemudian dilanjutkan dengan tahapan kedua perwujudan dalam bentuk materi dalam bentuk produk apapun bentuknya.

Ambil saja contoh demokrasi yang sekarang sudah mencapai tahapan perwujudan materi secara utuh di Indonesia. Awalnya merupakan ide intelektual Indonesia yang berguru ke negeri barat serta meyakini ide Ambil saja contoh demokrasi yang sekarang sudah mencapai tahapan perwujudan materi secara utuh di Indonesia. Awalnya merupakan ide intelektual Indonesia yang berguru ke negeri barat serta meyakini ide

Contoh lain yang masih berada dalam tahapan kumpulan blue print adalah konsep negara Islam. Lihat saja kumpulan karya intelektual kelompok Hizbut Tahrir, saya kira mereka termasuk yang cukup lengkap blue print- nya. Namun perwujudan tahap kedua masih berada jauh di belakang ide demokrasi.

Contoh lain di tingkat internasional misalnya bahwa kebanyakan orang Amerika percaya bahwa negara Amerika Serikat sedang menghadapi empat perang yaitu perang di Irak, Afghanistan dan kelompok Islam Teroris di seluruh dunia yang dikenal dengan sebutan "perang melawan teror". Satu tambahan terakhir adalah perang melawan penyebaran ideologi Islam radikal. Dalam definisi sempit, AS telah menang dalam perang melawan teror karena sebagian besar pimpinan dunia mendukungnya, namun bagaimana dengan perang ideologi? Kekejaman AS dalam perang melawan teror justru membalikkan simpati serta telah memperyakin sejumlah pimpinan negara khususnya Rusia dan China untuk tidak percaya atau sangat berhati-hati.

Sementara itu, kelompok radikal Islam memperoleh angin segar pembenaran dengan perilaku kejam Israel di Lebanon, dan wilayah

Palestina, perilaku pendudukan tentara asing multinasional di Irak dan Afghanistan

mendorong lahirnya ketidakpercayaan pada ide pembebasan ala Amerika Serikat di dalam sanubari rakyat Libanon, Palestina, Irak dan Afghanistan yang setiap hari harus menyaksikan kematian saudara/saudarinya.

yang terlalu

lama,

telah

Itu semua adalah akibat langsung dari kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang menggambarkan seolah-olah terjadi perang melawan Islam. Sekarang ketika menyaksikan solidnya kekuatan anti AS di Rusia, mulai kebakaran jenggot dan tampaknya ide-ide demokrasi akan segera dihembuskan kembali ke sana. Perang semu yang dikembangkan AS telah membelit negara adidaya tersebut dengan terlalu banyak persoalan internasional yang bila dibiarkan justru akan menjadi kejatuhan bagi AS.

Persepsi terhadap AS di dunia Muslim sangatlah buruk, dengan pengecualian Kerajaan Saudi Arabia yang sudah tidak pantas disebut sebagai pelindung dua tanah suci. Kemudian bagaimana AS memperbaikinya, salah satunya tentu saja dengan penciptaan tim reaksi cepat media, memaksimalkan peranan intelijen dan diplomat untuk melakukan pendekatan kepada wartawan dan media lokal untuk memperbaiki isi dan pesan. Silahkan tanyakan kepada seluruh kalangan pers Indonesia, apa benar antek asing terbanyak itu ada di kalangan pemerintahan dan pers?

Keberhasilan nyata program AS dalam mengurangi citra buruknya di dunia Islam adalah dengan cara "membina" Islam Liberal, Islam Moderat,

Islam Demokrat, dalam suatu revolusi konsep tentang Jihad melalui media diplomasi publik. Sehingga akhirnya di tiap-tiap negara Islam akan berhadap-hadapan sesama Islam yang meyakini Jihad dalam artian masing-masing. Hmmm ini belum termasuk isu pinggiran pengalih perhatian seperti aliran sempalan yang kemudian ramai karena aspek kesesatannya.

Semua itu secara terencana disusun dengan sangat hati-hati dan memiliki blue print yang jelas. Karena kebijakan negara AS telah menyatakan Perang Suci maka berbagai strategi harus melindunginya dari segala penjuru. Strategi yang mencakup operasi terbuka dan tertutup untuk mendukung kelompok lokal anti Islam, seperti LSM tertentu, partai yang anti Islam atau yang bersifat tidak Islami, tersebut cukup massive dan agak berlebihan. Selain itu pemanfaatan yang sangat cerdik juga merambah dunia serikat buruh, gerakan wanita, kebebasan media, institusi pendidikan, serta gerakan pemuda. Rekan-rekan bisa perhatikan secara seksama bagaimana proses pembebasan seksual Indonesia dilakukan secara baik melalui media cetak dan elektronik, bahkan belakangan akan menghapuskan lembaga sensor film.

Sebuah kalimat kunci dalam proyek AS tersebut adalah menanamkan informasi tentang Salafis atau Wahabi beserta koneksinya dengan kelompok Islam radikal. Padahal negara Kerajaan Saudi Arabia adalah penganut Wahabi, namun Wahabi pro AS sehingga tidak mengalami perlu ditekan seperti gerakan di Indonesia.

Contoh lokal dan internasional yang saya ilustrasikan di atas hanyanya sebagian kecil dari berbagai perang ide yang sedang dihadapi Indonesia. Apa yang sangat menyedihkan hati saya adalah bahwa Indonesia Raya bahkan tidak sadar kalau sedang berperang di dunia ide. Ketika kita kalah dalam perwujudan kedua secara nyata, yang bisa dilakukan mungkin hanya menangis, menyesali, marah-marah, mengumpat sana-sini, saling lempar kesalahan dan menanggung semua malu dalam kehidupan yang singkat ini.

Saya kagum dengan sindiran cerdas kelompok seniman angklung (bamboo instrument) asal Jawa Barat yang tetap mengajarkan kesenian angklung di Malaysia, namun secara tegas meminta rakyat Malaysia untuk sadar diri dan punya rasa malu bila mencuri kesenian Jawa Barat. Saya juga simpati kepada kelompok seniman Reog asal Ponorogo yang menyampaikan protes ke kedutaan Malaysia. Namun pimpinan negara, pimpinan kementerian, pimpinan intelijen, dan elemen penting negeri ini....mengapa tidak ada yang mengupayakan blue print pemeliharaan kebudayaan budaya nusantara. Ya..saya tahu Departemen Pendidikan dan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata telah memiliki program-program yang baik, tetapi apakah sudah cukup?

Bagaimana juga dengan menghadapi pencitraan buruk terhadap TNI yang dianggap belum reformasi total, khususnya dalam menghadapi masalah separatisme yang dikaitkan dengan HAM. Apakah itu kenyataan "mimpi buruk" atau fitnah para pencari keuntungan dari isu merdeka? Bagaimana pula jajaran penerangan TNI melaksanakan perang ide dan Bagaimana juga dengan menghadapi pencitraan buruk terhadap TNI yang dianggap belum reformasi total, khususnya dalam menghadapi masalah separatisme yang dikaitkan dengan HAM. Apakah itu kenyataan "mimpi buruk" atau fitnah para pencari keuntungan dari isu merdeka? Bagaimana pula jajaran penerangan TNI melaksanakan perang ide dan

Ah terlalu banyak isu-isu yang bisa disebutkan yang akan menggambarkan betapa vitalnya perang ide tersebut. Semoga rekan-rekan Blog I-I ada yang tergerak untuk mengambil inisiatif menjadi panglima-panglima perang ide. Atau minimal sebagai Ronin Blog I-I terus menghembuskan semangat Indonesia Raya.

Ide tulisan serta ada sari kutipan dari Washington Post

Sekian Senopati Wirang

Posted by Senopati Wirang / Tuesday, December 04, 2007